Mohon tunggu...
Feri Febriansyah
Feri Febriansyah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

seorang muslim dengan status anak rantau yang menyukai jalan-jalan dan olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tahu tapi Tak Memberi Tahu

1 Mei 2023   16:41 Diperbarui: 1 Mei 2023   16:49 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sekarang bapak minta semuanya menghadap ke dinding!"

Oh tuhan! Apa yang harus aku lakukan. Beberapa siswa langsung menjalankan perintah Pak wali kelas, bergegas tanpa melawan. Apakah aku bawa sesuatu ini dan kumasukkan ke dalam kantong atau kubiarkan saja dilaci?. Astaga aku tak tahu apa yang harus aku lakukan.

"CEPAT!" teriak Pak wali kelas memecah kebingunganku. Refleks aku ikut berdiri oleh teriakan, dan kutinggalkan gawai tetap di laci.

Segera semua siswa melakukan yang diperintah tanpa berani melawan, termasuk aku. Dari tadi kepalaku penuh dengan tanda tanya. Bagaimana ini?, Kalau ketahuan bagaimana?, kalau aku dikeluarkan dari sekolah bagaimana?. Tanpa ada daya dan upaya yang bisa dilakukan, aku pasrah. Kenapa aku sampai bisa melakukannya?

Pak wali kelas mulai melangkah menuju kursi siswa satu demi satu. Kukira dia akan menghampiri kami dan memeriksa kami satu persatu. Ternyata tidak. Dia hanya memeriksa setiap tas dan laci yang ada di kelas.

"Jangan ada yang mengintip!" tegas beliau setelah melihat ada beberapa siswa yang mencoba mengintip. Aku semakin pasrah.

Cukup lama pemeriksaan yang dilakukan Pak wali kelas. Sepertinya, pemeriksaan yang dilakukannya sangat teliti tanpa terlewat sesuatu apapun. Selama 20 menit pemeriksaan, selama itu pula semua siswa berdiri, berbisik satu sama lain, selama itu pula perasaan sesal menyelimutiku. Bak hujan dimusim kemarau, butiran keringatku mulai berjatuhan ke lantai. Terlihat juga bajuku dari tadi sudah basah. Andai ada keajaiban.

"Sekarang duduk ketempat masing-masing!. Kita lanjutkan pelajaraan." Perintah pak wali kelas setelah selesai pemeriksaan.

Hah? Lanjutkan pelajaran?. Berarti sesuatu itu tidak ketemu. Ada secercah cahaya pengharapan dalam hatiku. Soalnya tidak mungkin pelajaran akan dilanjutkan sedangkan yang keruh belum dijernihkan, yang kusut belum dirapikan.

Semua siswa duduk Kembali. Aku periksa laciku. gawat, Sesuatu tersebut sudah tidak ada lagi. Hilanglah secercah cahaya ditutupi Kembali oleh awan gelap. Dan Pak wali kelas benar-benar melanjutkan pelajaran dengan wajah bersahabatnya seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Aku hanya mematung menunggu vonis dari pak wali kelas. Namun anehnya, hingga pelajaran selesai, Pak wali kelas tidak ada lagi menyinggung soal sesuatu. Begitulah hingga bel pulang berbunyi.

Saat pulang kerumah aku dihantui rasa sesal yang tidak karuan, padahal tidak ada yang meninggal. Beribu pertanyaan Kembali hadir di kepalaku. Bermacam kemungkinan membuatku duduk heran, termenung, menyesal, mengutuk diri sendiri. Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun