Mohon tunggu...
therealkhana
therealkhana Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis menyenangkan diri sendiri dan bermanfaat bagi orang lain

Seorang Penulis Buku Solo "Fika", "Tantangan Menjadi Orang Tua di Masa Pandemi", dan buku puisi "Bulan di Langit Biru"

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Tanggul Sungai Wulan Kembali Bobol

25 Maret 2024   11:42 Diperbarui: 25 Maret 2024   11:53 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada dini hari, Ahad, 17 Maret 2024, tanggul Sungai Wulan kembali jebol setelah sempat diperbaiki pada pertengahan Februari 2024. Kali ini dampak yang diakibatkan dari jebolnya tanggul jauh lebih dahsyat. Jalur Pantura di Kecamatan Karanganyar, Demak lumpuh total karena terendam banjir. 

Debit air deras keluar dari celah-celah tanggul yang jebol. Tidak membutuhkan waktu lama untuk kemudian air setinggi 30 sampai dengan 80 sentimeter merendam 89 desa dan 11 kecamatan. 

Tercatat sejumlah 93.149 penduduk terdampak banjir dan 22.725 di antaranya harus mengungsi meningggalkan tempat tinggal mereka guna mencari lokasi yang lebih aman. Sebanyak 45 titik pengungsian telah disiapkan Pemerintah Demak untuk menampung para pengungsi yang berada di sekitar lokasi terdampak banjir.

Sebelumnya sekitar sebulan yang lalu, tepatnya pada Februari 2024, tanggul Sungai Wulan juga sempat jebol. Sebanyak 2 tanggul yang jebol kala itu dengan panjang masing-masing tanggul adalah 10 dan 30 meter. Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah melakukan perbaikan pada bagian kiri tanggul Sungai Wulan yang jebol tersebut.

Jebolnya tanggul Sungai Wulan kali ini juga melibatkan 2 tanggul yang sempat diperbaiki sebelumnya. Hal tersebut disebabkan perbaikan tanggul sebelumnya yang baru selesai sebulan belakangan, masih menyisakan kontur tanah yang belum terlalu terlalu padat dan masih labil. 

Gempuran debit air yang kian tinggi diakibatkan hujan yang mengguyur wilayah tersebut dalam beberapa hari belakangan tidak bisa ditahan oleh tanggul. Imbasnya tanggul Sungai Wulan kembali jebol dan kali ini dengan jumlah titik yang lebih banyak dan berdampak lebih parah.

Sebagai salah satu daerah yang berlokasi di pesisir pantai Pulau Jawa, Demak menjadi salah satu tempat yang rawan banjir. Terjadinya banjir di daerah Demak, sering turut dipengaruhi kondisi Sungai Wulan yang merupakan percabangan dari Sungai lusi dan Sungai Serang. Banjir yang terjadi di Demak biasanya memakan waktu cenderung cukup lama. 

Oleh karena itu, pengecekkan rutin kondisi ketahanan tanggul menjadi pekerjaan yang seharusnya diprioritaskan. Harapannya hal tersebut bisa membantu meminimalkan potensi berulang terjadinya tanggul jebol seperti saat ini.

Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Demak, dan dibantu oleh sejumlah prajurit TNI dari Yonzipur 4/TK Semarang dan Kodim 0716/Demak langsung terjun ke lapangan untuk mempercepat penanganan banjir. 

Dengan dibantu lima unit alat berat, yang terdiri dari satu unit amphibious excavator dan empat unit ekskavator standar, dilakukan upaya penutupan tanggul dengan segera. Proses pengeringan genangan banjir juga dilakukan dengan mendatangankan mesin penyedot air portable yang mudah dibawa dan dipindahkan.

Pengerjaan perbaikan tanggul memang terpengaruh faktor cuaca. Harapannya dalam beberapa hari ke depan, cuaca di sekitar Sungai Wulan mendukung, sehingga debit air di sungai tidak kembali naik. 

Menurut Harya Muldianto, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, upaya penutupan tanggul Sungai Wulan yang jebol membutuhkan waktu dua hingga tiga hari. 

Fokus pertama adalah pada penutupan tanggul Sungai Wulan. Selanjutnya, apabila masalah tersebut sudah teratasi, akan dilanjutkan dengan menutup tanggul yang berada di saluran irigasi Jeratun di Desa Tugu Ngemplik, Kecamatan Karanganyar, serta di Desa Bugel, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan.

Diharapkan ini merupakan banjir terakhir yang terjadi di Demak. Perlu adanya penanganan yang lebih spesifik lagi mencapai tujuan tersebut. Banjir yang terjadi bisa disebabkan karena debit air yang meluap akibat curah hujan yang tinggi, muka air laut yang tinggi, juga karena turunnya permukaan tanah. 

Upaya penyesuaian kondisi tanggul dengan memperhatikan kontur tanah dan kondisi sekitar tanggul bisa menjadi langkah awal menangani permasalahan banjir. Alternatif lain yang bisa menjadi perhatian adalah dengan mengurangi penggunaan air tanah, sehingga potensi menurunnya permukaan tanah bisa diperlambat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun