Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Anakku Mandiri di Perantauan Swiss

3 Juli 2022   02:50 Diperbarui: 6 Juli 2022   14:26 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kakak mengantar  adiknya ke station kereta. Foto iin

Lulus SMA

Adik-adikku di tanah air mengirimkan foto-foto wisuda anak-anaknya. Wisuda, perayaan atas lulusan, baik itu SD, SMP, SMA atau perguruan tinggi.

Saya teringat kembali bagaimana anak-anakku belajar mandiri. Syukur tiada terkira menyaksikan kemandirian anak-anak.

Mungkin dari tulisan kecil ini membantu ibu-ibu atau orangtua lain untuk melepaskan anak-anak kesayangan merantau.

Tiga tahun lalu anak ke duaku lulus SMA atau Gymnasium. Berkat belajar keras akhirnya mendapatkan nilai Abitur yang bagus.

Di Jerman untuk masuk ke suatu perguruan tinggi tidak perlu tes, tetapi berdasarkan nilai Abitur atau ujian negara SMA.

Untuk jurusan-jurusan tertentu memerlukan nilai Abitur dengan nilai tertentu dan disebut Nummerus Clausus. Misalnya untuk masuk fakultas kedokteran, Psychologie, Ekonomi harus memiliki nilai 1 koma dan lain sebagainya.

Merantau ke Swiss

Saat itu Michael ingin kuliah di Swiss. Untuk masuk ke Uni di Swiss, selain nilai harus mengikuti tes masuk. Karena mengambil yang berbahasa Inggris harus menyertakan sertifikat Toefl. Syukur Michael diterima di Universitas St. Gallen Swiss.

Pada awalnya saya tidak mengerti, mengapa harus ke Swiss. Swiss biaya hidup jauh lebih tinggi dari di Jerman. Uang kuliah per semester pun 10 kali lipat dari di Jerman.

Seandainya kuliah di Frankfurt, Darmstadt, atau Mainz kan lebih hemat, tidak perlu sewa kamar, bisa tetap tinggal di rumah.

Setelah semua berlalu saat ini saya bersyukur bahwa toh saya mendukung anak saya merantau, pergi dari rumah dan studi di Swiss.

Di rumah semua ada dan tersedia

Sejak Taman Kanak-Kanak sampai SMA setiap pagi saya menyemir roti memasukkannya dalam tupperware untuk dibawa ke sekolah.

Meskipun saya berkali-kali menekankan bahwa merapikan kamar tanggung jawab masing-masing, sering saya harus memungut baju kotor dari kamar anak- anak, baju sport kotor dari tas sport.

Di rumah, setiap hari saya selalu masak makanan hangat untuk keluarga. Sekali-sekali anak-anak membantu.

Belajar mengurus diri sendiri

Saat awal anak-anak pergi dari rumah dan memandang kamar kosongnya ya, sepi juga.

Saat-saat makan tidak tertelan, ingat makan apa ya anak-anak di rantau.

Jujur saat pertama kali mengantar Michael ke stasiun bus, perasaan campur aduk, senang anak-anak sudah dewasa dan tiba saatnya untuk melepas mereka mandiri dan kasihan, sejak saat ini harus belajar mengurus diri sendiri.

Kota St. Gallen merupakan kota kecil dengan Universitas terkenal. Ke St. Galen yang hanya 400 kilometer dari Frankfurt itu tidak ada kereta atau bus langsung. Bus atau kereta harus ganti paling tidak satu kali.

Dari Frankfurt melewati Zuerich dan ganti kereta atau bus ke St. Gallen atau dari Frankfurt ke arah Konstanz dan dari Konstanz ganti kereta atau bus ke St. Gallen.

Saat pertama ke St. Gallen belum tahu bagaimana mencari sambungan bus atau kereta yang cepat dan murah.

Saat itu pilihan hanya dengan Flix bus, bus yang murah dengan harga tiket bus di bawah 50 Euro sudah sampai St. Gallen.

Mengendarai kereta jauh lebih mahal, paling murah 80 Euro sekali jalan.

Awal musim gugur, sore jam 17.00 kami mengantar ke stasiun bus. Jam 23.00 saya WA Michael, sampai di mana Michael menjawab sampai di Zuerich dan masih menunggu satu jam lagi kedatangan bus ke St. Gallen.

Wah terbayang anakku kedinginan tengah malam menunggu bus, kasihan sekali. Di musim gugur kadang di malam hari menjadi dingin dan angin. 

Jam satu malam baru sampai ke rumah kost.

Saat membuka koper Michael menemukan sikat gigi elektrik yang dulu pernah saya belikan, tetapi saat itu tidak mau memakainya. 

"Mama das ist doch mein Elektrische Zahnburtste die ich nicht haben mochte".

Saat itu, Michael tidak mau memakainya karena sikat gigi itu tidak sama dengan sikat gigi yang aku belikan untuk kakaknya, Mas Philipp. 

Ya saat itu yang persis sama habis, jadi saya belikan yang harganya lebih murah sedikit.

Kakak mengantar  adiknya ke station kereta. Foto iin
Kakak mengantar  adiknya ke station kereta. Foto iin

Dengan suara bergetar hampir menangis dia menelepon, kalau menemukan sikat gigi elektriknya. Saya juga menitikkan air mata mendengar suaranya dari kejauhan.

Saat jauh anak-anak merasakan betapa kami mengasihinya. Untuk meraih cita-citanya anak- anak harus kuat dan terus berjuang.

Kadang kalau tidak ada ujian akhir pekan pulang. Biasanya saya memberikan bekal makanan yang siap dimakan. 

Saya pikir nanti sampai di rumah kost tinggal memanasi di microwave.

Benar sekali sambil mengabari kalau sampai di rumah kost, Michael memfoto makanan yang saya berikan, sembari mengucapkan terima kasih dan memuji enak sekali masakan mama.

Membiasakan diri bangun pagi

Suatu saat kami mengunjunginya. Kami naik Flix Bus yang murah hanya 29 Euro sekali jalan. Saat itu kami tiba di St. Gallen tengah malam. Michael yang kelihatan kurus menjemput kami di stasiun bus. Kami masih ngobrol sampai jam 01.00.

Pagi-pagi jam 6.00 pagi weker Michael telah berdering dan mandi. Saya lihat, selama mandi Michael membakar roti yang masih beku di oven. 

Selesai mandi, roti sudah wangi dan siap untuk sarapan. Saya bilang, "Nak kenapa bangun pagi-pagi bukankan kuliahmu masih nanti siang dan semalam kamu pergi tidur jauh malam."

Dengan tenang Michael menjawab, "Mama, saya harus membiasakan diri bangun pagi, tidak ada alasan kemarin jauh malam pergi tidur, banyak sekali ujian-ujian yang berlangsung pagi hari supaya saya terbiasa dan tetap fit."

Wow, dalam hati kecil saya, saya kagum akan kedisiplinan yang Michael miliki.

Michael bilang, "Mama um Erfolgreich zu werden Man muss hard Arbeit, mindistens 8 Stunden sitzen und lernen yang artinya Mama, untuk menjadi sukses, seorang harus bekerja keras, paling tidak 8 jam dalam sehari duduk dan belajar."

Michael juga bercerita, banyak dari teman-temannya, terutama student dari Jerman yang kuliah di St. Gallen anak- anak orang sukses dan kaya. 

Mereka sudah ditunjukkan oleh orangtuanya apa saja yang harus sudah dicapai apabila 3 tahun selesai studi. Misalnya 3 tahun Bechelor Arbeit atau skripsi selesai dan 3 pengalaman praktikum dari tiga perusahaan sudah di tangan. Dengan pencapaian itu begitu selesai studi tiga tahun bisa langsung bekerja di investment bank yang diimpikan.

Di Uni St. Gallen, Fakultas Ekonomi berbahasa Inggris dan Jerman

Di Universitas St. Gallen terletak di Kanton St. Gallen yang berbahasa Jerman. Meskipun di negara bagian yang berbahasa Jerman, tetapi Fakultas Ekonomi terdapat dua bahasa, bahasa Inggris dan Jerman. 

Michael mengambil yang berbahasa Inggris. Alasan Michael, ekonomi sangat internasional, saya langsung saja mengambil yang berbahasa Inggris. 

Sowieso semua literaturnya berbahasa Inggris. Michael juga berpendapat, supaya dari awal sudah terbiasa menulis dan presentasi dalam bahasa Inggris yang sangat penting dalam dunia kerjanya nanti. Selain itu mengambil kursus bahasa Mandarin. 

Di Universitas St. Gallen mahasiswa dari seluruh dunia, bukan dari Swiss saja. Karena di Swiss sendiri menggunakan empat bahasa, sehingga paling tidak 5 bahasa akan terdengar dalam pembicaraan student sehari-hari. 

Bahasa tersebut, Swichzerduetsch yaitu bahasa Jerman dialek Swiss, Perancis, Itali, Raetoromanisch, Jerman dan bahasa Inggris.

Selain itu masih banyak student dari negara-negara lain termasuk negri- negri di Asia.

Dari cerita di atas saya mengambil kesimpulan bahwa, dengan merantau anak- anak menjadi sangat terbuka dan mandiri, belajar bertanggung jawab pada dirinya sendiri dan masa depannya. Hal-hal kongkret yang saya lihat bila anak merantau.

1. Anak-anak belajar mengatur waktu dan sangat menghargai waktu

Ada cerita lucu, suatu saat Michael bertanya bagaimana mengolah tahu. Saya jelaskan bagaimana memasak tahu. 

Eh Michael menjawab, "Terlalu rumit mama, saya hanya punya waktu 15 menit untuk memasak dan menyiapkan makanan saya."

"Oh Allah le, makanya kalau mama menengok minta sekarung nasi dan abon. Yowis untuk abon nanti aku minta dikirimi bulik Hesti dan bulik Atik dari Indo."

Selain tentang makanan, juga tentang mengurusi baju kotor dan cucian. Michael juga harus menuliskan kapan waktu mencuci baju, karena mesin cuci dan mesin pengering yang ada di rumah kost atau Wohngemeinschaft digunakan bergiliran untuk seluruh penghuni rumah.

Setiap penghuni harus menuliskan tanggal, hari dan jam mencuci supaya tidak berebutan dengan penghuni lain.

Dari hal tersebut saya juga kagum dan heran, saat saya mengunjunginya, sprei dan sarung bantalku bersih dan wangi sabun cuci.

Syukur anakku yang saat di rumah tinggal pakai baju dan sprei bersih, saat ini harus urus sendiri. Mama pun mendapatkan sprei, dan sarung bantal wangi. 

Supaya tidak kelaparan dan tidak kehilangan waktu percuma, anak-anak juga harus tahu kapan berbelanja. Mungkin sepulang kuliah, mampir ke supermarket.

Mengatur waktu kapan membersihkan kamar supaya nyaman ditinggali.

Pernah saya bertanya mengenai kegiatan apa di akhir pekan, dari telepon seberang sana menjawab, "Hari ini Putz Tag ma. Berarti hari mengepel dan membersihkan kamar dan rumah dengan teman-teman kostnya."

Anak-anak juga mengatur waktu kapan belajar, kapan bekerja mencari uang saku tambahan sehingga uang saku bertambah tanpa mengorbankan nilai kuliah.

2. Belajar mengatur uang

Saat tinggal di rumah kalau lapar tinggal makan dan semua tersedia.

Saat di perantauan, harus mengatur sendiri uang kiriman dan uang beasiswa yang ada untuk sewa kamar, untuk uang makan, membeli buku, sabun cuci, sabun mandi dan lain-lain.

Mereka belajar mencukupkan diri dengan uang yang ada. Suatu saat sesudah ujian menulis WA, "Mama hari ini saya pergi makan dengan teman-teman merayakan hari terakhir selesai ujian." 

Hal-hal istimewa seperti tersebut di atas dengan senang hati saya mengirim ektra.

Sekali-sekali bolehlah merayakan dengan teman-teman makan di luar. Makan di luar di Swiss amat mahal untuk ukuran Jerman. 

Di Swiss tidak ada harga menu makanan di bawah 30 Franken satu porsi, terutama daging atau atau ikan. Satu Franken sekitar 15.000 Rupiah.

3. Lingkungan orang-orang yang memiliki perspektif jauh ke depan berpengaruh pada anak-anak.

Seperti telah saya tuliskan di atas, anak-anak dari keluarga yang sukses akan mendorong anak-anaknya supaya maju juga seperti mereka.

Mereka bekerja dan belajar ekstra keras karena tidak mau pencapaian yang biasa saja, tetapi yang terbaik dan yang terbaik. Berarti harus bekerja dan belajar lebih keras dan lebih rajin dari yang lain.

Hal ini telah dilakukan Michael, teman-temannya di Frankfurt, belajar tetapi tidak sekeras Michael dan teman-temannya di St. Gallen.

4. Menghargai dan merasakan perhatian-perhatian kecil dari keluarga.

Seperti telah saya tuliskan di atas, Michael berterima kasih atas bekal makan malam yang saya berikan. Bisa menghargai, berapa lama dan waktu yang dihabiskan mama untuk berdiri di dapur untuk memasak makanan.

Makanan yang mama masak begitu berharga dan istimewa karena tidak akan ditemukan di seluruh Restoran yang ada di St. Gallen.

Pada saat ujian, saya dan suami mengunjunginya. Saat yang tepat di mana Michael hanya konsentrasi belajar di Bibliothek dari pagi jam 08.00 sampai jam 22.00. Sambil jalan-jalan kami mengantar makan siang ke uni dan makan siang. 

Perlu diketahui harga makanan di Kaffetaria uni atau Mensa di Swiss untuk kantong kami terlalu mahal. Harga seporsi  makan siang belum minuman mulai dari 10 Franken.

Pada saat Michael takut tidak lulus atau hasil ujian tidak memuaskan, kami orangtua dan masnya ada untuk menyemangati dan terus memotivasi.

Saat ini, Michael sudah selesai tinggal menyerahkan skripsinya akhir bulan ini.

Bulan Oktober mulai bekerja di suatu Investment Bank di kota Koln Jerman.

Saya bersyukur telah membiarkan, mengizinkan, mendukung dan mendampingi anak-anak keluar dari rumah dan merantau. Anak-anak menjadi mandiri, dewasa dan berwawasan luas.

Salam hangat dan selamat mendampingi putra-putri tercinta.

Dietzenbach, 2 Juli 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun