Dalam ajaran agama yang saya pegang, kita diperbolehkan untuk merasa iri terhadap dua hal, pertama kepada mereka yang giat beribadah, selanjutnya kepada orang yang rajin bersedekah.Â
Lantas bolehkah kita merasa iri kepada Penanggung Jawab (PJ) Mata kuliah yang berpotensi dapat nilai A dibanding kita yang telah sama-sama berusaha namun terkadang hasilnya mendapat nilai yang tidak sesuai keinginan?
Perlu kita ingat bahwa nyawa, jodoh, rezeki, dan nilai IP seseorang hanya Tuhan yang berhak menetapkan, kita sebagai hamba hanya dianjurkan untuk terus berusaha meski dunia sedang tidak baik-baik saja.
Tidak ada seorangpun yang berhak mengelak, sekalipun itu pejabat ataupun titisan keluarga yang terlahir sebagai taipan.
Untuk mengawali cerita ini ada baiknya saya menyapa kepada pembaca budiman, dimana pun kalian berada semoga senantiasa dalam keadaan sehat dan menjadi insan bermanfaat bagi sesama.
Keuntungan Menjadi PJ Matkul
Pertama-tama, ada sebuah pertanyaan, bagi kalian para mahasiswa tentu kenal dengannya.Â
Jenis orang ini merupakan sosok kepercayaan dan tangan kanan seorang dosen, layaknya jenayang ia bisa tahu berbagai tugas, dan punya kesempatan besar untuk bercengkrama dengan dosen pengampu mata kuliah.Â
Siapa lagi kalau bukan Penanggung Jawab Mata kuliah.
Kini stereotip yang tersebar tentang seorang PJ matkul sangatlah beragam. Jabatan ini tentu sangat mulia walau terkadang mendapat komentar yang tidak mengenakan, mereka dianggap cerdas, cermat, pangkal nilai A meski hal itu benar adanya.
Namun kita tidak bisa mengelak karena tugas PJ memanglah berat sehingga setimpal dengan hasil usaha sang PJ Matkul, kalo kata abang Dilan, "Kamu gak akan kuat, biar aku saja,". Padahal kenyataannya where there's a way, there's a will. Di sana ada kamu di situ ada aku- Jiakh.
Sebenarnya siapapun bisa jadi apapun, sebagaimana Gundala yang berasal dari orang biasa, jadi PJ matkul pun kamu sebenarnya bisa asal mau berusaha.
Benarkah, kita pantas merasa iri kepada effort para PJ yang senantiasa menunjang kendala teman satu kelas atas pembenaran berbagai izin, baik karena sakit, adanya keperluan, kewajiban atau bahkan kemalasan.
Merekalah kelak para manusia yang pertama kali akan dikenal dosen pengampu, tidak sedikit waktu yang dikerahkan para PJ untuk sepenuhnya bertanggungjawab atas kelancaran proses pembelajaran agar nama baik kelas selalu baik di mata Najwa, eh mata dosen maksudnya.
Dari pernyataan diatas, "Apakah kita berhak iri?," Agaknya tidak setelah kita melihat usaha dan sikap rela menolong dalam pembuatan alasan yang make sense demi kebaikan untuk para penyalahgunaan izin absen jam mata kuliah.
Tentu hal itu melelahkan, tapi begitulah tanggung jawabnya. Sehingga rasanya mereka memang layak mendapatkan nilai A.
Berdasarkan pengalaman saya selama satu semester sebagi PJ mata kuliah, sepertinya selaras dengan apa yang semua PJ rasakan. Pertama kali mengechat dosen pasti ada rasa takut karena khawatir salah sikap, takut menyakiti ataupun menyinggung perasaannya.
Banyak orang mengira PJ matkul adalah tempat menanyakan tugas padahal kewajiban mereka hanya sebagai sambung tangan dari dosen kepada mahasiswa. Apalagi jika diangap tempat meminta contoh tugas, itu hal yang akan sangat mengganggu terlebih jika PJ juga sedang sama-sama mengerjakan sama halnya dengan teman-teman kelas lainnya.
Faktor-faktor PJ Pangkal Nilai A
Disini saya akan merangkum beberapa faktor kenapa seorang PJ matkul berpotensi mendapatkan nilai A, diantaranya adalah:
- Faktor kedekatan dengan dosen adalah kesempatan emas untuk seluruh mahasiswa, selain menjadi kepercayaan, dosen juga pasti akan menghargai kerja kerasnya dengan nilai yang pantas diberikan.
- PJ matkul adalah orang yang cekatan terhadap tugas, karena setelah anak pintar dikelas, PJ matkul tempat kedua sebagai tempat bertanya. Selain itu, timbul rasa malu jika telat atau bahkan tidak mengirim tugas sama sekali karena tentunya PJ harus menjaga kepercayaan yang telah dijalin dengan dosen pengampu mata kuliah yang dipegang.
- Pada kenyataan PJ matkul sering memiliki circle pertemanan yang baik, dikelilingi anak-anak ambis dari segala aspek, seperti organisasi, volunteering, internship dan masih banyak lagi. Namun disisi lain siklus pertemanannya pasti fluktuatif, bisa karena sekedar memanfaatkan atau benar-benar ingin berteman.
- Faktor terakhir, PJ adalah makhluk yang baik hati.
Nah, bagi kamu yang semester baru ini atau adik-adik Maba yang berniat menjadi PJ matkul ataupun yang sedang menjadi seorang PJ. Kamu hebat, jaga terus kesehatan dan juga kekayaan namun tidak hanya kaya harta tapi juga kaya nilai A.Â
Ingat, menjadi seorang PJ bukanlah sebuah kutukan, melainkan ajang berlatih untuk kamu menjadi persona yang lebih bertanggung jawab. So don't take a rain check! Yuk berlomba-lomba dapat nilai A.
Tulisan ini tidak sepenuhnya benar, hanya mewakili pandangan penulis.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H