Tri Hari Suci, yaitu Kamis Putih, Jumat Agung, dan Minggu Paskah. Ketiga hari-hari suci ini mengingatkanku perjalanan ziarah ke Tanah Suci beberapa tahun lalu.
Di ke tiga hari suci tersebut saya mengikuti Misa dan ibadat di Gereja dekat rumah kami, di Dietzenbach Jerman.
Setiap kali bacaan dari Kitab Suci dibacakan selalu menyebut tempat-tempat di tanah suci ini. Saat Minggu Palma di mana Yesus dielu-elukan ketika memasuki kota Yerusalem.
Kamis Putih di mana Yesus merayakan perjamuan terakhir. Taman Getsemani, di mana Yesus berdoa sangat mendalam sebelum ditangkap dan diserahkan pada algojo-algojo. Di tempat ini pula Yesus diserahkan oleh Yudas Iskaryot dan ditangkap.
Rumah Pilatus di mana Yesus diadili. Jalan-jalan di kota tua Yerusalem dampai ke Gunung Golgota di mana Yesus harus memanggul salib. Puncak Golgota di mana Yesus disalibkan.
Bacaan dari kitab suci begitu nyata. Seakan semua tempat-tempat kudus itu dibawa ke altar Gereja. Semua menjadi hidup.
Saya bersyukur telah mendapatkan kesempatan untuk menapaki jejak langkah-langkah Yesus di Tanah Suci.
Di pekan suci ini, selain sibuk menyiapkan perayaan Paskah, saya mencoba untuk diam dan dengan tenang menghayati hari-hari kudus ini.
Kamis Putih
Kemarin hari Kamis Putih, orang Jerman menyebutnya Gruendonnerstag. Gruen artinya hijau. Mungkin pada hari ini dulu orang Jerman makan sayuran-sayuran yang berwarna hijau. Misalnya orang Frankfurt akan makan Gruene Sosse pada hari Kamis Putih ini.Â
Hari-hari sebelum Minggu Paskah merupakan masa puasa jadi tidak makan daging, salah satunya makan Gruene Sosse atau saus hijau.
Saus hijau ini, dibuat dari berbagai sayuran dan rempah-rempah hijau, seperti petersili, daun bawang dan masih banyak lagi yang dipotong sangat halus dan dicampur dengan cream dan mayones dan disajikan dengan kentang rebus.
Arti yang lainnya dari kata "greinen" yang berarti meratap karena sedih. Yesus juga amat sedih dan berdoa di Taman Getsemani, sebelum nantinya disiksa, memanggul salib dan wafat di kayu salib.
Pada hari ini, semua toko-toko dan supermarket tutup pada jam 20.00. Pada hari-hari biasa supermarket ada yang buka sampai jam 21.00, ada pula yang sampai jam 22.00-23.00, bahkan di kota besar seperti Berlin dan Frankfurt ada yang sampai jam 24.00.
Beruntung saya  kerja pagi, sehingga  jam 19.00 saya bisa mengikuti misa Kamis Putih. Beruntung saya masih mendapatkan tempat duduk, tetapi tempat parkir sudah penuh.
Bacaan Injil di Kamis Putih tentang Perjamuan Kudus dan Perjamuan Terakhir Yesus dengan murid-muridNya. Ekaristi merupakan warisan Tuhan yang dirayakan sampai sekarang di perayaan Misa setiap hari di gereja-gereja Katholik seluruh dunia. Perayaan mengenang sengsara dan kebangkitanNya.
Upacara Pembasuhan Kaki
Upacara pembasuhan kaki, seperti dalam bacaan Injil bahwa Yesus membasuh kaki murid-muridNya.
Meskipun upacara pembasuhan kaki selalu sama dan diulang setiap perayaan Kamis Putih, tetapi selalu saja tidak sama. Merinding, terharu campur aduk menjadi satu. Tak urung juga menjadi terisak oleh kerendahan hati dan kasihNya yang ditunjukan dalam upacara ini.
Terlebih saat 12 umat yang mewakili murid Yesus duduk berjajar di altar dan mulai membuka sepatunya. Di sisi altar lain Imam yang merupakan wakil Yesus, mulai membuka mantel kebesaran atau Kasulanya, tinggal mengenakan jubah putih mengikat kembali pinggangnya dan menggulung lengan bajunya dan mulai berlutut di depan umat untuk membasuh kaki.Â
Waduh saat itu tidak bisa dibendung lagi air mata ini.Â
Saat itu Tuhan Yesus sendiri melakukan hal ini. Di sana saya rasakan betapa teladan yang sangat luar biasa. Pesan cintaNya sungguh nyata.Â
Kata Yesus sesudah membasuh kaki murid-muridNya, "Jika aku Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki, sebab Aku telah memberi teladan kepadamu supaya kamu juga berbuat seperti yang telah kuperbuat kepadamu." (Yohanes 13: 1-15)
Jujur teladan ini amat sangat sulit hampir mustahil. Pada awal Injil Yohanes ini dikatakan Yesus, senantiasa mengasihi murid-muridNya, demikian juga sekarang, Ia mengasihi mereka sampai saat terakhir.
Hal inilah yang menguatkan, yaitu Yesus mengasihi murid-muridNya sampai saat terakhir. Pesan Yesus selain saling membasuh kaki yang berarti saling melayani, yaitu saling mengasihi.Â
Hanya dengan cinta yang besar, saling membasuh kaki bisa terjadi. Keyakinan bahwa dikasihi sebagai murid Tuhan memberikan suka cita yang besar.Â
Sukacita yang besar ini memampukan seseorang untuk mengasihi sesama dan akhirnya memiliki kekuatan untuk menjadi rendah hati dan mampu membasuh kaki. Membasuh kaki contoh pelayanan yang paling rendah.Â
Dengan hati yang dipenuhi kasih dan sukacita akan mampu saling melayani dan mengasihi.
Malam Tuguran atau Nach der Wache fuer den Herrn
Malam perayaan Kamis Putih selesai dan dilanjutkan dengan malam Tuguran atau Nacht der Wache fuer den Herrn, malam berjaga untuk Tuhan.
Pada malam ini gereja buka semalam suntuk dan terbuka untuk siapa saja yang mau berdoa. Bersama Yesus berdoa, seperti Yesus katakan pada saat berdoa di Taman Getsemani. "Hatiku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggalah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku".
Kemudian Yesus berdoa. Setelah itu Yesus mendapati murid-muridnya sedang tidur. kemudian Yesus berkata kepada Petrus: Tidakkah kamu sanggup satu jam saja berjaga-jaga satu jam saja dengan aku. "Berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kamu tidak terjatuh dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah". ( Injil Mateus 26)
Inilah dasar perayaan Kamis Putih dan Malam Tuguran.
Jumat Agung
Hari ini adalah hari Jumat Agung, hari wafatnya Tuhan. Semua toko sekolah dan kantor tutup. Di gereja Dietzenbach jam 10.00 pagi ada doa jalan salib. Yaitu doa mengenang sengsara Yesus sejak ditangkap, diadili, memanggul salib, dan disalib.
Siang nanti jam 15.00 serentak di seluruh dunia ada ibadat Jumat Agung. Mengenang dan merasakan kembali sengsara Tuhan dan wafatnya.
Bacaan Injil hari ini, dibacakan kisah sengsara Yesus, sampai wafatnya di kayu Salib. Saat untuk merasakan kembali betapa Tuhan dengan sengsaranya tidak lain karena amat mencintai umatNya.Â
Karena corona, tidak diperkenankan untuk mencium salib di upacara penghormatan salib. Karena itu kami umat membawa setangkai bunga dan diletakkan di dekat salib sambil bersujud. Upacara penghormatan salib, saat-saat yang khidmat dan tenang.
Setelah ibadat selesai masih banyak umat yang sujud dan berdoa merasakan saat-saat hening. Saat Tuhan memberikan nyawaNya untuk umat yang dikasihiNya.
Di Jerman, di hari Raya Jumat Agung ini, di radio maupun televisi dan di mana saja tidak ada musik yang hingar-bingar. Kalau ada musikpun musik-musik yang tenang.
Suasana hening dan tenang ini tetap dijaga sampai besok Minggu Paskah, hari kebangkitan Tuhan dari wafatNya.
Selamat merayakan Tri Hari Suci bagi yang merayakannya.
Salam hangat dari Dietzenbach Jerman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H