Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Dengan Hunian Vertikal Kota Kami Masih Memiliki Hutan

16 Oktober 2021   20:03 Diperbarui: 19 Oktober 2021   23:24 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hutan di pinggir sungai Main Frankfurt foto Team 7

Setiap kami menjemput tamu, sahabat, saudara dan kenalan dari bandara,  menuju rumah kami selalu saja mereka bilang: Orang-orang tinggal dimana, kok lewat hutan melulu"  Itu komentar mereka karena perjalanan dari bandara ke rumah kami melalui hutan-hutan dan ladang.

Di Jerman, sampai saat ini dari satu kota satu ke kota lain masih dipisahkan hutan-hutan dan ladang. Mungkin bayangan sanak keluarga yang datang dari tanah air mereka membayangkan, kota kami tidak jauh dari Frankfurt pasti kota yang megah hingar bingar banyak gedung dan rumah-rumah gemerlap. Eh...ternyata pemandangan pertama keluar dari bandara justru hutan.

Sedangkan di Borneopun, saat itu saya mendarat di Sampit, untuk melihat hutan harus mengendarai kapal boot atau mobil paling tidak 3 jam untuk melihat hutan. Itupun hutan sawit. Sedih kalau mengingat hal itu.

Negara Jerman, seluas 357.386 kilometerpersegi, kurang lebih seluas Borneo, sepertiga dari luas Jerman, merupakan hutan, 13 persen untuk hunian dan lalu lintas, 52 persen untuk pertanian.

Di bawah ini saya coba uraikan hal-hal apa saja yang menyebabkan hutan masih tetap terjaga meskipun kebutuhan tempat tinggal terus bertambah.

Orang Jerman mau tinggal di hunian vertikal

Menurut sejarah orang Jerman adalah agraris juga, yang berarti petani yang memiliki sawah dan ladang.

Banyak dari mereka meskipun tinggal di hunian vertikal, masih tetap menyewa atau memiliki kebun untuk menyalurkan kerinduan mereka bertani dan berkebun.Mbak Hennie Oberst pernah menulis tentang hal ini.

Mungkin kebiasaan berfikir praktis, realistis dan hemat orang Jerman yang menyebabkan mereka memutuskan tinggal di hunian vertkal.

Di bawah ini beberapa alasan teman-temanku, memutuskan tinggal di Hunian vertikal.

Mendekati tempat kerja

Sebagai contoh, temanku sebut saja Dewi dan Thomas, suami istri dua-duanya memiliki pekerjaan bagus, di Eropa Zentral Bank di Frankfurt.

Menurut pendapatannya sebenarnya mereka bisa dengan mudah membeli Villa atau rumah lengkap dengan kebunnya. Apabila temanku membeli rumah atau villa mereka setiap hari harus mengendarai mobil atau kereta. Saat ini mereka cukup jalan kaki, naik sepeda atau naik kereta untuk pergi kerja.

Daerah Ostend dimana kantor EZB di Frakfurt adalah daerah hunian baru, tetapi semuanya merupakan hunian vertikal yang baru moderen dan luxus.

Temanku sengaja memilih membeli apartemen di dekat tempat kerjanya supaya tidak kehilangan waktu, energi dan tidak stress karena kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas bukan hanya di Jakarta saja lho, di Frankfurt juga.

Jangan heran kalau kebetulan di Frankfurt dan melihat orang-orang bank pria dan wanita dengan jas komplet dan pakaian rapi bersepeda.

Ya, karena mereka tinggal di hunian vertikal tidak jauh dari tempat mereka kerja.Apalagi di masa pandemi lebih banyak lagi, yang bersepeda ke kantor.

Sedangkan hunian vertikal di dekat perkantoran EZB ini sudah lengkap dengan, taman kanak-kanak, sekolah, taman bermain, tempat olah raga, pusat belanja dan kalau ke Frankfurt ada kereta bawah tanah. Garasi pun di bawah tanah sudah tersedia di komplek hunian vertikal mereka, lengkap dengan gudang untuk menyimpan barang-barang yang tidak terpakai.

Selain itu pemandangan dari Apartemennya sangat cantik, pemandangan sungai Main lengkap dengan gedung-gedung skyline ciri khas kota Frankfurt.

Mengapa mereka memutuskan tinggal di apartemen saja juga karena alasan seringnya mereka berlibur ke luar negeri. Seandainya memiliki kebun, memerlukan waktu untuk memeliharanya, tetapi orang Jerman yang memiliki hari libur enam minggu dalam satu tahun itu, lebih banyak di habiskan untuk berpetualang melihat dunia.

Renovasi rumah yang mahal dan usia yang semakin lanjut

Contoh lain, temanku Yana dan Gerd, mereka bukan pasangan muda seperti Dewi dan Thomas. Dulunya mereka tidak tinggal di hunian vertikal, tetapi memiliki rumah tiga lantai lengkap dengan halaman dan kebun. 

Yana berusia 73 tahun dan suaminya Gerd tahun ini berusia 80 tahun. Mereka memutuskan untuk menjual rumah kesayangannya di tengah kota Frankfurt dan menggantinya dengan hunian vertikal di pinggir kota Frankfurt.

Beberapa alasan mereka memilih tinggal di hunian vertikal dan menjual rumah beserta kebunnya. 

1. Rumahnya sudah tua dan perlu di renovasi.

Untuk merenovasi memerlukan biaya yang tidak sedikit. Di usia mereka yang tinggi mereka tidak mau lagi mengambil kredit di bank, bisa di mengerti.

2. Tidak ada tenaga lagi untuk memelihara kebunnya yang luas.

3. Di rumahnya yang tiga lantai itu tidak ada Aufzug atau lift.

Saat ini dia tinggal di apartemen, masih di Frankfurt. Hal-hal yang membuat mereka senang tinggal di apartemen baru mereka:

1. Adanya Aufzug atau lift.

Apartemen baru, modern lengkap dengan lift. Kalau mau ke garasi mobil mereka yang ada di bawah tanah, juga menggunakan lift.

Apa bila ingin ke pusat kota hanya 15 menit dengan trem, pemberihentian trem juga tidak jauh dari apartemen mereka, jadi mereka tidak harus mengendarai mobil.

2. Apartemen dibangun khusus untuk Senioren atau orang lanjut usia

Yang paling penting apartemen ini di bangun khusus untuk Senioren atau orang kanjut usia. Apartemen untuk lanjut usia berarti seluruh ruangan dengan pintu lebar, dapur, kamar mandi, wc, cukup lebar dan tanpa Stufe atau perbedaan tingkat tinggi yang tidak rata, sehingga seluruh ruangan bisa bicapai dengan kursi roda.

Almari-almari dapur dan rak-rak dan ruangan lain dibuat tidak terlalu tinggi, sehingga bila suatu saat memakai kursi roda bisa dicapai.

Seluruh komplek perumahan bisa dicapai dengan kursi roda, dimana jalan-jalan setapak dan trotoar rata. 

Di depan komplek tempat tinggal, merupakan taman, di mana oma-opa itu bisa berjalan-jalan menghirup udara segar di saat cuaca bagus.

3. Dokter, apotek, supermarket dan tempat beribadah juga tidak jauh dari komplek tempat tinggal mereka.

Masih banyak lho orang-orang Jerman pergi ke gereja, terutama orang-orang tua, karena di gereja mereka bertemu.

Banyak dari orang-orang tua yang rajin ke gereja mereka bertemu di kegiatan lain di luar ibadat. Seperti ibu saya yang berusia 83 tahun, sebulan sekali mereka bertemu di suatu restaurant untuk makan siang bareng dan kegiatan lainnya.

Hal-hal tersebut di atas, merupakan alasan-alasan mengapa orang lanjut usia pun ingin tinggal di Hunian vertikal.

Awal kemandirian Volljaerig

Di Jerman, usia 18 merupakan awal usia yang dianggap dewasa, dimana pada usia ini anak-anak boleh memutuskan sendiri keputusannya. Biasanya pada usia ini mereka keluar dari rumah, tidak tinggal lagi di rumah orang tua. 

Biasanya pilihan pertama mereka langsung memilih tinggal di hunian vertikal, yang harganya terjangkau untuk kantong anak-anak muda.

Pada saat awal meninggalkan rumah dan ingin mandiri anakku tidak serta merta menyewa Wohnung atau apartemen untuk sendiri, tetapi menyewa apartemen yang disewa bersama dengan teman-temannya.

Cara ini selain lebih murah, juga tidak benar-benar sendiri. Kalau mau sendiri, masuk dalam kamar dan dikunci, kalau ingin berdiskusi di ruang makan atau ruang keluarga orang Jerman bilang Wohnzimmer. Jadi dapur, kamar mandi, wc, ruang makan dan ruang keluarga digunakan bersama.

Anak-anakku juga demikian. Usia 18 beraarti lulus SMA, usia mulai kuliah. Anak pertamaku kuliah di Frankfurt, meskipun Frankfurt hanya 15 kilometer dari rumah kami, dengan kereta hanya 20 menit, sebagai Student gratis baik kereta dan Bus, tetapi memilih tinggal di WG atau Wohngemeinschaft kalau diterjemahkan bebas, tempat tinggal bersama.

Anak keduaku pun demikian, mulai bulan depan, mendapatkan tempat praktikum di Zuerich disamping menyelesaikan sekripsi atau Bachelorarbeitnya.

Harga apartemen di Zuerich teramat mahal, sulit di bawah 2.000 Schweizer Franken atau 30 juta per bulan. Akhirnya menyewa satu apartemen berdua juga.

Izin pembangunan rumah harus sesuai dengan perencanaan kota

Di atas saya menulis, bahwa sepertiga luas Jerman merupakan hutan, 13 persen merupakan hunian dan transportasi, 52 persen tanah pertanian.

Jadi untuk membangun rumah menggunakan 13 persen dari tanah hunian, dengan ini bangunan tanah pertanian bisa berubah menjadi tanah hunian atau industri seiring dengan perkembangan kota tertentu. 

Tetapi menurut pengalaman dan penglihatan saya belum pernah, membabat hutan untuk tanah hunian. Membabat hutan untuk perluasan bandara Frankfurt, untuk pembangunan jalan baru saya pernah melihat. Tetapi banyak protes dari orang-orang, pencinta lingkungan.

Saya sering lihat dan alami di daerah kami, tanah pertanian dibeli dan diubah menjadi daerah industri.

Seperti tanah ladang tante dari suami dibeli perusahaan tertentu untuk di bangun hotel dan supermarket. Karena, di kota kami yang hanya 15 kilometer dari Frankfurt itu hampir tidak ada petani lagi. Hobi petani ada tetapi petani yang mata pencaharian dan usahanya bertani tidak banyak lagi. Sehingga tanah-tanah pertanian di kampung kami disewa atau dibeli menjadi tempat usaha dan industri.
Ada beberapa tetangga kami menjadi kaya karena hasil penjualan tanah pertanian mereka yang tinggi.

Hutan tetap dipertahankan dan peraturan yang ketat untuk penebangan hutan

Hutan tetap terjaga, tetap menjadi milik negara dan tetap dipertahankan sampai saat ini. Sehingga tidak heranlah kalau ke Jerman, meskipun itu di kota besar Frankfurt, Berlin atau Munich masih menemukan hutan. 

Di hutan tempat rekreasi, joging, dan jalan-jalan. Hanya saja saat saya dengan suami naik sepeda, di mana jalur sepeda ke Frankfurt melalui hutan, kadang toh terlalu bising karena dekat dengan bandara dan tepat di atas hutan merupakan antrian pesawat yang mau landing. Jadi meskipun di hutan bukan berarti sepi.

Juga karena hutan masih di mana-mana, kalau mengendarai mobil di hari gelap hati-hati, di tempat-tempat tertentu ektra ada rambu-rambu di jalan yang melewati hutan "Hewan liar menyeberang". Karena bisa terjadi kecelakaan fatal kalau kebetulan ada kijang atau babi hutan menyeberang.

Inilah sedikit cerita dari pengalaman saya dengan teman-teman yang tinggal di hunian vertikal dan mengapa d Jerman hutan masih banyak dan terjaga.

Hutan di pinggir sungai Main Frankfurt foto Team 7
Hutan di pinggir sungai Main Frankfurt foto Team 7

Salam hangat,
Dietzenbach 16.10.21

Rujukan: Handelsblatt

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun