Di suatu kesempatan wawancara, ketika ditanya pendapat mengenai Budi Darma yang menggambarkan keabstrakan hidup melalui peristiwa dan tindakan tokoh yang aneh serta cenderung mengejutkan, Much. Khoiri mengatakan bahwa Budi Darma sudah berada dalam tingkatan yang berbeda ketika bermain abstraksi. "Budi Darma mengatakan bahwa berkarya merupakan bekerja dalam dunia pemikiran," begitu ungkapnya.
Much. Khoiri menambahkan, "Budi Darma sampai pada kesimpulan bahwa akhirnya manusia itu sangat lemah di mata takdir. Takdir itu atas tangan Tuhan. Jadi manusia lemah di mata Tuham. Dipermainkan seperti apapun tetap mengikuti," Tidak hanya itu, rutinitas yang dilakukan oleh manusia sebagai bentuk long-term repetition pun merupakan hal aneh karena terus menerus dilakukan. Namun, di tengah rutinitas tersebut pasti ada suatu hal yang mengejutkan yang manusia tidak ketahui apa itu, juga tidak memiliki kendali atas apapun itu. Hal tersebut yang menjadi titik kelemahan manusia yang dimainkan takdir, takdir yang dimiliki Tuhan. "Budi Darma sejak awal ingin mengerjakan manusia yang aneh dalam pandangan umum, meskipun dalam hakikatnya tidak ada masalah. Namun, dalam pandangan umum itu merupakan hal yang aneh," imbuhnya.
Dalam akhir wawancaranya, Much. Khoiri menyampaikan adanya harapan untuk kajian yang lebih serius mengenai tulisan-tulisan Budi Darma yang nantinya bisa menjadi formula yang dapat dijadikan pedoman oleh orang lain. Begitu pula di akhir presentasi ketika simposium, Much. Khoiri mengatakan bahwa jasa Budi Darma sangat besar dalam dunia sastra Indonesia, hal ini diharapkan mampu menginspirasi anak bangsa dan sastrawan Indonesia untuk terus berkarya.
Pakar bahasa dan sastrawan lain yang juga berkesempatan hadir pada simposium itu adalah Dr. Seno Gumira Ajidarma, S.Sn., M.Hum, M. Shoim Anwar, Awuy Tommy, S.S, Djuli Djatiprambudi, Prof. Dr. Wayan "Kun" Adnyana, Tengsoe Tjahjono, Akmal N. Basral, Wahyudi Siswanto, Suyatno, Eka Budiantara, Ki S. Hendrowinoto, Okky Puspa Madasari, Hafiz Rancajale, Triyanto Triwikromo, dan Faruk HT.
Selamat jalan, Pak Budi Darma. Karyamu akan selalu abadi dan menginspirasi. Terima kasih telah memberikan banyak warisan berharga pada sastra tanah air dan juga dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H