Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengunjungi Kompasiana Teladanku di Tuebingen Jerman

24 Mei 2023   16:06 Diperbarui: 24 Mei 2023   21:44 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tulip di kebun Hennie Dokpri

Ingin bertemu dengan Kompasianer Hennie Oberst

Sudah lama ingin sekali berkenalan langsung dengan Kompasianer Jerman yang namanya pasti tidak asing lagi, mbak Hennie Triana Oberst.

Tulisan- tulisannya tentang kehidupan di Jerman dan negri- negri yang yang pernah Hennie kunjungi ditulis dengan cermat, teliti, indah dan apik.

Juga tulisan resep- resepnya yang tidak sulit untuk dicoba dan foto- foto hasil bidikannya yang tak kalah indah.
Pernah aku sampaikan kalau Hennie bukan saja penulis berbakat tetapi juga seorang Kuenstlerin atau seniman.  Sapaannya yang selalu ramah, seakan sudah lama berkenalan.

Hal- hal tersebut di atas yang membuat keinginan untuk bertemu dan mengunjunginya.
Kota Tuebingen, kota kecil indah di pinggir sungai Nekar, kota Wissenschaf atau kotanya para Ilmuwan.
Di kota yang terkenal dengan Universitasnya, di mana mbak Hennie pernah belajar bahasa di sana.

Dari kota nan cantik ini terlahir karya- karya tulisan Hennie yang sangat menginspirasi.

Dari beberapa Whatsapp janjian dengan Hennie, akhirnya tercapai kesepakatan kapan kami boleh bertemu.

Kebetulan sekali Herr Sigaze, kompasianer Jerman dari kota Mainz hari itu juga bisa ambil libur dan kami bersama- sama mengunjungi mbak Hennie.

Menuju kota Tuebingen 

Frankfurt ke Tuebingen berjarak 240 Kilometer. Dari  Frankfutrt saya mengambil arah Stuttgart, Autobahn atau jalan Tol no A5. Dari Stuttgart kearah Tuebingen dengan jalan tol no A8.

Arah Frankfurt ke Stuttgart bukan daerah asing untuk saya, karena jalan tol yang sama selalu saya lewati bila mengunjungi anak saya Michael di Zuerich atau St. Gallen. 

Jadi saat suami mengatakan pas hari itu tidak bisa mengantarku karena  ada kesibukan lain aku tidak cemas. Saya hanya berfikir, ya arah dan jalannya seperti kalau ke Swiss cuma hanya separuh jalan.
Udara musim semi yang pagi hari terkadang masih dingin, tetapi pagi hari yang tidak gelap lagi membuat perjalanan Frankfurt Tuebingen semakin menyenangkan.

Padang bunga Raps menguning indah sepanjang jalan dan bunga apel, ceri bermekaran waduh.... semakin menyenangkan dan tiga jam perjalanpun tidak terasa lama.

Sekali berhenti di suatu Rast pemberhentian untuk minum kopi dan ke toilet.
Karena Hennie baru ada waktu sekitar jam 13.30, karena sedang menjalani  Physiotherapi , maka kamipun jalan- jalan terlebih dahulu di kota Tuebingen.

Sengaja dari  Frankfutrt pagi- pagi, sehingga ada cukup waktu jalan- jalan di kota universitas cantik Tuebingen.

Bibliotek Universitas Tuebingen

Dari Frankfurt mampir ke Mainz menjemput Herr Sigaze yang sudah menunggu di depan biara. Dari Mainz menuju Universitas, tepatnya Universitas Bibliotek Tuebingen. Idee dari Herr Sigaze kami singgah ke Bibliotek Universitas Tuebingen.
Hennie sudah berpesan, hati- hati dan jangan kapok ke Tuebingen, lagi banyak Baustelle atau pembangunan dan perbaikan jalan. 

Begitu masuk kota Tuebingen Baustelle yang dikatakan Hennie belum terlihat, dengan lancar kami sampai ke gedung parkir Universitas Tuebingen.

Kesan saya, begitu banyak orang muda, di mana- mana orang muda, para studet dan mahasiswa. Di sini situasi demografi di Jerman yang mengatakan sebagian besar penduduk Jerman orang tua tidak berlaku. Di kota  Tuebingen lebih banyak student dari pada pensiunan, paling tidak di hari- hari kerja bukan pada saat semester Ferien atau liburan semester.

Sesampainya di depan gedung tua Bibliotek terpampang tulisan Koenigliche Bibliotek atau perpustakaan kerajaan. Wow ternyata perpustakaan Universitas Tuebingen ini perpustakaan kerajaan.

Disebut perpustakaan kerajaan karena pada mulanya perpustakaan ini milik Raja Wilhelm I yang diserahkan ke Universitas Tuebingen.
Perpustakaan ini berdiri sejak tahun 1499.

Suatu saat saya tulis tentang perpustakaan ini.

Waktu berjalan begitu cepat tidak  terasa sudah jam 12.30. Berarti kami sudah satu setengah jam menikmati keheningan Bibliotek dan tenggelam di antara buku- buku tua yang amat berharga.

Mencicipi Spaetzle, makanan khas orang Schwaben.

 Schwaebische  Land, merupakan daerah di sebelah selatan bagian barat Jerman. Sebagian besar daerah Schwaben terletak di negara bagian Baden Wuerttemberg.

Spaetzle mirip mie. Makanan pokok orang Jerman kentang, tetapi di daerah Schwaben ini bukan kentang tetapi Spaetzle.

Maka kami menuju Altstadt atau kota tua dan mencari Restaurant yang menyajikan makanan khas Schwabische Land.
Setelah memarkir mobil kami, kami berjalan menuju Altsatd Tuebingen.

Kami berjalan di pinggir sungai kecil yang bersih dan asri. Di sepanjang sungai kecil tersebut berjajar restaurant dan kaffee. Saat itu awal musim semi. Kursi dan bangku- bangku Kaffee telah di jajar di luar dan orang- orang mulai menikmati hangatnya matahari musim semi.

Di ujung jalan kami menemukan restaurant yang kelihatan tua dan apik, khas Schwarzwald atau Blackforest, sebutan lain dari Schwaebische Land.

Kami melihat sebentar di papan menu yang terpampang di pigura kaca depan pintu.  Yach...benar sekali, kami menemukan restaurant yang menyajikan makanan khas tanah Schwaben atau tepatnya Schwarzwald, Blackforest, yaitu daerah ini.

Pegawai restaurant yang ramah mencarikan tempat duduk yang masih kosong untuk kami.
Rumah makan yang tidak terlalu besar,  ruangan dan mobelnya yang tua dan dari kayu khas Schwanzwald memberikan kesan gemuethlich atau nyaman.

Kami membuka buku menu sebentar dan sudah tahu apa yang kami pesan.
Saya memesan Spaetle dengan Sonntag Braten. Sonntag Braten merupakan sebutan daging yang di panggang di offen dan disajikan dengan saus dari kaldu,  bawang bombay  dan anggur merah. Sedangkan Herr Sigaze memesan Spaetzle dengan  Hirschsteak. Hirschteak,  merupakan steak dari daging rusa.

Wow ternyata pelayanan selain ramah, juga cepat. Supaya tidak membuang waktu kami segera membayar saat pesanan datang. Kami mohon maaf kalau segera membayar karena kami tidak punya banyak waktu.
Hemm hidangan khas Schwaben dan Schwarzwald ini enak sekali. Spaetzle yang enak seperti ini jujur saya belum pernah memakannya. Mienya lembut tetapi tidak lembek, pas sekali. Terasa sekali kalau Spaetzle ini buatan sendiri atau Hausgemacht.

Menuju ke rumah kompasianer Hennie 

Setelah menghabiskan Spaetzle kami, kamipun bergegas menuju mobil dan meneruskan perjalanan ke rumah Hennie.

Ammerbuch, kota kecil 10 kilometer dari kota Tuebingen tinggal penulis kompasiana yang aku kagumi.

Benar kata Hennie, di mana- mana Baustelle atau pembangunan dan perbaikan jalan. Baustelle ini tepatnya di daerah sekitar station kereta pusat kota Tuebingen.

Begitu keluar dari kota Tuebingen dan menuju Ammerbruch semua lancar tidak ada hambatan lagi.

Wah benar- benar saat yang tepat untuk mengunjungi kompasianer hebat, Hennie.
Cuaca begitu bagus, matahari hangat bersinar, meskipun hari- hari kemarin  masih hujan dan dingin.

Jalan terus naik dan terasa semakin tinggi. Wow ternyata Ammerbruch kota kecil indah di atas gunung di mana Hennie tinggal begitu indah,  apalagi di musim semi.
Perjalan 10 kilometer melewati desa atau kota kecil yang indah, bersih dan di mana- mana bunga musim semi terasa begitu cepat.

Navi terus menuntun kami ke ujung kota dengan rumah-rumah  relativ baru. Rumah- rumah bagus di lokasi yang indah seperti rumah Hennie ini biasa disebut Bungalow atau Villa kecil.

Wow rumahnya di Sackgasse lagi. Sackgasse berarti jalan  buntu. Biasanya prominente atau orang- orang terkenal di Jerman memiliki rumah di Sackgasse.

Orang Jerman suka ketenangan, sehingga rumah di Sackgasse menjanjikan ketenangan. Tenang karena tidak ada mobil lalu-lalang  selain tamu dan mobil sendiri. Selain tenang dari kebisingan, lebih aman dari pengamatan orang-orang lewat yang ingin tahu, atau Beobachtung orang- orang yang neugierig.

Bertemu dengan Hennie 

Akhirnya sampai juga ke rumah Hennie. Hennie dan suaminya telah menunggu di beranda rumahnya yang apik. Halaman luas dengan rumput yang dipotong sempurna bak disisiri setiap hari dan bunga- bunga musim semi. Bunga tulip pink dan putih dengan pinggiran kelopak bergerigi saya belum pernah melihatnya, indah sekali.

Bunga Magnolien merah tua atau warna bordeaux wow cantik sekali.
Hennie ramah dan suaminya yang ramah pula menyambut kedatangan kami.

Persis yang saya bayangkan, ramah, hangat seperti tulisan dan sapaannya di kompasiana.

Seperti sahabat yang lama tidak jumpa kami banyak tertawa dan bercerita. 

Menikmati kue Erbeer atau kue stoberi. Pasti stoberi segar yang baru dipetik.

Meskipun Kaffee Zeit, tetapi saya memilih minum teh. Hennie segera ke dapur menyiapkan kopi untuk suaminya dan teh untuk kami.
Oh ya saya mengikuti Hennie ke dapurnya yang bersih dan cantik ada tanaman jeruk purut, pandan dan pohon pisang.

Saya ingin membantu Hennie membawa cangkir dan piring dari almari dapur. Tangan Hennie belum sembuh benar,semua pekerjaan dilakukan dengan tangan kiri.
Hebat Hennie meskipun hanya dengan tangan kiri masih tetap produktiv menulis dan rumahnyapun picobello atau perfekt tertata rapi.

Terasa kalau dulu Hennie pernah tinggal di berbagai negara, terlihat dari hiasan- hiasan rumahnya.

Duduk, banyak bercerita di teras rumahnya, sambil menikmati kebun yang asri dan di sisi lain hamparan ladang yang luas di sebelah sana. Ya rumah Hennie berada di atas bukit, wis pokoknya indah. Pasti dari keheningan dan keindahan teras dan rumah ini banyak lahir tulisan- tulisan indah dan menginspirasi.

Waktu berjalan begitu cepat. Jam 17.00 kami harus pelan- pelan berpamitan, karena jam 20.00 Herr Sigaze harus sampai Mainz lagi, rapat telah menunggu.

Setelah berfoto di halaman indah rumah Hennie. Suami Hennie, Herr Oberst yang baik hati, memfoto kami kompasianer Jerman.

Syukur untuk pertemuan yang indah dan syukur Hennie pelan- pelan telah pulih kembali, meskipun masih terus menjalani Physiotherapi sampai sembuh benar.

 Akhir bulan Juli Hennie mengantar putrinya Chiara ke Frankfutrt dan moga- moga ada waktu untuk berjumpa lagi.

Terimakasih Hennie dan Herr Oberst untuk sambutannya yang hangat. Terimakasih juga untuk pengertiannya kami banyak bercerita dengan bahasa Indonesia.

Suatu saat bila tawaran menginap kami terima pasti kami bakalan sampai jauh malam bercerita dan jalan- jalan pagi menikmati kota kecil Ammerbuch yang indah.

Terimakasih banyak Kompasiana, yang telah mempertemukan kami orang Indonesia di rantau orang. Bersyukur kami memiliki  keluarga kompasiana. 

Salam hangat untuk seluruh keluarga besar kompasiana dari kami sebagian kecil kompasianer Jerman. 

Tulip di halaman rumah Hennie

Spaetzle dengan Sonntag Braten. Dokpri
Spaetzle dengan Sonntag Braten. Dokpri

Dietzenbach, 24 Mei 2023

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun