"Belum tahu, Mon. Kalau kamu ?"
"Wah, itu rahasia, Kang." Jawabnya.
"Tadi bilangnya rahasia, tapi kamu nanya sama saya ?" Karto merasa kesal. Emon hanya tertawa melihat tingkah Karto.
Beberapa saat yang lalu di bilik suara, mata Karto terbelalak. Ia melihat gambar lima pasang calon bupati dan calon wakil bupati di daerahnya. Keringat dingin mulai turun dari kepalanya yang sudah beruban.
"Visi saya adalah menjadikan kabupaten ini sebagai kabupaten sejahtera, aman, dan bersih dari KKN." Terngiang kembali ucapan Paket nomor 1.
"Pilih saya agar ekonomi bisa meningkat dengan mengundang para investor." Ujar Paket Nomor 2.
"Kang, nanti jangan lupa pilih Paket Nomor 3 ya. Itu masih keluarga dengan kita." Bujuk Poniman.
Sementara Amran dan Rusdi yang berulang -- ulang juga meyakinkannya untuk memilih Paket Nomor 4 dan Nomor 5.
Karto memejamkan matanya. Waktu lima menit yang diberikan padanya seperti sangat singkat. Ia mengucapkan sebait doa, sebelum akhirnya paku itu dengan sukses melubangi gambar salah satu pasangan bupati dan wakil bupati.
Karto keluar dari bilik suara, melangkah menuju kotak suara, lalu mencelupkan jari kelingkingnya pada botol tinta sebagai bukti keikutsertaannya dalam pemilihan.
"Karto !" Pekik Kang Juki. Ia melambaikan tangan.