Cara membaca seperti di atas, disebut metode  SAS (Struktur Analitik Sintetik). Metode ini memang telah terbukti sukses membuat siswa mahir membaca permulaan, kendati mereka tampak kurang antusias. Oleh karena itu, Literacy Boost tampil dengan metode baru yang lebih inovatif dan kreatif. Sehingga selain meningkatkan kemampuan membaca siswa, metode permainan dalam Literacy Boost juga menciptakan kelas yang ceria dan menyenangkan sesuai dengan karakteristik siswa kelas rendah.
Manfaat
Suatu hari, Rambu mendatangi ruang kelas saya di kelas IV. Ia tampak memegang sepucuk surat.
"Bu. Saya dapat surat." Katanya sambil tersipu malu.
"Oh, ya ?" Tanya saya.
Ia mengangguk dengan riang. Senyumnya mengembang. Secercah harapan terlihat di sorot kedua matanya yang berbinar dengan lugu. Saya mengambil surat yang dipegangnya. Ternyata surat itu berasal dari kakak angkat Rambu yang berasal dari luar negeri. Anak -- anak yang bersekolah di SDN Waihibur dari kelas 1 -- kelas V, termasuk anak -- anak dari sekolah dampingan Save The Children lainnya, mendapat kesempatan untuk berbalas surat dengan orang lain yang ada di luar negeri. Dalam surat itu, biasanya pihak luar negeri disebut donor, sedangkan anak -- anak kami disebut sponsor. Donor biasanya menanyakan kesukaan anak -- anaknya, kegiatan belajar mereka, dan hal -- hal lain yang ingin mereka ketahui dari anak -- anak sponsornya di Indonesia.
"Rambu mau tulis apa ?" Tanya saya.
"Mau tulis kalau sudah bisa baca." Jawabnya.
Saya terkesiap dengan jawaban Rambu. Saya membayangkan kembali, saat pertama Rambu mendapat surat dari donor Save The Children. Ia belum bisa membaca sama sekali. Sekarang, ia sudah bisa membaca walaupun masih mengeja suku kata.
Ya, Rambu adalah salah satu siswa yang telah mampu meningkatkan penguasaan kemampuan membacanya dengan Literacy Boost. Namun, apakah Literacy Boost ini mampu secara signifikan mengurangi persentase siswa kelas rendah di Pulau Sumba yang belum mampu membaca  ?
Penulis :Â