Mohon tunggu...
Khoiril Basyar
Khoiril Basyar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Terus belajar untuk memberi manfaat kepada sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ingin Kusembunyikan Mahakarya Tuhan yang Indah ini Dari Tangan Manusia

7 November 2015   23:58 Diperbarui: 8 November 2015   00:01 2366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="2012 vs 2015"][/tempat yang sama di waktu yang berbeda]

Tuhan memang sangat baik, menciptakan alam yang sangat indah ini untuk dihuni oleh manusia. Disetiap belahan bumi di dunia ini memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki daerah lain. Misal saja di daerah kutub atau daerah yang dekat dengan daerah tersebut, maka di situ akan ditempati oleh salju abadi. Di tempat yang berbeda, memiliki curah hujan yang sangat jarang hingga negara atau wilayah atau kawasan tersebut memiliki gurun pasir yang sangat luas. Di daerah tropis lebih cenderung memiliki keanekaragaman yang lebih banyak, pasalnya daerah ini memiliki suhu yang lebih stabil.

Sebagai salah satu daerah tropis, Indonesia memiliki keanekaragaman yang luar biasa. Indonesia memiliki letak geografis yang bisa dikatakan sempurna, tanah dengan berbagai karasteristik ada. Dengan lautan yang membentang luas di wilayahnya serta garis khatulistiwa yang melintas di wilayah Indonesia, wajar saja kalau Indonesia di katakan sebagai zamrud khatulistiwa. Negara yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa serta keanekaragaman flora dan fauna yang tiada duanya.

Karena keindahannya, Indonesia menjadi negara yang paling sering dilirik. Mungkin bukan hanya tentang kekayaan perut buminya, tapi juga kekayaan alam yang luar biasa. Bahkan pulau Kalimantan adalah salah satu dari paru paru dunia. Kurang apa coba negara kita ini?

Sayangnya negeri yang begitu indah dan tiada duanya ini sekarang memasuki babak baru, babak yang benar benar memprihatinkan. Krisis mental menjadi masalah yang luar biasa, apa saja dijual demi mendapatkan uang. Dengan menghalalkan segala cara para warga mulai menjual segala kekayaan yang ada, tanpa mereka sadari dampak besar dari tindakan mereka. Sungguh ironi memang, ketika warga di belahan dunia lain peduli dengan negeri ini namun warganya sendiri acuh dan mementingkan egonya sendiri.

Sebagai salah satu contoh rusaknya alam Indonesia karena ulah tangan manusia adalah Curug Bajing.

[caption caption="2014"]

[/dok. pribadi]

Sebelum dikelola oleh masyarakat tempat ini benar benar bagaikan surga, surga bagi para petualang dan para pencari kedamaian. Tempat ini berada di balik tebing yang tinggi, air terjun atau curug yang ada di baliknya menjadi bidadari yang sangat indah. Pertama saya ketempat ini pada tahun 2012, tempatya masih jarang sekali orang yang tahu, jika kita tidak bertanya pada warga maka tidak akan sampai. Jangan anda kira menuju ke balik tebing ini mudah, pasalnya jalan setapak untuk ke tempat ini saja tertutup oleh ilalang yang tingginya 2 meter. Jadi jika anda melewati semak semak ini anda tidak akan terlihat, dulu saya di tunjukkan jalan oleh warga jadi saya tidak tersesat di dalam semak semak ini.

Satu tahun berselang saya datang lagi ketempat ini tepatnya tahun 2013, keadaannya masih tidak jauh berbeda. Masih sepi dan sangat rimbun. Pada tahun berikutnya, tepatnya 2014 saya mulai merasakan adanya perbedaan di tempat ini. Tempat yang dulunya tersembunyi, sekarang sudah mulai agak terbuka. Jalan setapak juga sudah tak lagi tertutup oleh semak belukar yang sangat tinggi. Tapi saya mulai menemukan sampah di tempat ini, hal ini menandakan bahwa tempat ini sudah mulai banyak di ketahui orang. Di tahun 2014 juga saya dapat kabar bahwa tempat ini sudah mulai di kelola oleh warga. Tempat parkir juga mulai tersedia, saya pikir mungkin akses kesana tidak akan lagi sesulit dulu.

Didalam benak memang ada rasa senang karena orang orang sudah bisa menyaksikan mahakarya tuhan tanpa harus bersusah payah. Namun betapa terkejutnya saya ketika melihat foto ini.

[caption caption="2015"]

[/dok. facebook mafudho]

Kecewa, kesal, dan sedih, itu yang saya rasa. Melihat tempat yang dulu hijau dan sangat damai berubah warna menjadi coklat dan rusak. Upaya pengelolaannya sudah ada, namun cara menelolanya yang salah. Kenapa alam ini harus dirusak? Bukankah kita yang pergi ketempat ini ingin menikmati ciptaan tuhan yang tiada duanya. Bayangkan saja jika semua tempat di buat seperti ini, keindahan tuhan yang di campur dengan tangan manusia. Memang mungkin benar, manusia adalah makhluk perusak. Padahal hakekatnya manusia diciptakan untuk merawat dan menjaga bumi ini.

[caption caption="wisata alam buatan"]

[/dok. pribadi]

Kalau anda melihat foto di atas, anda tidak akan menyangka bahwa tempat ini buatan tangan manusia. Tempat yang tiada daya tariknya di ubah menjadi karya yang luar biasa. Mungkin kebanyakan orang tidak akan menyangka kalau tempat ini rekayasa. Tapi memang dalam kenyataannya demikian, aliran air disini semuanya berasal dari pipa paralon, namun seakan akan terlihat alami. Ini langkah yang benar, ketika manusia memberikan kontribusinya untuk mempercantik ciptaan tuhan. Masih banyak tempat yang indah karya manusia, namun karya tuhan yang dirusak manusia lebih banyak jumlahnya.

Saya memang suka jalan jalan, hobby yang membuat pikiran menjadi lebih fresh. Tempat yang saya tuju biasanya malah tempat yang sangat sepi, yang belum terjamah atau yang hanya diketahui oleh warga sekitar saja. Ini alasan mengapa saya ingin sembunyikan karya tuhan dari manusia lain:

     1. Saya tidak mau lingkungan ini di ketahui perusak

Jangan mengambil apapun kecuali gambar. Ini adalah prinsip para petualang.

Dimanapun tempatnya, ketika ada manusia datang pada suatu tempat pasti ia akan selalu meninggalkan jejaknya, dalam dunia modern ia akan mengabadikannya. Di zaman yang sudah sangat canggih ini, berfoto adalah hal yang sangat lazim. Namun apa jadinya jika yang di foto tempat baru? Jika foto tersebut di sebar luaskan lewat media, baik cetak, elektronik, media sosial atau yang lain maka akan mengakibatkan manusia lain penasaran. Rasa penasaran ini akan membuat orang orang berdatangan di lokasi yang di anggap sangat menarik. Namun yang saya tahu adalah ketika semakin banyak orang yang mengunjungi tempat tersebut maka akan semakin rusaklah keadaan alaminya.

     2. Saya tidak ingin sampah menjadi jejak manusia

Jangan meninggalkan apapun kecuali jejak. Ini juga salah satu prinsip dari para petualang. Mungkin prinsip ini sangat baik pada awalnya, namun pada kenyataannya sampah adalah jejak yang paling mudah untuk ditinggalkan. Dimana ada sampah berarti disitu pernah didatangi orang. Saya pernah ada pengalaman, saya naik gunung dan melewati jalur yang sangat jarang dilewati, bahkan petunjuk saja tidak ada. Saya hampir tersesat memang, namun saya melihat ada sampah bungkus permen, dari situ saya ikuti jejak sampah permen, atau kemasan yang lainnya. Dan ternyata benar, sampah adalah jejak yang selalu di tinggalkan orang dimanapun ia berada. Jadi anda akan terbayang bagaimana sampah yang tertinggal jika ribuan manusia datang ketempat yang sama.

    3. Dan saya juga tidak ingin habitat alami hilang

Kebiasaan buruk manusia adalah ia akan merusak alam yang dilewatinya. Mungkin kita semua tidak akan sadar bahwa dengan kita melintas saja alam ini akan rusak. Kalau tidak percaya mari kita lihat contoh, kalau ada satu atau dua orang yang melintas maka tidak akan terlihat namun jika ribuan orang yang melintas, apa yang akan di lakukan? Pasti tangan tangan jahil akan mewarnai setiap jalan yang di lalui. Bahkan tidak jarang kalau perburuan liar sering dilakukan, hal ini terjadi Karena tempat alami para hewan biasanya sepi namun ketika manusia datang dan melihat maka timbul rasa ingin memiliki. Jadi mereka bawa pulang saja. Seperti bunga edelweis yang selalu di petik oleh para pendaki, kalau ribuan orang yang memetik, habislah bunga langka ini.

Ingat dengan film 5 cm? betapa boomingnya film itu. Lihat efek yang ditimbulkan. Gara gara di eksplore dan di filmkan, semua orang berbondong bondong menuju gunung semeru. Jumlahnya ribuan orang perminggu, hingga akhirnya kebijakan pembatasan kuota pendaki dan sistem booking diterapkan. Munculah mereka mereka yang mendaki gunung karena efek film 5 cm, dan lihat bagaimana keadaannya? Ranukumbolo menjadi tempat sampah. Air ranukumbolo yang dahulunya menjadi tempat mengambil air minum sekaligus pemandangan yang indah berubah seketika. Ini menjadi bukti bahwa manusia selalu egois dan tidak mau peduli.

Lalu apalagi ulah manusia? Apa harus selalu merusak? Apa harus selalu egois? Apa yang akan kita wariskan? Cerita? Kan tidak. Anak cucu kita juga ingin tahu dan melihat bahwa negeri Indonesia ini tiada duanya. Mereka akan bangga dengan tanah airnya ketika mereka merasakan sendiri bagaimana keindahannya.

Mari kita ubah pola pikir kita, karena kalau tidak kita yang menjaga, siapa lagi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun