Wahai, S'ribu Topeng...
derak langkahmu diam berbisik malu
penuh kelembutan menusuk kalbu
derap bermata nurani bercambuk
polos memoles isyarat makna
Wahai, S'ribu Topeng...
jemari kian hitam kaku menggurat
raut dingin membisu ketampanan
fantasi kian menggeliat liar
bisik merdu mendendang raja malam
Wahai, S'ribu Topeng...
lukis pandangmu tak terekah
bagai hujan di musim panas
kerinduan kekasih di ufuk purnama
melodi sua mu tak lagi bernada
Wahai, S'ribu Topeng...
dahaga jiwa kan mencair
kuncup harapan merekah
titisan malaikat kan berjumpa
membangkitkan sendi kehidupan
Wahai, S'ribu Topeng...
kau membalut nada riang riuh
hamparan kehidupan berhias senyum
sejuta pujian memahkotaimu
senis tawamu tersungging rapi
Wahai, S'ribu Topeng...
musim kan berlagu panjang
iringan nada surgawi mengalun
derai jiwa t'lah kau rindu
menatap senja dibawah purnama
Wahai, S'ribu Topeng...
seikat mawar biru kau persembahkan
pelukan yang terkasih beroase
butiran nestapa menjerat rongga jiwa
menikmati keindahan sbuah derita
Wahai, S'ribu Topeng...
tirai balas kan tersibak mesra
roman berpujangga semu
geliat romansa hanyalah komedi
putaran sang waktu tak lagi bergairah
Wahai, S'ribu Topeng...
pacuan bahagiamu tak akan berderak abadi
berakar pilu mengiris kalbu
serpihan jiwa kan mengais keadilan
mata langit kan berkobar
ya...
api jiwa kan menghapus jejaknya
deru angin menghempas kenangnya
bajiknya tak mampu memapahnya
karma kan membelunggu rantai jiwanya