Mohon tunggu...
Vani Sitorus
Vani Sitorus Mohon Tunggu... karyawan swasta -

believe what you want to happen, you'll find a miracle

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Perlukah Anak Ajukan Proposal ke Orangtua?

28 September 2014   20:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:11 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mama, mama, mama, buat aku terjaga

Hei semua orang, teriaklah di telingaku

Hei semua orang, hancurkanlah tempat tidurku

Lagu tahun 90an itu sedikit menyerngitkan alis mata saya membayangkan saya ada dalam posisi tersebut.  Dari sepenggal lirik tersebut terisyaratkan ada seseorang yang sangat ingin bangun dari alam bawah sadarnya namun sulit. Hal ini bisa dilihat dari dua kemungkinan. Jika membaca utuh seluruh liriknya, dapat diketahui bahwa seseorang tersebut begitu menikmati pagi hari dengan udara dingin dan segar yang memanjakan mata sehingga sulit bangun tidur. Lalu bagaimana jika kondisinya berubah sebaliknya? Pernahkah Anda berusaha sekuat tenaga untuk bangun dalam mimpi buruk Anda? Parahnya, sebenarnya Anda mengalami kenyataan buruk lalu tidak dapat menerimanya sehingga Anda meyakini bahwa ini adalah mimpi buruk dan Anda harus segera bangun dari tidur bagaimana pun caranya.

Apa yang dapat membuat Anda berada dalam posisi tersebut?

Ternyata, sebagian besar permasalahan yang terjadi dalam diri seseorang maupun dalam rumah tangga ialah masalah Finansial atau keuangan. Banyak orang yang tak siap menghadapi kemungkinan-kemungkinan tak terduga dalam hidupnya. Tentu saja hal ini dilandaskan oleh kebiasaan yang diadaopsi dari lingkungan terutama pola keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak. Bagaimana kebiasaan yang terjadi dalam sebuah keluarga akan menjadi acuan seorang anak kelak mengadopsi pola tersebut di kemudian hari.

Lalu perlukah anak ajukan proposal ke orangtua?

Proposal di sini berarti rencana anggaran biaya yang diperlukan seseorang anak untuk mencukupi kebutuhannya selama sebulan ke depan. Misalnya, uang transport ke sekolah, uang transport ke tempat les, jajan di sekolah, jajan di rumah (bakso, burger, siomay, dll), membeli mainan, bermain futsal, berenang bersama teman, membeli vitamin C atau madu kesukaan, dan tentu saja menabung. Tentu saja biaya yang dibutuhkan anak per bulannya akan berbeda, karena anak dituntut untuk cermat berhitung dan merealisasikannya. Misalnya, di bulan depan akan ada studi tour atau pelajaran berenang yang membuat anggaran yang diajukan lebih tinggi dibaning bulan ini. Orangtua perlu menganalis rencana keuangan yang diajukan anak. Menyaring mana saja yang perlu dan tidak perlu seraya memberikan penjelasan sehingga untuk ke depan, anak dapat berpikir lebih logis. Selain itu, orangtua juga perlu memberikan pendapat mengenai hal-hal yang mungkin tidak terpikirkan oleh si anak.

Lalu bagaimana jika sebelum bulan habis, anak sudah kehabisan uang?

Jangan pernah biarkan Anda mengasihaninya dengan memberikan uang tambahan. Jangan biarkan rasa sayang Anda yang ingin memanjakannya malah menghancurkan upaya Anda untuk mendidik dia menjadi orang yang bertanggungjawab atas uangnya dan atas rencana yang telah ia susun. Sesekali ia perlu merasakan naik sepeda ke sekolah karena sudah tidak punya uang lagi. Sesekali ia perlu menelan ludah iri melihat teman-temannya bisa menikmai jajanan di sekolah sementara ia tidak (dalam hal ini ibu bisa membawaka bekal untuknya). Sesekali ia perlu tahu bagaimana rasanya menanggung perbuatan sendiri yang tidak disiplin dan bertanggungjawab atas rencana yang telah diajukannya. Tentu saja pastikan bahwa Anda tidak terlalu kejam dalam menolak biaya-biaya dalam proposalnya ya :)

Hal yang tak kalah penting yang dapat diajarkan disini ialah menabung. Jangan lupa menyisipkan ajakan untuk menabung kepada anak Anda. Mekanismenya, apakah dengan memasukkan menabung sebagai komponen biaya dalam proposal yang diajukan kepada Anda ataukah dengan menyisihkan uang jajannya agar dapat menabung, sepenuhnya bergantung pada Anda sendiri. Anak dapat menabung melalui tabungan pelajar atau tabungan yang diorganisir oleh sekolah. Jangan lupa cek buku tabungan sang anak secara berkala, misalkan dua bulan sekali agar anak Anda enggan sembarangan menghabiskan tabungan. Selain itu, tabungan ini juga dapat Anda jadikan senjata ketika Anak mengajukan proposal untuk membeli mainan mahal seperti Gameboy, Playstation, bola basket, dll. Anda dapat mencoret keperluan itu dalam proposal yang diajukan seraya menjelaskan dia bisa membelinya dengan menabung.

Sejak kapan Anak dapat di-didik merencenakan dan mengajukan proposal keuangannya kepada orangtua? Hal ini dapat diterapkan sejak anak sudah pandai berhitung. Tentu saja komponen biaya akan semakin berbeda seiring anak semakin bertambah dewasa. Misalnya saja, di usia kuliah atau SMA, biarkan anak Anda mengajukan rencana untuk men-traktir teman lawan jenisnya makan atau nonton sebagai 'kode' bahwa ia sudah mulai tumbuh dewasa. Hal ini bukan hanya akan membuat perencanaan anak Anda matang dan disiplin saja, melainkan juga meningkatkan keterbukaan anak terhadap orangtua.

Pentingnya edukasi finansial sejak dini seperti menerapkan pola-pola di atas akan mengajarkan anak banyak hal, di antaranya:


  1. Membangun pola pikir anak akan pentingnya perencanaan sebelum bertindak
  2. Membangun pola pikir analitik sehingga bisa berpikir sebab dan akibat perbuatannya semenjak dini
  3. Menciptakan rasa disiplin dan bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan oleh orangtuanya dalam mengelola keuangannya sendiri
  4. Menumbuhkan sikap yang terbuka kepada orangtua atas hal-hal yang ingin dia kerjakan/inginkan
  5. Menciptakan pola kehidupan dan perencanaan yang matang demi yang akan dibawa hingga dewasa kelak, berkeluarga, dan mendidik anaknya kembali


Sehingga tidak ada salahnya anak ajukan proposal ke orangtua. Sehingga kelak saat ia sudah mampu menghasilkan uang sendiri, ia akan terbiasa mengkalkulasi mana keperluan yang penting untuk dijalankan mana yang tidak. Dan ia juga telah pendai dalam menyisihkan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang perlu ia sisihkan sebagai tabungannya. Sehingga mimpi buruk akibat kenyataan pahit (khususnya keuangan yang tak terduga) cenderung untuk tidak dialami oleh anak Anda karena anak Anda akan bisa mengatasinya. Ia akan berterima kasih kepada Anda dan bersyukur telah di-didik untuk pintar mengelola uang meskipun kadang sedikit menyakitinya di awal (sebelum ia mulai terbiasa).

Semoga bermanfaat :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun