Ada seorang anak laki-laki kelas dua sekolah menegah pertama (SMP) yang kerjanya hanya main game saja di kamar. Orangtuanya menjadi selalu emosi setiap hari, lalu berkonsultasi. Setelah berbicara cukup panjang dengan anak tersebut, ternyata anak itu sedang merencanakan untuk membuat perusahaan game miliknya sendiri. Ia sudah memulai mempersiapkan program-program basic nya. Ia juga sudah menjual cd gamenya sendiri. Karakter dalam gamenyapun pernah ada yang menawar. Orangtuanyapun akhirnya mendukungnya dan membuatkan PT untuknya. Anak itu senang sekali dan semangat belajarnya muncul kembali. Lalu nilai-nilai sekolahnya naik drastis.
Dari kisah-kisah di atas, jelaslah bahwa sebenarnya anak-anak kita merupakan keajaiban yang diturunkan Tuhan ke hadapan kita. Tinggal kita melihat anak sebagai keajaiban atau masalah. Sesungguhnya, Tuhan telah memberikan kita anak beserta minat dan bakat yang ada di dalam dirinya, maka didikan kita untuk menjadikan anak ini seperti apa adalah persembahan kita kepada Tuhan kelak. Nah sekarang kita tanya kepada diri kita sendiri, apakah kita akan mempersembahkan anak yang bahagia dalam hidupnya karena didikan kita agar anak menjalankan hidup sesuai keinginan Tuhannya dalam minat dan bakatnya atau menghasilkan anak yang tidak bahagia dalam hidup?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H