Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Mendampingi Penerbangan Ibuku 84 Tahun, Frankfurt- Yogyakarta

5 November 2022   10:06 Diperbarui: 5 November 2022   19:55 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peraturan naik pesawat terbang mulai melonggar, Visa masuk Indonesia dan kesehatan ibu

Sudah hampir 3 tahun, sejak pandemi kami juga ibu tidak pulang kampung lagi. Situasi yang tidak menentu dan peraturan perjalanan yang rumit dan berubah- ubah membuat kami menunda kepulangan kami ke kampung halaman.

Saat ini dimana aturan tidak terlalu ketat lagi dan Visa tourist untuk Indonesia sudah bisa diperoleh di Bandara Sukarno Hatta dan KJRI Frankfurt kami memutuskan pulang kampung.

Tahun ini ibu berusia 84 tahun. Usia yang sudah cukup tinggi untuk menjalani terbang antar benua. Sejak memasuki usia 84 ini saya merasakan kesehatannya turun dratis.

Tahun 2019 sebelum pandemi, di usia ibu yang 81 tahun masih fit untuk pulang ke Jerman sendirian. Saat itu kami pulang sekeluarga bersama- sama tetapi ibu sebagai pensiunan tinggal lebih lama di Indonesia dan pulang sendirian. 

Menggunakan jasa untuk orang lansia yang bagus, diusia ibu yang 81 tahun waktu itu tanpa masalah pulang ke Jerman sendirian.

Sejak memasuki tahun 2022 ini saya sadar ibuku tahun ini memasuki usia 84 tahun. Raganya makin lemah, ingatan dan pendengarannya berkurang sekali.
Ada kecemasan dalam hati. Setiap hari bisa saja terjadi tiba- tiba kesehatan ibu benar- benar turun dan yang paling burukpun bisa terjadi.
Untuk itu, pada bulan Mei yang lalu di hari ulang tahunnya ibu mengundang teman- teman baiknya dan mengadakan doa syukur di rumah dan pesta kebun saya dukung.

Ibu bahagia sekali diantara teman- teman lamanya, anak- anak muda yang dulu student juga ibu undang dan mengiringi dengan gitar di doa bersama. Tentu saja dengan lagu- lagu pilihannya.

Pater Ino yang memimpin doa dengan indah sekali. Sampai saat ini ibu masih suka mengulang- ulang indahnya hari ulang tahunnya tersebut.
Ibu juga berterima kasih berkali- kali bahwa saya anaknya menyelenggarakan pesta kebun untuk beliau.

Melihat kondisi ibu yang semakin melemah, saya juga bertekad untuk mengantar ibu pulang kampung tahun ini juga. Sebenarnya kami ingin terbang bersama seluruh keluarga tahun depan, tetapi melihat kondisi ibu saya tidak mau menunggu lebih lama lagi.

Mempersiapkan kepulangan ibu

1. Mencari informasi Visa untuk orang asing masuk ke Indonesia. 

Ini perlu karena ibu warga negara Jerman.

Informasi ini saya cari di Web site KJRI Frankfurt, menanyakan sahabat yang kebetulan bekerja di KJRI dan menanyakan teman- teman yang baru pulang dari tanah air.

Pada awalnya saya ingin mencari visa tourist untuk ibu dari KJRI Frankfurt saja karena mengingat usia ibu supaya nanti tidak lagi harus antri di loket permintaan Visa.
Diduga, antrian permintaan Visa ini panjang. Bila saya telah memiliki Visa dari Frankfurt ibu tidak perlu lagi antri dan menunggu.

Berikut ini syarat- syarat permohonan Visa Tourist di KJRI Frankfurt:

- Paspor yang masih berlaku minimum 6 bulan.

-Mengisi formulir permohonan visa yang bisa di down load dari Web seite KJRI

- Kopi dari halaman pertama paspor

-Kopi tiket atau jadwal penerbangan

- Foto berwarna dan biometris 35x45 mm

-Kopi tanda pembayaran  permohonan Visa seharga 90 Euro.

- Kopi daftar gaji, pensiun 

-Surat undangan dari keluarga beserta kopi KTPnya

- Surat pemesanan hotel

- Amplop yang sudah diberi perangko

- Kopi bukti vaksin minimum dua kali

-Surat pernyataan mengikuti peraturan Covid-19 pemerintah Indonesia.

- Permohonan ini diserahkan minimum 10 hari kerja.

Persyaratan tersebut di atas menurut saya pribadi rumit dan mahal.
Pada akhirnya saya putuskan untuk meminta Visa Tourist di terminal kedatangan Bandara Sukarno Hatta.

Harga permohonan Visum untuk 4 minggu hanya 500 Ribu Rupiah.

Seandainya harus antri ya tidak masalah. Lebih baik saya ambil waktu.

2. Memeriksa kembali vaksin - vaksin Covid yang ibu pernah terima. Mengeprint dari sertifikat Vaksin, menyiapkan buku Vaksin dan mengunduh app Peduli Lindungi

3. Pergi ke dokter untuk mengecek kesehatan ibu secara menyeluruh dan meminta saran dokter untuk kepulangan ibu dalam jangka lama minimum 3 Minggu.

4. Menghitung berapa obat yang diperlukan selama berada di Tanah Air, meminta resep dan mengambil obatnya.

5. Memesan dan membeli tiket pesawat.

Dalam pembelian tiket pesawat untuk ibu saya sengaja beli ke Biro Perjalanan, karena bila terjadi pembatalan atau perubahan waktu terbang ke biro perjalanan tersebut.

6. Pada saat membeli dan menjadwalkan perjalanan saat itu juga segera minta pelayanan untuk lansia, berarti minta kursi roda dan pendampingan sampai tujuan.

7. Dalam pembelian tiket pesawat, sekalian membeli asuransi pembatalan penerbangan. Misalnya tiba- tiba ibu sakit dan ibu batal terbang uang di kembalikan, paling tidak 70 persen. Harga asuransi ini 75 Euro.

8. Dalam memutuskan pembelian tiket pesawat, harus dilihat berapa biaya bila terjadi pergeseran waktu terbang.

Hal ini harus dipertimbangkan apa bila ibu sakit dan harus lebih awal pulang ke Jerman lagi tidak kaget karena mahal. Harga pergantian jadwal penerbangan atau umbuchung Kosten ini bervariasi biasanya berkisar 50 Euro sampai 200 Euro.

9. Mengecek kembali apakah Asuransi Kesehatan Perjalanan Luar Negri masih berlaku atau harus memperbaharu lagi.

Hal ini penting apabila tiba- tiba ibu sakit dan harus ke dokter dan rumah sakit ada asuransi yang menanggung. Dilihat kembali dan ditanyakan apakah juga termasuk penanganan Covid.

10. Mengecek pelayanan kesehatan dan dokter terdekat dan tercepat bila kondisi ibu menurun dan memerlukan pertolongan dokter.

Selain menyiapkan penerbangan panjang untuk ibu juga mempersiapkan diri mendampingi ibu. 

Untuk saya tidak perlu visa karena saya masih warga negara Indonesia.
Hal- hsl ini yang saya siapkan dalam perjalanan.

1. Mencari informasi persyaratan Covid ke Indonesia.
2. Membeli tiket disertai Asuransi Pengembalian uang bila gagal terbang.
3. Menyesuaikan tiket yang dibeli dengan nama ibu dan mencari harga tiket yang biaya penunandaan dan pergantian tanggal terbang yang tidak terlalu mahal.

Menikmati pelayanan lansia sepanjang penerbangan 

Akhirnya tiba saatnya kami terbang ke tanah air.

Kami terbang hari Kamis. Kamis ditengah minggu. Harga tiket bisa selusih 100 Euro bila berada di tengah minggu. Harga tiket di akhir pekan lebih mahal.

Lima hari sebelum terbang saya telah mendapatkan Email dari Qatar Airways tentang hal- hal yang harus disiapkan sebelum terbang terutama yang berhubungan dengan protokol kesehatan. Qatar juga mengingatkan supaya telah berada di bandara paling tidak 3 jam sebelum jam keberangkatan.

Jam 6.30 kami telah meninggalkan rumah menuju bandara. Saya agak cemas dan berusaha datang lebih pagi karena semalaman mencoba untuk chek in belum berhasil.

Akhirnya kami chek in langsung ke bandara, semua lancar dan cepat. Antrian juga belum panjang, syukur kami berada di bandara 3 jam sebelum terbang.

Langsung kami meminta dan mendaftarkan diri untuk pelayanan lansia. Ibu mendapatkan kartu hijau tanda pelayanan Lansia.

Tak lama kemudian petugas bandara menjemput ibu dan saya sebagai pendamping lansia ikut serta. Kami dijemput dengan mobil Elektro menuju pintu masuk hall penerbangan.  Pemeriksaan securitipun cepat dan tanpa menunggu antrean dan lansung naik mobil elektro lagi sampai ruang tunggu pintu 43 di mana Qatar terbang ke Doha.

Semua cepat dan lancar pelayanan dengan lansia. Saat masuk ke pesawatpun tidak harus antri dan berdesakan. Ibu dengan kursi roda di bawa sampai  pesawat.

Dari Frankfurt ke Doha, memerlukan waktu 7 jam. Pesawat penuh, bak musim liburan. Terasa sekali orang- orang tidak takut lagi bepergian jauh, bahkan rindu bepergian jauh.

Sebenarnya agak cemas juga, waktu transit yang singkat di Doha, hanya 1 jam.

Tetapi dengan kartu senior semua cepat dan lancar. Satu jam transit di Dohapun tidak masalah, semua cepat lancar dan pelayanan bagus.

Ibu dan saya masuk ke pesawat dengan sehat dan selamat.

Penerbangan dari Doha ke Jakarta, pesawat lumayan penuh. Dari Doha pesawat lumayan penuh dan banyak penumpang Indonesia. Terasa sekali perbedaan penumpang dari  Frankfurt - Doha, Doha Jakarta, saling bercerita antar penumpang. Bagi orang yang terbiasa diam dan tenang, terasa berisik.
Awak pesawat rajin mengantar makanan dan minuman. Minum air putih penting di pesawat, karena udara yang kering.

Doha - Jakarta ditempuh kurang lebih 9 jam.

Turun dari pesawat ibu sudah ditunggu petugas bandara yang ramah dengan kursi rodanya. Wah keramahan khas orang Indo yang ngangeni.

Mengantar kami untuk mendapatkan Visa Tourist yang cepat. Mungkin hari masih pagi dan belum banyak pesawat. Tidak banyak persyaratan, hanya mengisi formulir dan 500 ribu rupiah.

Bandara baru yang modern luas dan bersih

Bandara yang baru, mirip terminal 2 Bandara Internasional Frankfurt am Main.

Berbeda sekali dengan beberapa tahun lalu, di mana meja-mejanyapun kusam, karena tua dan tidak terawat.

Setelah urusan imigrasi selesai, kami mengambil koper.

Seperti tiga tahun lalu, satu kopor kami masih tertinggal di Doha. Na ya, seakan sudah terbiasa. Besuk pasti akan sampai juga dan akan  di beri tahu kalau sudah sampai dan dikirim ke Yogyakarta.

Masih cukup banyak waktu, karena kami mendarat jam 09.00 dan terbang ke Yogyakarta jam 14.00.

Selama menunggu keberangkatan pesawat ke Yogyakarta,  adik- adik ibu yang sudah sepuh- sepuh juga dan tinggal di Jakarta berkumpul di Bandara  berkangen- kangenan.

Mbak- mbak yang ramah juga mengantar ibu sampai ke pesawat, ke Yogya.

Syukur ibu sampai di Yogyakata dengan selamat. Lagi- lagi mbak - mbak yang ramah dengan bahasa Jawa yang halus mengantar ibu ke statiun kereta.

Menikmati indahnya Bandara Internasional Yogyakarta dan Kereta Bandara Yogya

Kami mengagumi Bandara Internasional Yogyakarta yang baru, bersih, luas dan indah dan mengingatkan Kraton Yogyakata. 

Naik kereta bersih, modern, nyaman dengan panorama indah Pegunungan Menoreh, hamparan sawah dan pedesaan Kulon Progo dan sungai  Progo, yang selalu ngangeni.

Bandara Internasional Yogyakata ke Statiun Tugu Yogyakarta 40 Kilometer ditempuh dengan waktu 40 menit. Wah kecepatan kereta di Jerman. Harga tiket yang begitu murah hanya 20 ribu atau hanya 1 Euro 20 Cent. Di Jerman tiket kereta termurah 2 Eur, 20 Cent dan hanya 500 meter - 1 Kilometer.
Di tanah air, 1 Euro 20 Cent untuk jarak 40 Kilomete, wah murah  sekali. Jarak 40 Kilometer, Frankfurt- Mainz ditempuh  dengan waktu  yang sama 40 menit tetapi dengan harga 12 Euro.

Syukur kami telah sampai dengan selamat dan sehat. Syukur ibu juga sehat.

Lega dan bahagia ibu bertemu anak- anak, cucu, kakak adik dan seluruh keluarga tercinta.

Yogyakarta, 5 November 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun