Mohon tunggu...
Vani Sitorus
Vani Sitorus Mohon Tunggu... karyawan swasta -

believe what you want to happen, you'll find a miracle

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Perlukah Anak Ajukan Proposal ke Orangtua?

28 September 2014   20:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:11 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak kapan Anak dapat di-didik merencenakan dan mengajukan proposal keuangannya kepada orangtua? Hal ini dapat diterapkan sejak anak sudah pandai berhitung. Tentu saja komponen biaya akan semakin berbeda seiring anak semakin bertambah dewasa. Misalnya saja, di usia kuliah atau SMA, biarkan anak Anda mengajukan rencana untuk men-traktir teman lawan jenisnya makan atau nonton sebagai 'kode' bahwa ia sudah mulai tumbuh dewasa. Hal ini bukan hanya akan membuat perencanaan anak Anda matang dan disiplin saja, melainkan juga meningkatkan keterbukaan anak terhadap orangtua.

Pentingnya edukasi finansial sejak dini seperti menerapkan pola-pola di atas akan mengajarkan anak banyak hal, di antaranya:


  1. Membangun pola pikir anak akan pentingnya perencanaan sebelum bertindak
  2. Membangun pola pikir analitik sehingga bisa berpikir sebab dan akibat perbuatannya semenjak dini
  3. Menciptakan rasa disiplin dan bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan oleh orangtuanya dalam mengelola keuangannya sendiri
  4. Menumbuhkan sikap yang terbuka kepada orangtua atas hal-hal yang ingin dia kerjakan/inginkan
  5. Menciptakan pola kehidupan dan perencanaan yang matang demi yang akan dibawa hingga dewasa kelak, berkeluarga, dan mendidik anaknya kembali


Sehingga tidak ada salahnya anak ajukan proposal ke orangtua. Sehingga kelak saat ia sudah mampu menghasilkan uang sendiri, ia akan terbiasa mengkalkulasi mana keperluan yang penting untuk dijalankan mana yang tidak. Dan ia juga telah pendai dalam menyisihkan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang perlu ia sisihkan sebagai tabungannya. Sehingga mimpi buruk akibat kenyataan pahit (khususnya keuangan yang tak terduga) cenderung untuk tidak dialami oleh anak Anda karena anak Anda akan bisa mengatasinya. Ia akan berterima kasih kepada Anda dan bersyukur telah di-didik untuk pintar mengelola uang meskipun kadang sedikit menyakitinya di awal (sebelum ia mulai terbiasa).

Semoga bermanfaat :)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun