Mahmud menyambut kami dari atas tangga begitu melihat kami sudah tiba. Rumah itu gelap, tapi polisi sudah membuat penerangan, termasuk senter yang ada di mana - mana. Tapi memang suasananya sumpek. Bahkan tidak ada ventilasi udara. Salah seorang rekan polisi membuka jendela dan bunyinya memberitahu kami bahwa jendela itu tidak pernah dibuka.
Mahmud meminta kami mengikutinya ke atas. Sebelumnya aku memberikan pandangan menyapu di lantai satu. Kondisi rumah seperti ini, bukanlah kondisi rumah di mana ada manusia tinggal di tempat itu. Debu di mana - mana. Kecoa kadang melintas, dan jaring laba - laba di sudut ruangan. Di dapur, tidak ada apa pun selain noda hitam yang melekat di wadah pencucian.
Dengan keadaan seperti itu, sebelum melihat korban aku sudah bisa menarik kesimpulan. Orang ini tidak tinggal di sini. Ia hanya dibunuh, lalu ditinggalkan di tempat tanpa penghuni ini. Begitulah kira - kira analisaku.
Mahmud tersenyum, seakan membaca pemikiranku. "Kilesa, yang meninggal ini adalah yang punya rumah. Tanah ini tercatat atas namanya. Sulastri Sulaksono."
"Ya, tapi bisa saja ia tidak tinggal di tempat ini. Yang jelas, yang melenyapkan nyawanya memiliki pengetahuan bahwa rumah ini kosong tanpa penghuni."
Mahmud mengangguk. "Lebih baik kita lihat dahulu kondisi Sulastri sebelum memberikan penilaian. Biasanya analisamu jitu."
Aku juga mengangguk. Tapi sebelum benar -- benar menginjak anak tangga teratas, langkah kami berhenti. Terdengar suara gonggongan. Secara tiba - tiba, dari belakang.
***
Mayat Sulastri berada di dalam kamar urutan ke tiga setelah kami naik dari tangga. Keadaannya mengenaskan. Mulutnya menganga, matanya melotot. Dan kukonfirmasikan dugaanku melihat keadaannya pada Mahmud, bahwa mayat Sulastri sudah berada di tempat itu selama minimal sebulan. Sebulan! Bayangkan. Hanya bau busuknya yang semakin menyengat saja membuat tetangga semakin curiga.
Keadaan tangannya yang terikat dan kondisi lakbannya yang sudah berdebu membuat kami yakin bahwa ia ditinggalkan sendirian setelah nyawanya lenyap sebulan yang lalu. Hanya ada satu keanehan. Suara di halaman belakang.
Kami bergegas turun dan menemui Charles yang sudah di halaman belakang dan tidak pernah naik. Ia mengusap - usap kepala makhluk itu. Hal itu membuatku kesal.