Mohon tunggu...
Khoiril Basyar
Khoiril Basyar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Terus belajar untuk memberi manfaat kepada sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru Bukan Tuhan yang Selalu Benar

4 Juli 2016   18:50 Diperbarui: 4 Juli 2016   19:01 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biasanya kami masuk workshop pukul 07:15. Entah pagi itu sang guru sedang kenapa, tiba tiba kami dimarahi karena dianggap telat beramai ramai. Padalah biasanya memang jam segitu. Saya jelaskan bahwa gerbang ditutup pukul 07:10 dan perjalanan ke workshop memakan waktu 5 menit (sekolah saya termasuk luas). Sang guru kekeuh bahwa gerbang di tutup pukul 07:00. Pada pertemuan berikutnya saya buktikan bahwa gerbang memang di tutup pukul 07:10.

Karena apa yang saya sampaikan ini benar, sang guru seakan tidak terima. Tiba tiba beliau berstatement, “besok jika kalian tidak di workshop pukul 07:00, maka kalian saya anggap telat.” Dan akhirnya saya beserta kawan kawan banyak yang telat. Saya sudah mendapat point pelanggaran dari guru BK, namun seakan sang guru belum puas. Entah mengapa tiba tiba beliau marah, tidak mau bicara dan tidak mau mengajar.

Teman teman wanita yang saat itu terlambat sudah meminta maaf hingga dibanjiri tangisan, namun sang guru masih tetap cuek. Saya tidak ambil pusing, jika memang mengajar sudah menjadi kewajiban maka pasti beliau akan tetap mengajar. Namun ternyata anggapan saya salah, hampir 3 bulan (dari UTS hingga UAS) beliau benar benar tidak mengajar. Entah apa yang membuat beliau demikian, yang jelas itu benar benar menyebalkan.

Dianggap Melanggar Aturan Seragam Sekolah yang Tidak Tertulis

Setelah saya selesai magang, awal bulan oktober, sekolah mengeluarkan aturan baru yang isinya setiap hari sabtu para siswa dapat mengenakan baju batik dangan motif bebas. Namun kejelasan aturan ini belum ada sehingga membingungkan. Ada yang menggunakan bawahan putih, ada yang abu abu ada pula yang coklat seragam pramuka.

Sabtu itu nasib saya sedang kurang baik karena saat saya berangkat saya ditangkap oleh wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Saya ditahan dan diminta untuk menemui guru BK karena melanggar seragam. Saat itu saya mengenakan celana putih. Sesampainya diruang BK, konsultasipun terjadi. Saat saya hendak mendapat point, saya malah ngeyel. Saya meminta sang guru untuk mengumpulkan semua siswa yang menggunakan celana putih untuk di kenakan point pelanggaran. Saya tidak mau jika hanya saya yang dianggap melanggar, diskriminatif sekali. Karena memang belum ada kejelasan, banyak yang mengenakan celana putih, namun hanya saya yang kurang beruntung.

Akhirnya saya dilepas tanpa mendapat hukuman apapun. Sabtu depan, saya beranikan diri menemui sang kepala sekolah. Saat berangkat sekolah saya bertemu dengan beliau, langsung saja saya utarakan niat saya. Awalnya pembicaraan berjalan normal, namun karena saya to the point dan tanpa basa basi, akhirnya beliau tersulut emosi. Saya tidak takut menghadapi kemarahan beliau, karena memang apa yang saya katakan ini benar. Seminggu kemudian aturan tertulis mengenai seragam untuk hari sabtu keluar, dan mulai sejak saat itu pula para siswa tidak lagi bingung. Yang saya pertanyakan, kenapa harus disertai marah marah jika ujung ujungnya menerima usulan saya.

Ditampar Saat Try Out Ujian Nasional Berlangsung

Ini adalah kejadian yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup. Karena saya merasa dipermalukan oleh seorang guru yang tidak memiliki pengetahuan namun berani menyalahkan orang lain.

Kejadiannya adalah saat Try Out berlangsung. Waktu itu hari sabtu yang berarti kami mengenakan seragam batik bebas. Awalnya biasa biasa saja, hingga tiba tiba sang guru melintas di samping saya. “batik apa ini? Batik kok gini? Lihat tuh temen temenmu.” Awalnya saya hanya diam dan tidak membalas. Namun lama lama, ini guru banyak mulut juga. Saya katakan bahwa yang saya pakai ini adalah batik tulis hasil karya sendiri. Motifnya adalah siluet orang yang sedang rockclimbing. Memang beda dari yang lain, karena saya tidak ingin menjadi sama.

Beliau sendiri mengenakan baju printing (sablon) yang diberi motif batik. Jelas jelas beliau yang tidak memakai batik asli, teman teman juga tahu akan hal itu. Setelah perdebatan alot akhirnya, PLAAKK.!! Tamparannya melayang di pipi kananku. Dengan nada sombong beliau bilang, “sana lapor ke polisi, saya tidak takut.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun