Keesokan harinya, pembelajaran berjalan seperti hari-hari sebelumnya. Pak wali kelaspun mukanya bersinar seperti biasa. Senyumnya merekah setiap harinya. Bahkan pernah suatu Ketika dia menyapaku lembut, bertanya "bagaimana pelajaran hari ini bagas? Mengerti?, atau ada yang sulit?" sejak saat itu, segala sesuatu berjalan normal. Gawai petugas kantin sudah digenggamnya Kembali, tanpa ada yang tau siapa "pencurinya".
Hingga tiba waktu akan adanya libur Panjang bagi siswa dan guru, karena sudah berjalan pembelajaran 1 semester penuh. Saat di hari-hari terakhir sebelum liburlah Pak wali kelas memanggilku, menyapaku, tersenyum , berkata lembut, "jangan diulangi ya!" aku tertegun. Betapa malunya diri ini.
Sejak saat itu, aku sangat berterima kasih kepada Pak wali kelas. Dia bak pahlawan walau musim penjajahan telah selesai, bak superhero walau sedang tidak ada musuh. Sekarang aku tahu, diantara cara menegur yang sangat tepat adalah berbicara empat mata tanpa menyebarkan aibnya kepada orang lain. Sekarang aku juga tahu, mungkin inilah tugas guru, mendidik bukan hanya mengajar. Dan pak wali kelas termasuk guru yang sangat unik. Dia tau tapi tak memberi tahu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H