Pemberitaan Kunjungan Paus di Media Jerman
Beberapa hari yang lalu Bapa  Paus Fransiskus mengunjungi negri tercinta Indonesia.
Siaran berita di TV, Radio, Koran ,di Jerman  memberitakan  Indonesia   dan kunjungan Paus di Indonesia.
Dari berita pagi sampai berita tengah malam jam 24.00 masih memberitakan Indonesia dan kunjungan Paus. Bukan hanya berita singkat sekilas tetapi benar- benar diberitakan bagaimana Indonesia, dengan jumlah umat Muslim terbanyak, negri dengan penduduk kebih dari 240 juta dan lain sebagainya, Â jadi lumayan panjang.
Pada awalnya saya biasa- biasa saja, tidak terlalu antusias.  Hal ini karena  beberapa tahun lalu saya pernah ke Vatikan dan pernah ikut Misa Akbar bersama Bapa Paus di halaman Santo Petrus  Vatikan.
 Tetapi setelah melihat betapa antusias  umat Katholik  dan mungkin umat beragama lainpun ikut bergembira, aduh tidak terasa air mata menetes, indah  sekali.
Akhirnya toh saya selalu mengikuti dengan antusias yang sama dengan saudara di tanah air.
Beruntung kami ikut andil dalam Misa AkbarÂ
Wah seluruh mata dunia tertuju ke tanah air tercinta Bapa  Paus Fransiscus baru- baru ini mengingatkan saya 35 tahun lalu, tepatnya tanggal 10 Oktober 1989. Â
Saat itu kami empat bersaudara  beruntung kami ikut ambil bagian tugas di  Misa akbar  bersama Paus Yohanes  Paulus ke II.
Hesti adik kedua,  menari untuk  Misa pembuka.
Atik adik ke tiga, ikut koor  di Misa Akbar.  Adikku Atik, anggota koor Vocalista Sonora pimpinan Romo Prier SJ.
Koor misa akbar dinyanyikan oleh Koor dari Vocason ini.
Seperti diketahui dan pernah saya tulis dalam artikel saya yang lalu, koor Vocason saat  itu sering mengadakan tour konsert di Eropa.
Oh ya pemusik Gamelan juga dari Vocalista Sonora pimpinan Romo Prier SJ.
Seluruh anggota koor mengenakan baju daerah dari berbagai suku di tanah air.
Sedangkan adik bungsu, si Danan, dengan murid- murid SMA De Brito berpakaian daerah  mengikuti misa.
Misa Akbar  bernuasa  JawaÂ
Pada misa akbar saat itu terasa  sekali sangat  bernuasa Jawa. Begitu Bapa Paus  turun dari pesawat dan menaiki mobil terbuka untuk menyapa umat, gending Jawa sudah dibunyikan.  Bahkan seruan- seruan Viva Il Papa pun dengan irama gending Jawa.
Hampir semua petugas misa berbusana Jawa.
Bapa Paus memimpin misa berbahasa Indonesia
Meskipun dengan membaca teks dan terbata- bata Bapa Paus memimpin Misa dengan bahasa Indonesia.
Saya yakin Bapa Paus Yohanes Paulus II pasti belajar bahasa Indonesia sebelumnya. Tidak mungkin memimpin misa berbahasa Indonesia, bahkan khotbah dengan bahasa Indonesia tanpa mempelajar bahasa Indonesia terlebih dahulu.
Meskipun semua membaca teks, saya yakin Bapa Paus pasti belajar bahasa Indonesia sebelumnya.
Tarian Misa PembukaanÂ
Saya dan adik kedua saya  Hesti mendapat tugas menari dengan ratusan penari lain.
Hesti mengenakan kebaya kuning, berkain batik  Parang Garuda latar  putih khas Yogyakarta dan bersanggul  gelung tekuk khas Yogyakarta.
Sebagai iringan tarian lagu Aku Mengasihi  Tuhan" dari Buku  Lagu Iringan Misa,  dari buku Madah Bakti karya  Romo Prier SJ dan pak Paul Widyawan. Lagu ini, lagu gaya Jawa.
Penari berkebaya merah dan kuning bertugas di tari penyambutan Paus, yaitu  saat Paus berjalan menuju Altar dan turun dari mobil terbuka setelah menyapa umat dan dielu- elukan umat.
Lagu , gending terus dilagukan dan ditarikan sampai Bapa Paus memberkati Altar.
Tarian penyambutan Paus ini tarian Jawa klasik, gerakannyapun gerakan pakem tarian klasik putri Yogyakarta.
Tarian Persembahan
Sedangkan saya, menari di  saat persembahan dibawa ke Altar.  Saya bersama lebih dari seratus penari wanita dan pria saat itu menari tarian persembahan.
Kami mengenakan kebaya hijau, bersanggul gaya Bali, bersarung corak kembang buketan pesisiran.
Sedangkan penari pria berbakaian kuning dan membawa  bendera merah putih , bendera Indonesia dan kuning putih, bendera Vatikan.
Tarian kreasi baru dengan iringan gending Jawa yang cepat.  Iringan gending dan lagu  Gerakan tarinya diambil dari tarian Bali, Jawa, Sunda, Aceh.
Bangga, terharu dan senang sekali menari di depan Paus saat itu. Sambil menari saya sempat melirik Bapa Paus, ternyata Bapa Paus duduk di kursi Kepausan tinggi dari anyaman Bambu dan tersenyum memandangi tarian kami dan menikmati irama gending yang cepat , secepat gending tari Bali.
Sambil bergurau kami mengatakan, bukan hanya kami yang terus mencari Paus, tetapi sebagai penari , Bapa Pauslah yang memandangi kami.
Hehehe sombong sedikit bolehlah.
Saat itu , saya  merasakan kekaguman Bapa Paus akan tarian dan gending Indonesia.
Pesiapan dan latihan menari
Sudah jauh- jauh hari terdapat pendaftaran dan seleksi penari dari seluruh Gereja Katholik dan Paroki di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Begitu saya mendengar langsung mendaftar di Paroki dan undangan seleksi di Pusat Musik Liturgi di Kota Baru Yogyakarta.
Guru tari dan koreografer semua dari Insitut Seni Indonesia di Yogyakarta.
Beruntung saya terpilih dan mengikuti latihan setiap minggu di halaman Pusat Musik Liturgi Yogyakarta.
Dua hari sebelum hari H nya, kami gladi resik di Pankalan Udara Adi Sucipto Yogyakarta tempat berlangsungnya Misa  Akbar.
Minggu terakhir latihan, dibagi baju tari kami dan kursus kilat merias sendiri untuk menari nanti.
Minggu sebelumnya lagi ukur baju kebaya, kebaya yang akan dipakai untuk menari.
Jadi saya beruntung, tidak hanya menari tapi belajar bersanggul dan bermakeup sendiri .
Hari Misa Akbar
Semalaman saya dan adik- adik saya sulit tidur, saking senangnya besuk pagi menari di Misa Akbar.
Jam 04. 00 pagi kami sudah diharuskan berkumpul di  Pusat Musik  Liturgi Kota Baru Yogyakarta.Â
Di aula kami berdandan dan berhias dengan pakaian tari. Kami masing - masing berdandan sendiri dan saling merapikan dengan teman- teman.
Dari sana kira- kira jam 06.00 pagi kami bersama- sama mengendarai bus menuju  Pankalan Militer Bandara  Udara  Adi Sucipto, masih gelap.
Sampai di Bandara, kami masing- masing mendapatkan nasi kotak dan minuman untuk sarapan.
Saat itu saya heran kok nasinya tidak basi ya, padahal udara di tanah air panas banget dan makanan untuk panitia dan petugas misa ribuan jumlahnya.
Nasi  tidak basi, tetapi semua kering, ayam digoreng sampai kering dan lauk kering tempe juga kering, mungkin masakan kering- kering yang tahan panas dan tidak mudah basi.
Akhirnya dengan bangga dan penuh sukacita kami menari dengan segala hati. Bahagia bisa menari di depan Bapa Paus Yohanes Paulus II.
Kenangan yang tidak pernah terlupa seumur hidup. Bahagia dan penuh syukur.
Terimakasih sekali lagi untuk kunjungan Paus Fransiskus ke negri tercinta Indonesia.
Negri yang jauh dan melelahkan diusia yang hampir 88 tahun.
Kami turut mendoakan Bapa Paus Fransiskus selalu diberi kesehatan yang  baik dan selalu dalam lindungaNya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H