Mohon tunggu...
Theresia sri rahayu
Theresia sri rahayu Mohon Tunggu... Guru - Bukan Guru Biasa

Menulis, menulis, dan menulislah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Selamat Pagi, Pak Menteri

2 Mei 2017   08:26 Diperbarui: 2 Mei 2017   08:57 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="https://www.google.co.id/search?q=anak+sekolah+NTT&client=ms-android-lenovo&prmd=inv&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiB_5u6hdDTAhUKuo8KHYfOC8gQ_AUICSgB&biw=360&bih=559#imgrc=JFYfgj3Q5K_jqM:"][/caption]

Selamat pagi Pak Mentri

Hari ini rasanya indah sekali

Kami berjalan menuju lapangan sekolah

Lengkap dengan topi dan dasi

Upacara, kata Kepala Sekolah

 

Lihatlah luka di kaki kami, Pak

Bekas lilitan si putri malu

Ujung - ujung kuku kami pula

Beradu dengan batu tanpa kenal sepatu

Tapi tak mengapa

 

Bendera merah putih harus tetap berkibar

Kendati baju seragam kami kian pudar

Satu - satunya kebanggaan kami

Menjadi anak pelajar di negeri ini

Di mana masa depan tak perlu kami beli

Walaupun harus merajut mimpi - mimpi liar

 

Selamat pagi Pak Mentri

Di ujung negeri, masih ada mimpi

Tengoklah kami yang masih tegak berdiri

Di sela - sela karang, 

Di balik bukit - bukit ilalang, 

Di mana kertas dan pena masih harus kami cari

Entah di jalan atau dalam lumpur sawah

 

Kami masih terus berlari

Tapi bukan menuju ibu kota

Berlari dalam jarak yang dapat kami tempuh

Naik turun bukit, sebrangi anak sungai

Hari ini kami senang sekali

Berperang dengan kabut, berenang di kolam embun

Tapi tak mengapa

Semoga kelak kami bisa benar - benar berlari

Hingga ke negeri pelangi

 

Negeri yang mendidik jiwa - jiwa kerdil

Untuk bermimpi menjadi besar

Negeri yang mengajak semua harapan

Agar tidak buyar tergerus arus zaman

 

Kami tidak butuh sepatu

Kami juga tak perlu buku

Berilah kami tuntunan dalam akhlak kalbu

Agar kami menjadi generasi yang tahu malu

Bukan berlindung dalam rasa takut

Lantas kami jadi seorang pengecut

 

Selamat pagi, Pak Mentri

Ingatlah kami pula di Timur negeri ini

Peliharalah mimpi - mimpi kami

Seperti kami merawat kuda dan rumput di kampung kami

 

Masa depan yang kami taruh di pundak kami

Tak seberapa dengan beban materi yang harus kami pelajari

Kami senang, Pak ! 

Kami tidak mengeluh

Karena untuk sukses haruslah berani bertaruh

Antara memecah karang dengan riak air

Seperti itulah yang kami tempuh

Mencakar - cakar kemalasan

Dengan potongan - potongan harapan

 

Selamat pagi, Pak Mentri

Terimalah salam dan sapa kami

Yang masih hangat terbungkus mentari pagi ini

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun