Mohon tunggu...
El Roi Israel Sipahelut
El Roi Israel Sipahelut Mohon Tunggu... Penulis - Menikah

Loving Husband of My Wife - happy Dad of three unique kids, a part of God's asset in Bali - Tinggal Di http://gbikapernaumjembrana.blogspot.com - Youtube Channel : Sipahelut1978 - Twitter/Instagram @777sipahelut

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sarungkan Pedangmu: Homili Petrus Memotong Telinga Malkus Hamba Kayafas

9 November 2024   19:23 Diperbarui: 9 November 2024   19:36 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Wikipedia

Yohanes 18:10-11 Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus. Kata Yesus kepada Petrus: "SARUNGKAN PEDANGMU ITU; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?" Tindakan sembrono yang dilakukan Petrus. Ia memiliki sebilah pedang. Tampaknya, tidak mungkin sebagai seorang laki-laki pemberani ia membawa-bawa pedang ke mana-mana, tetapi memang di antara mereka ada dua bilah pedang (Luk. 22:38). Dan Petrus yang dipercaya untuk menyandang salah satunya, sekarang menghunusnya. Ia mengira bahwa sekaranglah saat untuk menggunakannya, dan ia menetakkannya kepada hamba Imam Besar, yaitu orang yang mungkin berada di barisan paling depan. Boleh jadi orang inilah yang ditujunya. Ia hendak memenggal kepala orang itu, tetapi luput, dan hanya memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu pun dicatat, untuk lebih menambah kepastian kebenaran kisah ini. Namanya Malkhus, atau Malukh 


MARI KITA BELAJAR SEJENAK TENTANG PETRUS SEBAGAI KAUM REVOLUSIONER YAHUDI

Yudea termasuk provinsi Romawi paling sering bergejolak. Tiga pemberontakan besar pernah mengguncang Yudea, belum dengan konflik-konflik lain yg lebih kecil. Determinasi kuat Bangsa Yahudi tak terlepas dari sebuah pergerakan berideologi nasionalis & fundamentalis Yahudi yg dijuluki Zelot. Mereka memainkan peran utama dalam meletusnya perlawanan melawan pendudukan Romawi & pecahan pergerakan ini, Sicarii, dapat disebut salah satu organisasi teror pertama dalam sejarah.-Zelotes dalam Bahasa Yunani berarti "pemuja/pengikut tekun (garis keras)", dan merupakan terjemahan kata Ibrani; Kanai (pl. Kana'im). Sejarawan Yudeo-Romawi, Flavius Josephus, menyebut bahwa Zelot adalah 'aliran keempat', untuk membedakan mereka dari tiga aliran mainstream Yahudi saat itu; Farisi, Saduki & Esseni. Josephus mencatatkan bahwa pergerakan ini dimulai seorang bernama Yudas dari Galilea, dan menulis bahwa mereka "sepersetujuan dengan ideologi Orang Farisi; tapi mereka memiliki jiwa kebebasan, dan menyatakan hanya Tuhan yang berhak menjadi penguasa mereka"
-
Pada umumnya Zelot adalah faksi politis dalam internal Yerusalem, mendorong kemerdekaan Bangsa Yahudi, akan tetapi tidak jarang mereka melakukan aksi ekstrim seperti menarget orang-orang Romawi & Yunani baik di Yudea maupun di daerah dengan populasi Yahudi. Grup ekstrimis, Sicarii, adalah pecahan pergerakan Zelot yg tidak hanya melakukan pembunuhan pada pejabat Romawi tapi juga pada Orang Yahudi itu sendiri yg mereka anggap 'simpatisan' Romawi.
-
"Sicarii" berasal dari kata Latin, "sicae", yg berarti "belati", merujuk pada senjata pilihan mereka. Mereka membunuh di tempat keramaian supaya mudah melarikan diri. Dalam Pemberontakan Besar Yahudi (66--74 M), regu Sicarii kerap menyerang & menjarah habis pemukiman Yahudi. Zelot menguasai Yerusalem saat kota itu dikepung oleh pasukan Titus, menolak saran para Rabbi Tinggi untuk bernegosiasi dengan Roma. Menariknya sejumlah tokoh Kristen, seperti Rasul Simon & Paulus adalah Zelot.
---
#Sejarah #Yahudi #Agama #Jew #Jewish #Israel #RomanHistory #SejarahRomawi #Rome #Yerusalem #Jerusalem


ADA 6 POINT YANG KITA DAPAT DARI YOHANES 18:10-11


Di sini kita harus mengakui niat baik Petrus. Ia memiliki semangat yang tulus untuk Gurunya, meskipun sekarang ia ternyata salah arah. Belum lama ia berjanji hendak mempertaruhkan nyawanya untuk Kristus, dan sekarang ia ingin menepatinya. Mungkin ia merasa gusar melihat Yudas memimpin rombongan ini. Kerendahan budi Yudas ini membangkitkan keberanian Petrus, dan karena itu saya yakin ketika menghunus pedang, ia mungkin sungguh menginginkan kepala si pengkhianat itu.


(1) Namun, kita juga harus mengakui kelakuan Petrus yang jahat. Meskipun niat baiknya memang dapat dijadikan alasan, hal itu tidak dapat membenarkan dirinya.


[2] Ia tidak menerima perintah dari Gurunya atas apa yang Ia lakukan. Para prajurit Kristus harus selalu siap menunggu perintah, dan bukan mendahuluinya. Sebelum menyongsong penderitaan, terlebih dahulu mereka harus mengenal penderitaan itu dengan jelas, supaya alasan dan panggilan mereka untuk menderita juga jelas.


[3] Ia melanggar tugas yang hanya boleh dilakukan Kristus dan melawan kuasa-kuasa yang ada. Sesuatu yang tidak pernah disetujui Kristus, bahkan sesuatu yang sangat dilarang-Nya (Mat. 5:39), Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.


[4] Ia menentang penderitaan Gurunya. Meskipun ia telah melanggarnya satu kali, ia masih juga mengulanginya. Sebelum itu ia pernah berkata, Guru, kasihanilah diri-Mu sendiri, kiranya Allah menjauhkan hal itu dari-Mu, walaupun Kristus telah berkata kepadanya bahwa Ia harus dan akan menderita, dan bahwa saat-Nya sekarang telah tiba. Dengan demikian, meskipun tampaknya ia berjuang untuk Kristus, sebenarnya ia justru sedang melawan Dia.


[5] Ia merusak persetujuan penyerahan bersyarat yang baru saja dibuat Gurunya dengan musuh. Ketika Ia berkata, biarkanlah mereka ini pergi, Ia bukan hanya bermaksud untuk mencari keselamatan bagi mereka, tetapi juga supaya mereka bertindak baik-baik, supaya mereka pergi dengan damai. Petrus mendengar perkataan ini, namun tidak mau terikat dengannya. Kadang-kadang kita bersalah akibat dosa kepengecutan kita, yaitu tidak tampil ketika dipanggil untuk itu. Demikian juga, kita kadang-kadang bersalah akibat dosa keberanian kita, yaitu tidak mau mundur ketika disuruh untuk mundur.


[6] Dengan bodoh ia membahayakan diri sendiri dan murid-murid lainnya terhadap amukan orang-orang yang dipenuhi amarah ini. Seandainya ia berhasil memancung kepala Malkhus dan bukan cuma memutuskan telinganya saja, kita dapat menduga apa yang bakal terjadi. Para prajurit pasti akan menyerang semua murid dan mencincang mereka, dan menuduh Kristus tidak lebih baik daripada Barabas. Demikianlah banyak orang yang berbuat salah dengan melakukan tindakan bunuh diri karena semangat membela diri.


Sesudah kejadian ini, Petrus begitu cepat bertindak sebagai pengecut (dengan menyangkali Gurunya), hingga kita mempunyai alasan untuk berpikir bahwa dia tidak akan bertindak seperti ini seandainya menyaksikan Gurunya merobohkan mereka ke tanah, dan selanjutnya ia dapat membereskan mereka. Namun, ketika ia melihat Gurunya menyerahkan Diri, keberaniannya pun runtuh. Padahal, seorang pahlawan Kristen yang sejati akan tetap tampil membela perkara Kristus. Bukan hanya ketika berada di atas angin, tetapi juga ketika keadaan menjadi tidak menguntungkan. Ia akan tetap berada di pihak yang benar, meskipun pihak itu bukan pihak yang menguntungkan.


 Kita harus mengakui campur tangan pemeliharaan Allah dalam mengarahkan serangan pedang Petrus (sehingga tidak menimbulkan lebih banyak korban yang tewas, tetapi hanya memutus telinga Malkhus. Sekadar meninggalkan bekas dan tidak membunuhnya). Pemeliharaan Allah ini juga memberi kesempatan kepada Kristus untuk menunjukkan kuasa dan kebaikan-Nya dalam menyembuhkan orang yang terluka (Luk. 22:51). Demikianlah, bahaya akibat mengabaikan teguran Kristus terbukti berubah menjadi kesempatan yang berakibat lebih baik bagi kemuliaan-Nya, bahkan di antara musuh-musuh-Nya.
. Peringatan yang diberikan Sang Guru kepada Petrus (ay. 11): Sarungkan pedangmu itu. Peringatan ini berupa teguran yang lembut, karena Ia tahu bahwa semangat Petrus yang berlebihanlah yang mendorongnya melakukan tindakan yang tidak bijaksana. Kristus tidak memperbesar masalah ini. Ia hanya meminta supaya Petrus jangan berbuat seperti itu lagi.


Banyak orang berpikir bahwa kepedihan dan kesedihan yang mereka alami tentunya dapat dijadikan alasan untuk membenarkan tindakan mereka yang penuh amarah dan kesembronoan. Namun, di sini Kristus memberi contoh kepada kita semua tentang kesabaran dan kelembutan di tengah penderitaan. Petrus harus menyarungkan pedangnya, karena pedang Roh-lah yang seharusnya ia gunakan -- bukan senjata perjuangan yang duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah.
Saat Kristus menjatuhkan para penyerang dengan sepatah kata, Ia menunjukkan kepada Petrus bagaimana seharusnya ia mempersenjatai diri dengan firman Allah yang hidup dan kuat, dan yang lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun. Dan tidak lama setelah peristiwa ini, dengan pedang Roh ini Petrus membuat Ananias dan Safira rebah dan putus nyawa di hadapannya.
. Alasan yang mendasari teguran ini: bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku? Matius menunjuk pada alasan lain yang diberikan Kristus atas teguran ini, namun Yohanes menekankan alasan ini, yang diabaikan Petrus. Dengan alasan ini Kristus memberikan kepada kita,


Sebuah bukti lengkap tentang penyerahan-Nya pada kehendak Bapa-Nya. Dari semua kekeliruan yang dilakukan Petrus, tampaknya tidak ada yang dapat membuat-Nya menjadi begitu marah seperti upaya Petrus untuk membuat Ia menghindari penderitaan-Nya saat ini, ketika saat-Nya sudah tiba: "Apa, Petrus, apakah engkau hendak menjadi batu sandungan antara Aku dan cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku untuk diminum? Enyahlah Iblis."
Jika Kristus telah ditentukan untuk menderita dan mati, betapa lancangnya Petrus menentang hal itu dengan perkataan atau perbuatan: bukankah Aku harus minum dari cawan itu? Cara Tuhan mengungkapkan teguran ini menunjukkan ketetapan hati-Nya yang begitu mantap, dan bahwa sekali-kali Ia tidak akan menerima pikiran yang bertentangan dengan ini.
Ia bersedia minum dari cawan ini, meskipun itu cawan yang pahit, yang berisi campuran tanaman pahit dan empedu, piala yang isinya memusingkan, cawan berdarah, cangkir yang berisi kehangatan murka Tuhan (Yes. 51:22). Ia minum isi cawan itu, supaya dapat memberikan cawan keselamatan, piala penghiburan, dan cawan berkat ke dalam tangan kita. Oleh karena itu, Ia bersedia meminumnya, karena Bapa-Nya telah menyerahkan cawan itu kepada-Nya. Jika Bapa-Nya menghendaki demikian, itu demi sesuatu yang terbaik, dan terjadilah seperti itu.


 Sebuah teladan yang baik bagi kita untuk menyerahkan diri kepada kehendak Allah dalam segala sesuatu yang berkaitan dengan diri kita. Kita harus berjanji kepada Kristus untuk turut mengambil bagian dalam cawan yang diminum-Nya (Mat. 20:23), dan mendorong diri untuk melaksanakannya.

( Penulis : El Roi Israel Sipahelut,M.Th )

SUMBER  :
1. Alkitab Perjanjian Baru Terbitan LAI
2. Tafsiran Perjanjian Baru Mathew Henry
3. Sejarah Romawi  
4. Infographis Sejarah Romawi
5. Kamus Digital Sabda 1 . 2 . 1 (Play Store)
6. Foto Pribadi Ps. El Roi Israel Sipahelut  Dengan Gurkha (Nepal) Dan Mandau (Dayak Kalimantan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun