[caption id="attachment_354455" align="aligncenter" width="300" caption="Bugis Village"]
Kampong Glam bisa diartikan sebagai kampung Arab, namun telah melebur dengan budaya Melayu setempat. Dari Victoria Street, saya berjalan menuju Arab Street. Semakin berjalan ke dalam, suasana Arab-Melayu semakin terasa. Toko-toko yang menjual pernak-pernik Arab-Melayu ataupun restoran Arab berjejeran di sepanjang jalan. Sampai akhirnya saya tiba di Muscat Street, tempat dimana Masjid Sultan berada.
[caption id="attachment_354456" align="aligncenter" width="300" caption="Arab Street"]
[caption id="attachment_354457" align="aligncenter" width="300" caption="Muscat Street"]
Masjid Sultan adalah objek wisata utama di Kampong Glam. Desainnya menarik, perpaduan antara Arab dan Melayu. Banyak wisatawan yang mengambil foto di masjid ini, ataupun menyempatkan masuk ke dalamnya. Untuk bisa masuk ke dalamnya, kita mesti berpakaian sopan. Di depan Masjid Sultan terdapat pusat cindera mata yang tertata rapi. Barang dagangannya didominasi oleh produk-produk tekstil. Sementara di seberangnya lebih banyak diisi oleh restoran-restoran dengan menu khas Arab. Ada backpacker hostel juga di depan Masjid Sultan ini.
[caption id="attachment_354458" align="aligncenter" width="300" caption="Masjid Sultan"]
[caption id="attachment_354459" align="aligncenter" width="300" caption="Pusat Cindera Mata di Depan Masjid Sultan"]
Saya terus berjalan. Tujuan saya berikutnya adalah Malay Heritage Centre di Kandahar Street. Malay Heritage Centre adalah pusat informasi kebudayaan Melayu di Singapura. Saya beruntung, hari ini Malay Heritage Centre sedang free ticket bagi pengunjung yang ingin masuk. Saya tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Bangunannya tidak terlalu besar, suasana di dalamnya seperti halnya jika berada di dalam museum. Sejarah dan budaya Melayu di Singapura diinfomasikan disini. Saya juga melihat ada wayang dan batik yang ditampilkan di dalam tempat ini.
[caption id="attachment_354460" align="aligncenter" width="300" caption="Malay Heritage Centre"]
[caption id="attachment_354461" align="aligncenter" width="300" caption="Pemutaran Film Habibie & Ainun di Malay Heritage Centre"]
Kampong Glam adalah pusatnya makanan halal di Singapura. Selain restoran-restoran Arab, saya juga melihat sejumlah restoran Indonesia seperti restoran Padang. Dari semuanya, saya memilih makan di Kampong Glam Café yang letaknya di sudut Busaroh Street. Suasananya nyaman bagi saya karena tempatnya terbuka, dan bisa sambil melihat jalanan. Menu-menunya sangat bersahabat bagi saya. Ada aneka nasi goreng, mie, nasi lemak, dsb. Baru tiga hari di Singapura, kerinduan saya terhadap masakan Indonesia sudah luar biasa. Nasi lemak, yang kurang lebih sama dengan nasi rames di Indonesia menjadi pilihan saya. Dengan lauk telor ceplok dan ayam goreng, saya menyantapnya dengan lahap. Saya juga membeli aneka kue kecil di restoran ini. Untuk minumannya, saya memesan es leci. Dan Kampong Glam Café menjadi tempat makan terfavorit saya di Singapura sampai sejauh ini.
[caption id="attachment_354462" align="aligncenter" width="300" caption="Kampong Glam Cafe"]
[caption id="attachment_354463" align="aligncenter" width="300" caption="Nasi Lemak Kampong Glam Cafe"]
Saya kembali berdiri disini. Setelah kemarin hanya sesaat, sekarang saya kembali lagi dengan kondisi yang lebih prima. Ya, saya sudah berada di Orchard Road lagi dengan naik MRT dari stasiun MRT Bugis ke stasiun MRT Orchard. Hehehe. Kini saya bertekad akan berjalan di Orchard Road lebih jauh lagi. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, Orchard Road adalah pusatnya perbelanjaan Singapura karena banyak mall-mall besar. Saya hanya melihat-lihat luarnya tanpa masuk ke dalamnya. Secara fisik, desain bangunannya menurut saya tak terlalu istimewa. Bahkan mall-mall baru di Jakarta masih lebih bagus desainnya daripada disini. Mungkin dikarenakan mall-mall disini sudah agak lama dibangun, jadi tampilannya kurang ‘wah’. Namun karena mall-mall itu saling berjejeran dalam jumlah yang banyak, menjadikan Orchard Road sebagai kawasan yang hidup dan sangat semarak. Saat melintas Orchard Road, saya sempat melihat penjual es krim yang menjajakan dagangannya di pinggir trotoar. Katanya, ini adalah es krim otentik Singapura dari jaman dulu. Es krimnya berbentuk potongan balok, dimakan bersama roti yang juga berfungsi sebagai penjepit es krim. Saya pun ingin mencobanya. Tapi antreannya sore ini panjang sekali, membuat saya mengurungkan niat untuk membelinya. Perjalanan saya di Orchard Road berakhir saat sudah sampai di stasiun MRT Somerset. Waktunya kembali ke penginapan di Chinatown.
[caption id="attachment_354470" align="aligncenter" width="300" caption="Tang Plaza"]
[caption id="attachment_354471" align="aligncenter" width="300" caption="Ngee Ann City"]