Setiap kami menjemput tamu, sahabat, saudara dan kenalan dari bandara, Â menuju rumah kami selalu saja mereka bilang: Orang-orang tinggal dimana, kok lewat hutan melulu" Â Itu komentar mereka karena perjalanan dari bandara ke rumah kami melalui hutan-hutan dan ladang.
Di Jerman, sampai saat ini dari satu kota satu ke kota lain masih dipisahkan hutan-hutan dan ladang. Mungkin bayangan sanak keluarga yang datang dari tanah air mereka membayangkan, kota kami tidak jauh dari Frankfurt pasti kota yang megah hingar bingar banyak gedung dan rumah-rumah gemerlap. Eh...ternyata pemandangan pertama keluar dari bandara justru hutan.
Sedangkan di Borneopun, saat itu saya mendarat di Sampit, untuk melihat hutan harus mengendarai kapal boot atau mobil paling tidak 3 jam untuk melihat hutan. Itupun hutan sawit. Sedih kalau mengingat hal itu.
Negara Jerman, seluas 357.386 kilometerpersegi, kurang lebih seluas Borneo, sepertiga dari luas Jerman, merupakan hutan, 13 persen untuk hunian dan lalu lintas, 52 persen untuk pertanian.
Di bawah ini saya coba uraikan hal-hal apa saja yang menyebabkan hutan masih tetap terjaga meskipun kebutuhan tempat tinggal terus bertambah.
Orang Jerman mau tinggal di hunian vertikal
Menurut sejarah orang Jerman adalah agraris juga, yang berarti petani yang memiliki sawah dan ladang.
Banyak dari mereka meskipun tinggal di hunian vertikal, masih tetap menyewa atau memiliki kebun untuk menyalurkan kerinduan mereka bertani dan berkebun.Mbak Hennie Oberst pernah menulis tentang hal ini.
Mungkin kebiasaan berfikir praktis, realistis dan hemat orang Jerman yang menyebabkan mereka memutuskan tinggal di hunian vertkal.
Di bawah ini beberapa alasan teman-temanku, memutuskan tinggal di Hunian vertikal.
Mendekati tempat kerja
Sebagai contoh, temanku sebut saja Dewi dan Thomas, suami istri dua-duanya memiliki pekerjaan bagus, di Eropa Zentral Bank di Frankfurt.
Menurut pendapatannya sebenarnya mereka bisa dengan mudah membeli Villa atau rumah lengkap dengan kebunnya. Apabila temanku membeli rumah atau villa mereka setiap hari harus mengendarai mobil atau kereta. Saat ini mereka cukup jalan kaki, naik sepeda atau naik kereta untuk pergi kerja.