Untuk pertama kalinya, sejak puluhan purnama terlewati, kulit kami bersentuhan. Tangannya halus dan lembut. Kedua bola matanya bahkan terlihat lebih besar dan berkaca - kaca. Aku memandangnya tak putus. Ledakan - ledakan udara di rongga mulutku, menyeruak mencari jalan.Â
"Siapa namamu ?" Tanyanya.Â
Aku bergeming.
Suara malaikat kah ? Begitu indah dan sejuk di telingaku.Â
Dia menatapku.Â
"Siapa namamu ?" Dia bertanya lagi. Kali ini suaranya benar - benar bergetar.Â
"Panggil namaku, Ning!" Ujarku nyaris tak terdengar.Â
"Hening Pramoedya Kinanti" Bisiknya.Â
"Kau telah kembali, Ning!" Katanya lagi.Â
Aku hanya bisa tersenyum.
Dia turun dari tempat tidurku. Berlalu begitu saja dari hadapanku. Sepertinya tadi dia menghilang di balik pintu.Â