Mohon tunggu...
Theresia Asri Luberingsih
Theresia Asri Luberingsih Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

PNS RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Dukungan Psikologis di Masa Pandemi pada Keluarga Pasien Kritis

20 Juli 2021   22:19 Diperbarui: 22 Juli 2021   01:18 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Dwi Nur Rahmantika Puji,dkk (2019) dalam jurnalnya yang berjudul Pengalaman Keluarga selama Proses Pendampingan Pasien di Ruang GICU, menyatakan ada empat tema pengalaman keluarga dalam mendampingi pasien kritis.

Pengalaman yang pertama yaitu takut tidak dapat bertemu pasien lagi, karena semua orang tahu bila pasien sudah dirawat di ruang ICU karena kritis maka persentase kematiannya cukup tinggi. Pengalaman yang kedua adalah keluarga merasa kasihan melihat pasien terpasang banyak alat. 

Perasaan ini membuat keluarga cemas dan overthinking akan kondisi pasien. Sedangkan pengalaman yang ketiga adalah mereka terpaksa meninggalkan rutinitas hariannya untuk menemani pasien di ruang ICU.

Meskipun pasien ICU tidak bisa ditemani di dalam ruangan, namun keluarga merasa khawatir bila ada informasi mendadak perkembangan kondisi pasien di dalam, sehingga mereka merasa lebih aman berada di ruang tunggu ICU.

Selain itu keluarga juga merasa lebih dekat secara psikologis dengan pasien, bila mereka tetap berada di sana, meskipun harus meninggalkan pekerjaan dan rutinasnya sehari-hari.

Tema yang terakhir adalah menggantungkan harapan pada Tuhan. Ini dilakukan setelah beberapa hari pasien tidak menunjukkan perkembangan atau bahkan penurunan kondisi kesehatannya. Mereka hanya bisa berdoa supaya Tuhan memberikan mukjizat atau pasrah akan kehendakNya.

Namun tidak semua keluarga bisa menunggui anggota keluarganya yang sakit kritis di rumah sakit karena beberapa alasan. Mungkin karena peraturan rumah sakit yang tidak memperbolehkan keluarga pasien menunggu di area RS, atau mungkin karena mereka sendiri tidak berani menunggu di RS karena takut terpapar karena harus menjaga anggota keluarganya yang masih sehat di rumah, atau bahkan mungkin ia sendiri diharuskan isolasi mandiri di rumah karena dinyatakan positif juga. 

Di manapun atau apapun kondisi keluarga, mereka tetap memiliki kecemasan yang sama, yaitu cemas menghadapi beberapa kemungkinan buruk yang bisa terjadi kapanpun.

Bila kondisi stres ini tidak segera tertangani maka dampak psikologisnya akan lebih serius dan dapat menimbulkan gangguan mental berkelanjutan.

Dukungan psikologis terhadap keluarga di saat seperti ini sangatlah dibutuhkan oleh mereka, agar mereka dapat melewati masa-masa kritis dan menyedihkan ini dengan baik dan tetap sehat secara fisik dan psikis.

Bentuk dukungan yang seperti apa sih yang bisa kita lakukan? Bagaimana caranya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun