Bagi orang dewasa, di dunia ini ada tujuh kejaiban dunia, tapi bagi anak, ada tujuh juta kejaiban di dunia. Itulah mengapa anak-anak cenderung aktif bergerak atau berbicara. Berlari ke sana-sini, bermain dan berteriak. Mencoba melakukan hal-hal baru, membongkar atau membanting barang. Bagi anak, segala hal di dunia ini menarik dan merupakan sesuatu yang indah, perlu digapai dan dimainkan. Dunia ini seru.
Namun bagi orang dewasa, karena kejaiban dunia ini ada tujuh, itupun seakan-akan merupakan teori, meskipun hal tersebut ada di dunia nyata. Orang dewasa terkungkug aturan, perilaku disesuaikan dengan norma, dan terbatas oleh hukum.
Mari kita simak kisah-kisah keajaiban dari anak-anak yang ternyata adalah orang-orang hebat di masa depan.
Ada seorang anak yang senang bermain layang-layang saat sedang turun hujan. Hujannya pun menyambarkan petir. Lalu layangannya tersambar petir dan anak itupun ikut tersambar. Â Setelah merasakan sambaran petir, bukannya takut, anak itu justru merasa takjub dengan energi petir yang dirasakannya. Anak itupun terobsesi dengan petir dan terus melakukan penelitian mengenai energi petir. Hingga dia menemukan energi listrik. Anak itu adalah penemu listrik, 'Michael Farraday'.
Kisah berikutnya, ada seorang anak yang senang sekali bertanya tentang segala sesuatu dan melakukan uji coba untuk menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Anak itu memiliki paman yang mempunyai laboratorium fisika. Anak itu terobsesi untuk membuat desanya memiliki cahaya, agar malam hari bisa terang benderang. Kemudian ia melakukan percobaan demi percobaan sampai 1001 kali. Akhirnya sebuah bohlam lampu bisa memunculkan cahaya dan terang benderanglah desanya di malam hari. Bahkan seluruh dunia pun menjadi terang benderang karena penemuan lampunya tersebut. Dialah yang dikenal sebagai Thomas Alfa Edison.
Ada lagi seorang anak yang jika di sekolah hanya ingin belajar tentang mesin saja. Pada waktu sekolah dasar, belum ada pelajaran tentang mesin. Karena tidak ada yang memahami keinginannya saat itu, anak ini menunjukkan perilaku berontak dan egois. Lalu ada seorang tetangga yang menyarankan agar anak ini bekerja saja di bengkel sambil belajar mesin. Kemudian diizinkan, dan anak itu bekerja sambil belajar di bengkel selama bertahun-tahun. Lalu suatu hari ia membuat motor ciptaannya sendiri, yakni Honda. Ya, anak itu adalah Soichiro Honda, pencipta Honda.
Berikutnya, ada seorang anak perempuan yang pendiam sekali dan cenderung lamban dalam menyerap pelajaran. Pihak sekolahpun mengatakan bahwa anak ini tidak bisa diikutsertakan lagi dalam kelas. Ia pun putus sekolah. Kemudian suatu hari neneknya bertanya kepadanya mengenai apa yang ingin ia pelajari. Anak itu mengatakan bahwa ia ingin sekali belajar merias wajah. Ia terus belajar merias wajah kepada neneknya. Setelah ilmu neneknya dikuasai, neneknya mengarahkannya untuk belajar kepada yang lebih ahli dan begitu seterusnya. Akhirnya anak perempuan tersebut menjadi seorang wanita yang hebat dalam bidang kosmetik, memiliki bisnis yang besar di Indonesia dalam produk kosmetik dan kecantikan. Dia adalah Ibu Martha Tilaar.
Ada lagi seorang anak prempuan berusia 6 tahun yang pendiam dan pemalu. Ia diundang menghadiri pesta ulang tahun temannya. Karena malu, ibunya memaksanya untuk datang dan menemaninya di acara tersebut. Sampailah giliran anak tersebut diminta untuk mengambil permen di tempat yang disediakan sebagai bagian dari acara. Anak itu tidak mau, ibunyapun mendesak untuk mengambil, begitupun dengan pembawa acara. Ia tetap tidak mau mengambil, lalu akhirnya pembawa acara tersebut mengambilkan untuknya. Setelah pulang ke rumah, dan ibunya bertanya mengenai sikapnya tadi di acara ulang tahun, anak itu menjelaskan bahwa ia sengaja tidak mengambilnya meskipun ingin sekali mengambil. Anak perempuan itu menjelaskan bahwa jika ia mengambil dengan tangannya yang kecil itu, pasti akan dapat sedikit. Namun jika diambilkan oleh pembawa acara yang tangannya lebih besar, pasti dapatnya banyak.
Ada seorang anak perempuan remaja yang hobinya jalan-jalan ke mall. Anak itu setiap hari pasti pergi ke mall, bahkan sampai malam hari jika tidak diingatkan. Orangtuanya kebingungan, malu, emosi, dan berbagai perasaan negatif menumpuk. Setelah anak itu ditanya dari hati ke hati, ternyata ia ke mall untuk melihat perbandingan mode fashion dari satu merk ke merk lain, dan melihat perkembangan fashion yang laku di mall-mall dari masa ke masa. Setelah mengetahui hal itu, orangtuanyapun mengizinkannya untuk belajar fashion sesuai dengan minatnya tersebut. Anak itu pun menjadi salah satu desainer pakaian yang penjualannya cukup bagus.
Ada lagi seorang anak laki-laki yang hobinya mengorek-ngorek sampah. Orangtuanya kebingungan dan menyangka yang macam- macam atas perilaku anaknya tersebut. Ketika ditanya tujuannya apa mengorek-ngorek tempat sampah, anak itu menjelaskan bahwa ia senang mengumpulkan bungkus makanan yang menarik gambarnya. Lalu anak tersebut difasilitasi untuk belajar desain produk makanan. Anak itupun menjadi salah satu desainer produk makanan yang dijual di pasaran.
Ada seorang anak laki-laki kelas dua sekolah menegah pertama (SMP) yang kerjanya hanya main game saja di kamar. Orangtuanya menjadi selalu emosi setiap hari, lalu berkonsultasi. Setelah berbicara cukup panjang dengan anak tersebut, ternyata anak itu sedang merencanakan untuk membuat perusahaan game miliknya sendiri. Ia sudah memulai mempersiapkan program-program basic nya. Ia juga sudah menjual cd gamenya sendiri. Karakter dalam gamenyapun pernah ada yang menawar. Orangtuanyapun akhirnya mendukungnya dan membuatkan PT untuknya. Anak itu senang sekali dan semangat belajarnya muncul kembali. Lalu nilai-nilai sekolahnya naik drastis.
Dari kisah-kisah di atas, jelaslah bahwa sebenarnya anak-anak kita merupakan keajaiban yang diturunkan Tuhan ke hadapan kita. Tinggal kita melihat anak sebagai keajaiban atau masalah. Sesungguhnya, Tuhan telah memberikan kita anak beserta minat dan bakat yang ada di dalam dirinya, maka didikan kita untuk menjadikan anak ini seperti apa adalah persembahan kita kepada Tuhan kelak. Nah sekarang kita tanya kepada diri kita sendiri, apakah kita akan mempersembahkan anak yang bahagia dalam hidupnya karena didikan kita agar anak menjalankan hidup sesuai keinginan Tuhannya dalam minat dan bakatnya atau menghasilkan anak yang tidak bahagia dalam hidup?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H