Selain fokus ke pihak keuangan dan perbankan, Bank Indonesia dan instansi terkait sebaiknya menitikberatkan fokus sosialisasi ke pelaku UMKM, terutama di tujuan wisata di luar kota besar. Program sosialisasi ini tidak boleh hanya mengandalkan penyebaran informasi melalui media massa dan media sosial.
Bank Indonesia sebaiknya menggandeng Kementerian Koperasi dan UKM dalam mendata jumlah UMKM dan pemakaian QRIS mereka. Di kawasan wisata, fokus sosialisasi sebaiknya menjangkau warung kecil pinggir jalan, penjual suvenir, penyedia jasa angkutan tradisional, seperti andong, hingga penginapan sederhana.
Pemerintah harus terjun langsung sebab tidak semua pelaku UMKM skala kecil tersebut melek teknologi. Ada kemungkinan usaha mereka dijalankan oleh generasi tua yang kurang terbiasa dengan teknologi. Untuk generasi seperti ini, sosialisasi akan berjalan lebih panjang. Beberapa topik yang mesti dijelaskan mencakup cara mendaftar QRIS, keuntungannya, batas transaksi, solusi jika terkendala teknis, dan mengapa perlu menggunakannya. Apabila diperlukan, dampingilah pelaku UMKM dalam mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan untuk membuat akun.
Panduan cara pengecekan setiap transaksi dan pembuatan laporan keuangan tidak kalah penting untuk disosialisasikan kepada mereka. Pemerintah patut menekankan pentingnya beralih ke QRIS sebab akan banyak pelancong dari ASEAN yang akan menggunakannya. Tanpa penekanan seperti ini, belum tentu seluruh pelaku UMKM akan tergerak segera bertransformasi ke sistem pembayaran digital.
Selain dari sisi percepatan adopsi QRIS di atas, hal yang tidak bisa disepelekan adalah pelatihan Bahasa Inggris. Setidaknya ada satu perwakilan dari pelaku UMKM yang bisa berbahasa Inggris minimal untuk menjawab pertanyaan turis secara umum. Contoh yang biasa mereka tanyakan meliputi harga produk, bisa menawar atau tidak, cara pakai produk, hingga keunggulannya.
Perlu diakui ini akan membutuhkan proses yang relatif lama sebab banyak pelaku UMKM di daerah yang belum terbiasa belajar Bahasa Inggris selain mengenal kata yes, no, thank you, dan sorry. Karenanya, pemerintah perlu menggandeng pemandu wisata lokal dan guru les lokal agar lebih bisa menyampaikan materi sederhana dengan lebih intensif.
Mereka yang akan bertanggung jawab membuat daftar kosakata yang mudah dihafalkan dan telaten mengajarkan cara pengucapan yang benar. Contoh kosakata yang populer bidang perniagaan, seperti expensive, cheap, good quality, bargain, pay, discount, offer, product, delicious, taste, price dan lainnya.
Jika kata-kata tersebut dibuat ke dalam kalimat maka contoh yang bisa diajarkan seperti berikut:
“This product has good quality, sir.”
“This is cheap. You can still bargain.”
“Our food is delicious. You can taste it first.”