Made dan Doddy melongo.
Beni melanjutkan, "Selain One Hit, tidak ada yang berani menyentuhnya. Orang yang tidak tersentuh, Don Rachmat, atau Greatman."
Sementara itu, Rainer yang tadi pergi setelah mengambil kertas dari Beni terlihat tengah membaca dan memahami isi kertas tersebut di salah satu kafe Futuran. Disana, ia ditemani oleh si penjual yang ternyata adalah kenalannya bernama 'Pak Alif'. Rainer beberapa kali mengobrol dengannya yang membuat Pak Alif senang karena teman ngobrolnya sekarang bisa mengobrol setiap hari di Futuran. Pak Alif juga bilang kalau nama Rainer sekarang sudah sangat terkenal sejak fotonya melawan Preman Faust dipajang di mading kampus dan jadi trending topic.
"Pasti sulit ya menjadi terkenal sekarang, Rainer Dzulfiqar?" ucap seorang gadis berambut ponytail berpakaian seksi dari arah samping Rainer yang membuat Rainer menoleh ke arahnya.
"Siapa kau?" tanya Rainer dingin, sebelum kemudian kembali membaca kertas tadi.
Gadis itu mengulurkan tangan ke arah Rainer. "Bunga Anastasya. Panggil aja Ungo."
Rainer hanya diam dan terus berkutat dengan kertas itu.
"Jadi, apa yang membuatmu kuliah disini?" tanya Ungo sambil tersenyum.
"Untuk menjadi Penguasa lah, apa lagi?!" sambar Pak Alif.
"Hati-hati loh kuliah disini, orangnya keras-keras," ucap Ungo.
Merasa telah memahami betul kertas yang dibacanya, Rainer berdiri, kemudian pergi yang membuat Ungo cemberut dan Pak Alif tertawa.