Mohon tunggu...
Thimie KnightDahmer
Thimie KnightDahmer Mohon Tunggu... Tutor - Tentor Bahasa Inggris dan novelist genre Thriller

Saya adalah tentor Bahasa Inggris yang sudah mengajar sejak tahun 2006. Saya lulusan S1 Hukum UII tapi saya memilih untuk membagi pengetahuan saya tentang Bahasa Inggris kepada teman-teman yang belum paham. Sejak tahun 2015 saya tertarik untuk menulis novel dan saya sudah menghasilkan 6 novel yang saya awali dengan genre romance dan sekarang saya memilih menulis genre thriller.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelarian

24 Maret 2023   06:01 Diperbarui: 24 Maret 2023   06:16 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku adalah seseorang yang orang mengenalku tidak lebih dari seorang yang pendiam, tertutup, tidak mudah untuk bersosialisasi. Orang tuaku bercerai ketika aku lulus SMA. Adikku yang bernama David, di bawa Ibuku ntah kemana. Sedangkan ayah? Tidak berbeda dengan Ibuku. Aku tinggal seorang diri di dalam rumah yang lumayan besar. Aku merasa kesepian. Aku pecandu alkohol kelas kakap. Hari itu aku kehabisan stok bir. Aku melarikan mobil VW kodok Ibuku ke toko yang lumayan jauh dari rumahku.

Ketika aku sedang dalam perjalan pulang dari toko, aku melihat ada seorang laki-laki sedang mencari tumpangan. Aku memberhentikan mobilku tepat di depannya. "You need a ride dude?" tanyaku ramah.

Dia tersenyum. "Maybe you can take me to the local bus station? I kind tired to walk further. My feet hurt," jawabnya, lebih tepatnya itu adalah sebuah permintaan.

"Well I got a beer, maybe we can stop by for while in my house?" Permintaannya justru mendapatkan pertanyaan balik dariku.

"Well, okay. May I get in?"

Aku tersenyum. "Sure," jawabku singkat.

Dia pun masuk ke pintu samping supir.

Aku menjalankan mobilku menuju ke rumahku. Tidak lama, kita akhirnya sampai di rumahku.

"Wow you got a big house dude," pujinya.

"Well nothing left in this big house except me," ucapku yang sebenarnya itu adalah sebuah keluhan.

Dia pun duduk di sofa di ruang keluarga sambil memainkan remote tv. "Where is your old man?"

"My mom and dad just got divorce. I don't care where they go," jawabku sambil menyerahkan sekaleng bir padanya.

Sambil matanya tetap fokus pada acara tv di depan kami dia berucap sebuah kalimat yang sebenarnya tidak ingin aku dengar. "Well dude, I can't stay longer, my girl kind a wait for me. I got to be home soon. Maybe after this you can take me to the bus station?"

"Can you stay little bit longer?" Aslinya itu bukan sebuah permintaan tapi sebuah titah yang harus dia turuti.

"Look dude, if I home late ... my girl will pissed." Kalimat yang keluar dari mulutnya membuatku tersenyum. 

"Sorry, I can't take you." Pernyataan yang keluar dari mulutku cukup untuk membuat dia untuk bangkit dari sofa.

"Well thank you for the beer ... I must go. Maybe you can show me the direction to the bus station?" Dia berjalan menuju pintu depan.

Yang tidak dia ketahui adalah, aku sudah membawa barbel ditanganku. Aku berjalan di belakangnya lalu ..... Dia pun terjatuh dengan kepala berlumuran darah.

Itu adalah awal kisahku. Sebuah kisah yang membawaku ke sebuah penjara di Milwaukee dan orang-orang menjulukiku Milwaukee Cannibal. Sebuah kisah yang membuat ayahku kecewa tapi dia tetap berada disampingku. Sebuah kisah yang tidak aku sangka menginspirasi banyak kriminal untuk melakukan hal yang kurang lebih sama. Sebuah kejahatan yang menyadarkanku bahwa aku terlalu egois menjadi manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun