Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Hari-hari Pertama Awal Tahun di Zuerich yang Lockdown

4 Januari 2022   23:00 Diperbarui: 6 Januari 2022   01:57 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tempat wisata di Swiss - Danau Zurich dan pemandangan Rapperswil.(Sumber: www.myswitzerland.com)

Mengantar Michael pulang ke Zuerich

Senin tanggal 3 Januari, anak keduaku Michael mulai masuk kerja. Tanggal 2 Januari 2022 yang kebetulan hari minggu, hari terakhir di rumah dan ia harus pulang ke Swiss. 

Kebetulan masnya, anak pertamaku Philipp masih ambil cuti minggu pertama di bulan Januari. 

Saya sebetulnya tidak ambil cuti, tetapi karena sebelum Natal toko sangat sibuk, saya hampir kerja setiap hari sehingga saya memiliki plus jam kerja. 

Karena masih memiliki jam lembur yang lumayan banyak, di awal tahun yang sepi saya boleh libur. Lumayan libur hampir satu minggu tanpa mengurangi hari cuti.

Untuk itu saya ingin antar Michael pulang ke Swiss. Mas Philipp ikut juga mengantar adiknya sedangkan suami dan ibu tinggal di rumah. 

Suami dan ibu tinggal di rumah karena mereka berdua belum mendapatkan vaksin ketiga atau booster. Suami bilang, lebih baik aku tinggal di rumah.

Akhirnya saya dan Philipp memutuskan pergi mengantar Michael. Situasi Omicron masih tinggi, tetapi cenderung turun dan membaik. 

Persyaratan masuk ke Swiss juga tidak seketat minggu yang lalu sebelum Natal. 

Saat ini untuk masuk ke Swiss hanya diperlukan mendaftar secara online di Departemen Kesehatan Swiss dan tes Covid Negatif 24 jam sebelum masuk Swiss.

Kami sengaja mengendarai mobil saja ke Swiss kali ini, karena tidak mau terikat oleh jadwal kereta. Selain itu harga kereta pada hari Minggu dan pada jam yang kami inginkan sedang tinggi sekali, lebih dari 159 Euro sekali jalan.

Karena kami mengendarai mobil, saya sengaja dengan tenang mengepak bawaan dan membiarkan Michael maupun Philipp untuk istirahat sampai benar-benar cukup tidur. 

Ya di tahun baru, mereka merayakan dengan teman-temannya sampai malam. Banyak teman- teman Michael yang mau bertemu sebelum pulang lagi ke Swiss, jadi bagaimanapun juga Anstrengen atau memerlukan energi dan membuat capek.

Philipp juga masih harus bekerja sebelum pergi ke Swiss. Dari awal Philipp sudah bilang, kalau naik mobil saya harus menyelesaikan pekerjaanku sebelum pergi, seandainya dengan kereta bisa diselesaikan di sana  karena ada Wifi sedangkan di mobil tidak.

Ya, aku katakan selesaikan dulu semua tugas dan pekerjaan, supaya kita bisa liburan dengan tenang. Akhirnya sekitar jam 17.00 sore hari Minggu tepatnya tanggal 2 Januari 2022, kami pelan-pelan meninggalkan halaman rumah diiringi lambaian ibu dan suami.

Tahun Baru harga bensin baru

Pertama kali kami menuju pom bensin. Kami sudah mendengar bahwa harga bensin sejak tanggal 1 Januari akan naik. 

Betul sekali, biasanya harga bensin sekitar 1,60 Euro, kali ini 1,70 Euro. Kami mengisi mobil sudah di atas jam 17.00 sore, karena harga bensin akan jauh lebih mahal bila mengisi bensin pagi hari sebelum jam 12.00 siang, perbedaannya bisa sampai 10 cent. 

Yang jelas saat ini kami mengisi bensin mobil kecil kami penuh sekitar 70 Euro sedangkan biasanya hanya sekitar 60 Euro.

Di Swiss lebih mahal lagi, hari ini aku lihat, satu liter bensin seharga 1,80 CHF atau 1,80 € atau 27.000 rupiah per liter.

Jalan-jalan di pinggir sungai Limat Zuerich (Dokumentasi pribadi)
Jalan-jalan di pinggir sungai Limat Zuerich (Dokumentasi pribadi)

Syarat -syarat masuk Swiss

Setelah mengisi bensin, kami menuju tempat tes Covid, tes yang merupakan syarat masuk Swiss. 

Untung cukup tes cepat saja, bukan PCR, karena PCR di Jerman harus bayar 75 Euro dan harus lebih awal pergi ke tempat tes, karena hasilnya meskipun lebih akurat memerlukan waktu yang lebih lama. 

Sedangkan PCR tes bila dilakukan di Swiss harganya bisa mencapai 180 CHF atau Schweize Franken. Sedangkan tes cepat gratis seminggu sekali.

Karena hari minggu dan tahun baru banyak tempat tes cepat tutup, untunglah di tetangga desa kami ada yang buka, yaitu di desa Neu Isenburg. 

Lebih enak lagi  karena sistemnya drive in, jadi kami hanya membuat janji atau termin secara online, kemudian datang di jam yang telah dijanjikan. Langsung masuk ke tempat tes dengan mobil, tanpa keluar dari mobil dan hanya membuka jendela kami. 

Masih sepi saat kami memasuki area tes yang merupakan halaman parkir Waldfriedhof atau makam di hutan.

Sebenarnya jam janjian kami masih 30 menit lagi, tetapi karena sepi, mobil kami boleh langsung masuk. 

Kami membuka jendela dan petugas yang berpakaian sangat tertutup untuk melindungi diri memasukkan lidi berkapas di hidung kami, geli juga dimasuki lidi, hampir bersin karena geli. 

Setelah selesai jendela kami tutup dan meneruskan perjalanan kami. Kebetulan tempat tes ini tidak jauh dari jalan tol arah Basel, Swiss arah yang akan kami tuju.

Belum ada 30 menit, handy kami bergetar, pesan masuk ke handy kami dari Test Centrum di Neu Isenburg yang mengabarkan hasil tes kami bertiga negatif. 

Puji Tuhan, lega kami menerima pesan tersebut dan dengan tenang melaju ke arah Basel. 

Jalanan sepi meskipun baru jam 18.30 sore, mungkin orang-orang masih bermalas-malas di hari minggu tahun baru.

Perjalanan ke arah Swiss tenang dan lancar, tidak ada kemacetan sama sekali, meskipun ada beberapa tempat perbaikan jalan. 

Karena tahun baru di tempat perbaikan jalan pun sepi tidak ada pekerja perbaikan jalan yang bekerja.

Membeli Autobanvignette atau biaya jalan tol

Saya mengingatkan Philipp dan Michael bahwa kami harus mampir ke tempat rast di perbatasan untuk membeli Autobahnvignette, atau biaya jalan tol Swiss yang harus dibeli bila mengendarai mobil dan menggunakan jalan tol di Swiss.

Autobahnvignette ini berlaku sampai tanggal 31 Januari tahun berikutnya seharga 40 CHF atau lebih kurang 600 ribu rupiah. 

Apabila ketahuan tidak memiliki Autobahnvignette, akan mendapatkan denda setinggi 175 CHF atau sekitar 2,7 juta rupiah. 

Autobahvignette kami yang kami beli tahun lalu masih berlaku sampai tanggal 31 Januari 2022, jadi kami tidak perlu membeli Autobahnvigniette.

Setelah hampir 2 jam menempuh perjalanan yang lancar dan sepi, jam 21.30 malam sampai di perbatasan Swiss. 

Mobil pelan-pelan melewati gardu pemeriksaan di perbatasan. Tampak sepi dan lengang, mobil kami meluncur pelan-pelan, siapa tahu kami diminta berhenti untuk diperiksa. Ternyata kami dibiarkan lewat begitu saja.

SMS dari dinas kesehatan kantor Zuerich dan dari handy

Selepas dari gerbang pemeriksaan dengan lega kami meluncur menuju Zuerich yang tinggal 1 jam perjalanan lagi.

Begitu masuk wilayah Swiss, handy kami bergetar lagi, yang mengucapkan selamat datang di Swiss  memberi tahu harga telefon 0,54 per menit, untuk telefon di seluruh Swiss atau Jerman dan, 0,39 untuk SMS.

Kecuali itu ada SMS masuk dari dinas kesehatan Kanton Zuerich, yang meminta kami untuk mengunggah hasil tes negatif kami , pendatang dari luar Swiss yang berusia lebih dari 16 tahun. 

Selain itu meminta untuk tes kembali sesudah hari ke 4 bagi yang belum divaksin, tetapi bagi yang sudah divaksin minimal dua kali tidak perlu lagi.

Sambil jalan kami pun mengunggah hasil tes negatif kami dan kami kirim ke dinas kesehatan Kanton Zuerich.

Berarti sudah bereslah persyaratan masuk ke Swiss di tengah masa pandemi Covid- 19 dan lockdown karena Omicron.

Lockdown dan wajib homeoffice sampai tanggal 24 Januari

Situasi Covid-19 di Swiss mirip di Jerman, tingkat terinfeksi tinggi dan rumah sakit hampir kewalahan karena Omicron. Sehingga diberlakukan lockdown dan berlaku mulai tanggal 20 Desember sampai nanti tanggal 24 Januari 2022.

Jadi meskipun Michael saat ini pulang ke Zuerich, tetapi mulai senin tanggal 3 Januari 2022 bekerja dari rumah atau home office.

Sekitar jam 21:30 malam, kami sampai di apartemen Michael. Beruntung kami masih ada tempat parkir khusus untuk pengunjung apartemen, berarti malam ini hemat 9 CHF.  Tarif parkir di pinggir jalan dengan garis biru, 9 CHF 24 jam. 

Kami mengangkat bawaan kami ke atas ke apartemennya Michael yang berada di lantai 5. 

Malam itu meskipun awal Januari dan masih musim dingin, tetapi udara tidak telalu dingin bahkan terlalu hangat untuk bulan Januari , 10 derajat. 

Biasanya awal Januari suhu udara selalu di bawah 0 derajat. Angin dingin yang bertiup kencang membuat udara terasa dingin, maka buru-buru kami masuk ke dalam rumah.

Malam ini kami tidak keluar apartemen lagi. Tinggal di apartemen saja dan menikmati makan malam bawaan kami dari rumah, bihun goreng dan Ciabata, yaitu roti baguettenya orang Italia yang saya isi dengan salat, daging asap, dan saus mayonese.

Kami makan malam sambil bercerita dan vedio call dengan suami, sehingga suami lega kami telah sampai dengan selamat.

Ikut misa pagi di Gereja Oerlikon Zuerich

Hari Senin tanggal 3 Januari 2022 jam 07.00 pagi, jam wecker Michael telah berbunyi. 

Michael bilang mau memulai kerja pagi-pagi supaya jam 17.00 sore bisa selesai dan jalan-jalan ke kota dengan kami.

Saya ikut terbangun, Philipp masih terlelap tidur. Di luar sana masih gelap. Ya di musim dingin matahari baru memperlihatkan sinarnya sekitar jam 08.00 pagi.

Pagi pertama awal tahun di Zuerich saya awali dengan doa pagi dan membaca bacaan kitab suci harian pagi ini. 

Aku lihat di jadwal misa harian di gereja dekat rumah Michael ada misa pagi jam 09.00 pagi.

Wah lumayan, pengin pergi misa pagi sambil jalan-jalan melihat-lihat daerah sekitar tempat tinggal Michael.

Oerlikon, merupakan kota masih di bawah kanton Zuerich. Daerah ini daerah perkantoran dan daerah industri, tidak jauh dari Bandara udara yang memerlukan waktu sekitar 15 menit untuk sampai ke pusat kota Zuerich dengan mobil atau dengan kereta. 

Michael memilih di Oerlikon karena kantor tempat kerjanya juga di bagian kota ini. Dan untuk ke sana, cukup memerlukan  waktu cuma 10 menit berjalan kaki untuk pergi ke kantor setiap hari. Tetapi saat ini karena lockdown, karyawan wajib home office.

Gereja katolik yang kecil dan sederhana

Setelah mandi dan siap-siap saya pun berjalan menuju gereja Katholik Allerheiligen, kalau di terjemahkan secara bebas, nama gereja katolik ini "Gereja orang -orang Kudus".

Gerejanya cukup kecil dan sederhana berada di daerah pemukiman penduduk. Seandainya saya tidak memiliki alamat, pasti gereja katolik ini tidak akan ketemu.

Pengalaman yang lalu ketika saya mengunjungi Michael, saya berjalan ke arah gereja yang dari kejauhan menara tingginya sudah kelihatan dan lonceng gerejanya jelas terdengar. 

Dengan yakin saya menuju ke arah gereja tersebut, eh...ternyata bukan gereja katolik tetapi gereja protestan.

Seperti di Zuerich, hampir semua gereja- gereja tua yang indah merupakan gereja protestan. 

Menurut sejarah memang gelombang reformasi pada tahun 1500 dari Jerman sampai ke kota Zuerich. Sehingga mayoritas penduduknya kristen protestan. Sedangkan gereja katoliknya di kota Zuerich dan sekitarnya hampir semuanya gereja baru yang dibangun awal tahun 1900.

Ikut misa harian di Oerlikon Zuerich

Jam 08.30 pagi, gereja sudah dibuka tetapi masih sepi. Di depan pintu terletak alat disenfektan disamping alat air suci. Bentuknya mirip dan cara penggunaannya mirip juga, yaitu dengan meletakkan tangan di bawah alat disenfektan otomatis, maka akan menyembur cairan disenfektan. Sedangkan bila  menaruh tangan di bawah alat air suci akan menyemprot tangan kita dengan air suci. Hemm…di masa pandemi semua menjadi kreatif.

Di samping alat peyemprot disenfektan dan alat penyemprot air suci, tampak meja dengan daftar hadir yang baru empat terisi. 

Di samping daftar hadir terletak sekotak pulpen dengan tulisan "sudah disenfektan" yang berarti masih steril dan di sampingnya tampak kotak kosong yang tertulis, tempat pulpen yang sudah digunakan.

Sebelum masuk ke ruang misa, saya mengisi daftar hadir dengan mengisi nama lengkap dan nomer telefon. 

Setelah duduk tampak ibu kuster menyapa dan mendekati saya, "Apakah saya sudah mengisi daftar hadir?"

Saya katakan, "Ya sudah." 

Saya ganti bertanya, "Apa mau melihat sertifikat vaksin saya?"

Ibu kuster bilang, "Tidak perlu karena tidak banyak yang datang dan cukup tempat untuk jaga jarak 2 meter."

Ya tentu saja, karena setelah misa mulai, hanya kami berlima mengikuti misa pagi itu dan semuanya ibu- ibu. 

Imamnya orang berkulit hitam, entah dari negeri mana. Untung imam itu berbahasa Jerman tinggi yang berarti bukan bahasa Jerman dengan dealek Swiss atau Schwiizerduetsch. Kalau Schwiizerduetsch saya tidak mengerti sama sekali.

Sepulang dari misa, sebelum pulang ke rumah mampir ke supermarket, Denner nama supermarket tersebut. 

Denner merupakan supermarket model discounter, kalau di Jerman seperti supermarket Aldi. Di mana menjual barangnya lebih murah dari supermarket lain, tetapi dengan tempat yang sederhana, dan pengaturan barang yang sederhana. Misalnya barang- barang tidak diatur di rak-rak tetapi kemasan dalam kardus diletakkan begitu saja.

Tapi cukuplah, yang penting saya mendapatkan roti, telor, sari buah, tomat dan buah untuk sarapan.

Sampai di apartemennya Michael, saya menyiapkan sarapan. Philipp sudah bangun dan Michael masih bekerja di kamarnya.

Setelah selesai menyiapkan sarapan dan meja sarapan sudah tertata, kami sarapan sama- sama. Sambil sarapan kami menelpon papa yang juga sedang sarapan di rumah Dietzenbach.

Teman kost Michael orang Mali

Setelah sarapan dan membereskannya saya menyiram tanaman di balkon apartemen Michael. 

Teman Wohngemeinschaft-nya atau teman serumahnya yang menanam tanaman sayur-sayuran di balkon sedang berlibur di Perancis.

Michael menyewa apartemen ini berdua. Dengan menyewa apartemen untuk berdua lebih murah. Sulit mencari apartemen di kota Zuerich seharga dibawah 1500 CHF atau 22, 5 juta rupiah satu bulan.

Teman Michael, Nina namanya (bukan nama sebenarnya), seorang gadis dari Mali Afrika. 

Nina menyelesaikan SMA dan Bacelornya di Perancis. Master dan program doktor biologinya dia selesaikan di Uni Zuerich. Saat ini telah bekerja di suatu perusahaan di Zuerich.

Saat itu orang tuanya di Mali mengirim Nina dan saudara-saudarinya di suatu internat atau asrama di Perancis. 

Seperti orang- orang muda Eropa pada umumnya, tidak peduli apa warna kulitnya, tetapi cerdas dan menguasi beberapa bahasa. 

Contohnya Nina, gadis berkulit hitam, lahir di Mali, tentu saja berbahasa Mali, sekolah dan studi di Perancis, tentu saja berbahasa Perancis, Inggris dan Jerman.

Dunia merupakan rumah mereka

Wow memang anak- anak zaman sekarang, dunia merupakan rumahnya, tidak lagi terkotak-kotak lagi, hanya di Mali saja, atau di Indonesia saja.

Saya juga bersyukur Michael, dengan kemauan kerasnya mau keluar dari kenyamanan kampungnya di Dietzenbach dekat Frankfurt, meskipun hanya di negara tetangga, Swiss tetapi mau keluar.

Pada mulanya tidaklah mudah, pada awal- awal studinya pernah bimbang, kadang  menangis bila kuliah terasa sulit dan berat. Mengapa tidak tinggal di rumah saja dan studi di Frankfurt atau Jerman saja. Tetapi sekarang bersyukur akan tekadnya untuk maju dan kemandiriannya.

Suatu  saat saya mengunjungunya di St. Gallen dan jam 07.00 pagi, jam wecker sudah berbunyi meskipun kemarin tengah malam baru tiba dari Frankfurt. Bangun langsung memanggang roti dari lemari beku, mandi, sarapan dan siap ke Uni atau kampus..

Michael saat itu bilang "Mama, ich muss dran gewohnen immer frueh auf zu stehen und hard zu arbeiten damit mein Ziel ereichen kann" (Mama saya harus membiasakan diri bangun pagi dan kerja keras supaya tujuan hidupku tercapai, karena hanya dengan disiplin dan kerja keras, tujuan hidupku akan tercapai").

Terenyuh dan syukur saat itu sebagai orang tuanya, di mana anak semuda itu sudah memiliki tujuan hidup dan kemauan yang keras.

Minum kopi dengan Philipp

Sambil menunggu Michael selesai bekerja, saya tenang- tenang menulis kisah ini. Philipp dan saya keluar sebentar untuk pergi ke toko mainan mencari hadiah ulang tahun, Matteo, putra dari  anak Patern saya atau anak babtis saya yang akan berulang tahun tanggal 13 Januari nanti.

Sebelumnya Philipp dan saya menikmati jalan-jalan siang hari di kota Zuerich di saat Lock Down karena Omnicron. Karena hampir semua wajib homeoffice jalan-jalan sepi.

Toko- toko buka dengan syarat 3G, Geimpf, Genessen, Getestet atau hanya yang sudah divaksin, sembuh dari Covid dan telah tes negatif kurang dari 24 jam, atau PCR tes kurang dari 48 jam.

Kami minum kopi di suatu warung kopi kecil dan sederhana di pinggir sungai Limat di tengah kota Zuerich. Pelayan Kaffe menanyakan juga sertifikat vaksin  kami.

Menikmati kopi di pinggir sungai Limat Zuerich (Dokumentasi pribadi)
Menikmati kopi di pinggir sungai Limat Zuerich (Dokumentasi pribadi)

Kami duduk di luar kafe, duduk di atas pagar batu dan dialasi bantal yang disediakan warung kopi. 

Kami bercerita dengan Philipp anak pertamaku, tentang apa saja, sambil menyaksikan angsa, bebek dan burung camar di sungai Limat yang Jernih. 

Kami juga  menikmati lalu lalang kapal-kapal kecil yang sekali- kali melintas dan lalu lalang trem di seberang sungai Limat di kejauhan sana.

Indah mendengar cerita, tentang pekerjaan anak pertamaku, tentang rencana-rencananya dan tentang banyak hal.

Syukurku tiada tara di hari-hari tahun yang baru dengan kedua anak-anak anugerah-Nya yang sudah dewasa. 

Semoga Tuhan selalu melindungi mereka dari segala yang jahat.

Salam hangat dan selamat tahun baru.

iin assenheimer 

Zuerich, 4 Januari 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun