Perempuan tua itu datang menghampiriku. Ia duduk di tepi tempat tidur.Â
Ia seolah memahami kebingunganku. Ia mengusap keningku yang berkeringat. Merapikan rambutku yang panjang dan memberiku minum.Â
"Siapa namamu ?" Aku mendengar suaranya untuk pertama kali.Â
"Panggil namaku, Ning." Jawabku.
Ia tersenyum.Â
Ia memberikan sebuah album foto jumbo. Foto kami bertiga. Aku, laki - laki itu dan perempuan itu.Â
Imajinasiku membumbung tinggi. Menembus batas kesadaran yang disekat dengan ruang dan waktu. Roh ku melayang menggapai ambang batas kefanaan. Seketika, aku tersadar dengan semua hal yang terjadi selama ini.Â
Malam itu, aku dan lelaki itu pergi ke sebuah tempat. Lalu dalam perjalanan, dia melihat perempuan itu berdiri di jalan. Dia bergegas menghampirinya. Namun, dia kehilangan kendali sampai menabrak perempuan itu. Aku melihat darah segar keluar begitu banyak.Â
Saat itu, aku pun terlempar tak jauh dari perempuan itu. Kepalaku terbentur dengan cukup keras. Barisan foto berikutnya tampak gelap. Seiring tubuhku yang kembali lemah. Aku tak sempat menutup album foto itu, pun tak bisa bicara apapun lagi.Â
Semuanya kembali seperti sedia kala.
Hening.Â