Keesokan harinya, para warga geger dengan menghilangnya gadis bernama Astri, Yanti, dan Ratri. Menurut laporan orangtua mereka, ketiga gadis itu belum pulang ke rumah hingga sore hari. Setelah kejadian itu, banyak sekali warga kampung Keramat Asem yang menghilang secara misterius. Hingga akhirnya, Pak Lurah memanggil seorang paranormal sakti bernama 'Ki Amang' untuk memecahkan misteri itu. Ki Amang mencoba menerawang, sampai akhirnya, diketahuilah penyebab para warga yang menghilang secara misterius. Mereka dimangsa oleh Dian yang dirasuki sesosok makhluk aneh untuk balas dendam pada para warga Kampung Keramat Asem, terutama Astri. Yanti, dan Ratri. Akhirnya, Ki Amang mencoba memancing Dian keluar untuk bernegosiasi agar ia tak menteror warga kampung itu lagi. Pemancingan berhasil. Dian pun keluar dan berbicara dengan Ki Amang. Dian bilang, dia tidak bisa mengampuni warga Keramat Asem yang asal main hakim sendiri apalagi tiga gadis yang menjebaknya. Lalu, Dian menantang Ki Amang bertarung. Jika, Ki Amang menang, Dian akan berhenti melakukan terror. Tapi, jika Ki Amang kalah, Ki Amang harus berhenti melindungi warga kampung tersebut. Hasilnya? Ki Amang kalah telak. Dan sesuai janji, Ki Amang berhenti melindungi warga Keramat Asem. Terror Dian pun kembali berlanjut. Para warga menamai sosok Dian dengan nama 'Suster Ngesot'. Sosok Dian yang muncul dihadapan Ki Amang difoto oleh salah satu warga dan fotonya dipajang di Kantor Lurah untuk memperingatkan warga agar berhati-hati. Karena, menurut penerawangan Ki Amang, manusia yang 'tenaga dalam'nya tidak aktif, akan langsung diam seperti patung ketika ditatap oleh Dian.
Ya, begitulah kira-kira sejarah Suster Ngesot yang meneror Kampung Keramat Asem yang tengah dilihat Ki Amang dan tunangan Satria, Mutia, dari sebuah air di baskom allumunium milik Ki Amang.
"Ternyata bener dugaan gw, dia dirasukin Shadow," ucap Mutia dalam hati.
"Mbak Mutia, kenapa penasaran banget sama sejarah Suster Ngesot itu?" tanya Ki Amang, si paranormal dengan kumis panjang dan berpakaian ala 'dukun' lengkap dengan blangkon.
"Nggak. Saya cuma lagi riset buat skripsi kuliah," jawab Mutia.
"Ohh...." Ki Amang mengangguk pelan. "Ngomong-ngomong, mbak tahu darimana tempat saya?"
"Dari Lurah Kampung Keramat Asem," jawab Mutia lagi. "Katanya saya denger-denger di kampung itu ada 'Urban Legend' tentang Suster Ngesot. Jadi saya tertarik buat riset."
"Mbak Mutia ini paranormal juga?"
Mutia tersenyum dan menggeleng. "Saya cuma mahasiswi biasa kok. Udah ya, Ki, saya permisi dulu. Makasih Ki."
"Sama-sama," balas Ki Amang sambil tersenyum.
Mutia pun pergi dari tempat itu.