Akhirnya sampai juga ke rumah Hennie. Hennie dan suaminya telah menunggu di beranda rumahnya yang apik. Halaman luas dengan rumput yang dipotong sempurna bak disisiri setiap hari dan bunga- bunga musim semi. Bunga tulip pink dan putih dengan pinggiran kelopak bergerigi saya belum pernah melihatnya, indah sekali.
Bunga Magnolien merah tua atau warna bordeaux wow cantik sekali.
Hennie ramah dan suaminya yang ramah pula menyambut kedatangan kami.
Persis yang saya bayangkan, ramah, hangat seperti tulisan dan sapaannya di kompasiana.
Seperti sahabat yang lama tidak jumpa kami banyak tertawa dan bercerita.Â
Menikmati kue Erbeer atau kue stoberi. Pasti stoberi segar yang baru dipetik.
Meskipun Kaffee Zeit, tetapi saya memilih minum teh. Hennie segera ke dapur menyiapkan kopi untuk suaminya dan teh untuk kami.
Oh ya saya mengikuti Hennie ke dapurnya yang bersih dan cantik ada tanaman jeruk purut, pandan dan pohon pisang.
Saya ingin membantu Hennie membawa cangkir dan piring dari almari dapur. Tangan Hennie belum sembuh benar,semua pekerjaan dilakukan dengan tangan kiri.
Hebat Hennie meskipun hanya dengan tangan kiri masih tetap produktiv menulis dan rumahnyapun picobello atau perfekt tertata rapi.
Terasa kalau dulu Hennie pernah tinggal di berbagai negara, terlihat dari hiasan- hiasan rumahnya.
Duduk, banyak bercerita di teras rumahnya, sambil menikmati kebun yang asri dan di sisi lain hamparan ladang yang luas di sebelah sana. Ya rumah Hennie berada di atas bukit, wis pokoknya indah. Pasti dari keheningan dan keindahan teras dan rumah ini banyak lahir tulisan- tulisan indah dan menginspirasi.
Waktu berjalan begitu cepat. Jam 17.00 kami harus pelan- pelan berpamitan, karena jam 20.00 Herr Sigaze harus sampai Mainz lagi, rapat telah menunggu.
Setelah berfoto di halaman indah rumah Hennie. Suami Hennie, Herr Oberst yang baik hati, memfoto kami kompasianer Jerman.