Mohon tunggu...
Theresia sri rahayu
Theresia sri rahayu Mohon Tunggu... Guru - Bukan Guru Biasa

Menulis, menulis, dan menulislah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[100Puisi] Tangisan Pemecah Karang

17 Februari 2016   11:51 Diperbarui: 17 Februari 2016   12:08 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Orang Kecil"][/caption]

"Mama ... minta nasi !"

"Sebentar ! Bapa belum pulang dari kota."

"Mama ... minta susu."

"Aduh, anak ! Jangan bikin susah kita orang tua."

 

"Bapa ... minta jajan !"

"Uang sudah habis, anak !"

"Bapa ... minta baju !"

Jangan mimpi terlalu enak !"

 

Mama bukan ibu yang sempurna

Kasih sayang seadanya

Bapa bukan bapa yang perkasa

Memberi hidup yang penuh siksa

 

Di Kota Karang,

Ketika ribuan bintang 

Menyerbu langit malam yang benderang

Perut kecil mengerang

Dengan kulit hitam pembungkus tulang telanjang

Suara tangisnya tak terdengar kencang

Hanya tumpukan sesal yang panjang

Serta duka ibu bapanya yang sesekali mengerang

 

Di kota karang,

Suara tangis saling menyapa

Terbayang tubuh kecil yang kejang

Menahan lapar yang membuta

 

"Mama minta nasi !"

"Jangan menangis lagi, anak sayang !"

 

Disiramnya pusara itu dengan mutiara

Yang tak henti mengalir dari sudut matanya

Sementara ombak perlahan mengikis batu karang

Seiring harapan dan doanya yang mulia

Semoga Tuhan memangku anaknya tersayang

 

'Kupang, 17 Februari 2016*)

Note : Kota karang adalah sebutan untuk Kota Kupang, NTT

Ilustrasi : dokumen pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun