Mohon tunggu...
Muaz
Muaz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pemerhati Kehidupan

Berlatar belakang Pendidikan Psikologi, menyukai musik, membaca buku, memahami kehidupan, dan kini menulis untuk menjelajah Negeri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Debu di Jumat Siang

20 Desember 2024   07:56 Diperbarui: 20 Desember 2024   08:39 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Pexels/Kabompics.com)

Aku hanyalah sehelai remah yang beterbangan di sela-sela sajadah masjid

Menyaksikan doa-doa harapan dan kesedihan insan

Aku hanyalah 1/1000 gram benda ringan yang terhempas kesana -- kemari

Menyaksikan lantunan-lantunan yang dipanjatkan berat sekali

Aku hanyalah hal ringan yang masih bisa ada karena berserah diri

Mengikuti angin yang membawaku pergi

Aku masih bisa tersenyum damai dalam keheningan

Dalam hempasan angin

Meski terinjak

Meski tersapu

Meski terhisap penyedot debu

Tanpa harus bersulit-sulit memanjatkan harapan yang begitu berkelit

Yang membuat semua orang tak bisa tersenyum damai

Walau memiliki segalanya

Walau sempurna fisiknya

Namun hanya merasa hidup dalam khayalan

Larut dalam harapan

Yang tak tercapai

Yang tak kunjung datang

Yang tak pernah ada sekarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun