Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kita Akan Pergi Menuju Jupiter

4 November 2022   09:39 Diperbarui: 4 November 2022   09:55 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Planet Jupiter (sumber: suara.com)

KITA AKAN PERGI MENUJU JUPITER

Pagi ini hatiku berdebar -- debar sekali. Akhirnya setelah sekian lama, kami akan pergi menuju Jupiter!

Aku dan ayah sarapan tanpa berkata -- kata pagi itu. Tapi akhirnya ayah membuka mulut, "Kita akan pergi ke Jupiter, James!"

Aku pun bersorak. Kami sudah menunggu cukup lama untuk mendengar pengumuman Passengers. Itu adalah biro wisata ulang alik. Tidak semua orang beruntung mendapatkan kesempatan itu. Perjalanannya macam -- macam. Ada menuju bulan, Mars, Venus, dan yang terbaru adalah Jupiter. Sedangkan Saturnus ditunda untuk sementara waktu karena sedang ada perang di Titan.

Kami harus berterima kasih kepada World Council. Awalnya hanya orang -- orang penting saja yang bisa ikut terbang bersama Passengers. Secara mengejutkan mereka menambahkan beberapa warga sipil. Itu menjadi rebutan! Jutaan orang mendaftar. Dan kamilah yang terpilih, aku dan ayahku! Entah bagaimana hal itu bisa terjadi.

Pagi ini kami sudah bersiap di depan Port Phenomenon. Tempat ini akan membawa kami dengan tabung kapsul elektrik menuju International Space Station (ISS) di luar angkasa sana. Ayah berulang kali menjelaskan bahwa sudah lama umat manusia meninggalkan roket darat dan menggunakan roket angkasa karena lebih efisien. Roket angkasa ini berangkat dari ISS.

Kami bertemu dengan banyak orang di Port Phenomenon. Aku mengenal beberapa di antaranya. Presiden World Council, Harry Trump, yang datang dengan iring -- iringan limosin dan sekuriti. Ia diikuti dengan beberapa pejabat World Council. Selain itu ada Komisaris Negara Asia, Ike Pitcaywarman. Lalu ada artis terkenal, Johan Regista, bersama kekasihnya, Linda Pitchblack. Dan akhirnya, beberapa rakyat biasa sepertiku. Aku tidak mengenal mereka, tapi sepertinya kami akan menjadi akrab.

Setelah melalui banyak pemeriksaan dan briefing, akhirnya kami berada di hadapan kapsul elektrik. Kapsul ini berada di dalam tabung transparan yang tidak akan terlihat dengan mata biasa, membentang di udara sepanjang ratusan kilometer antara bumi dan ISS. Lalu dengan tenaga space curve, kapsul itu akan meluncur sendirinya dari bumi menuju ISS.

Ini kali kedua aku menaiki kapsul elektrik dan tiba di ISS. Kali pertama adalah ketika aku pergi berwisata ke bulan bersama keluarga. Itu adalah perjalanan normal bagi warga bumi. Ada tiga jadwal dalam sebulan, sehingga bagi warga bumi yang belum pernah ke bulan akan dibilang udik oleh teman -- teman sepergaulan. Bulan bahkan sudah menjadi koloni sendiri. Beberapa temanku sudah menjadi warga negara bulan, karena mereka memang lahir di sana.

Aku mendengar bunyi desiran yang mengagumkan lagi itu, ketika tabung kapsul meluncur ISS. Bunyinya seperti angin di pantai. Aku menggenggam erat tangan ayah, bukan karena takut, sebaliknya karena antusias. Di depanku, seorang wanita menatap dengan wajah setengah tertawa. Sepertinya ia meremehkanku. Aku tidak mau ambil pusing. Namun ia menjulurkan tangannya.

"Halo, aku Alicia."

Aku membalas, "Aku James. Kau warga sipil juga?"

Ia mengangguk. "Dari mana kau berasal?"

"Aku berasal di distrik 1053 dari Sundaland. Kamu?"

"Ah, tempat kita dekat. Aku dari Zealandia. Senang bisa bertemu."

Aku membalas dengan senyum tipis. Kalau dilihat -- lihat, senyumnya manis juga. Apalagi ia sepertinya seumuran denganku. Tapi aku tidak mau kehilangan fokus. Sebentar lagi kami akan melihat Jupiter, dan itu akan menjadi pengalaman terbaik seumur hidupku!

Kami pun tiba di International Space Station. Orang sekarang sudah tidak lagi melayang -- layang di tempat ini sejak adanya gravitasi berputar buatan. Ayah menjelaskan, dengan putaran yang sangat cepat, maka gravitasi akan tercipta dengan sendirinya, dan itulah yang terjadi di tempat ini.

Aku selalu suka dengan ISS. Orang -- orang udik yang belum pernah naik kapsul selalu membayangkan tempat administrasi seperti kantor pemerintah dan sebagainya, tapi kenyataannya tidak seperti itu. ISS seperti hotel dan apartemen, kamar -- kamar bertumpuk dan orang lalu lalang di jalan keramik. Yang paling kusuka adalah Magic Fountain. Itu adalah patung dari Caesar Augustus, sang kaisar Romawi pertama, dikelilingi oleh air terjun -- air terjun hologram. Patung itu adalah sebagai simbol umat manusia yang akan menguasai galaksi Bima Sakti, sama seperti Roma yang menguasai Eropa dulu kala.

Kami kemudian diarahkan menuju sebuah hangar yang sangat besar. Sebenarnya hangar itu melayang di ruang angkasa, dan jalan menuju tempat itu hanya disambungkan oleh walkway yang sangat sempit, hanya selebar bahu tiga orang. Tertaut di hangar itu adalah sebuah cruise ship, sebuah pesawat ulang -- alik bermodel kapal pesiar. Kapal itu tidak besar, dan akan lebih kecil lagi setelah roket pendorong nanti melepaskan diri dari awak utama.

Karena di rombongan kami ada seorang presiden World Council, orang -- orang ramai berkumpul dan memerhatikan. Tambah ramai lagi ketika orang mulai berdesakan sehingga para sekuriti mulai pasang badan. Namun akhirnya kami semua tiba di depan walkway. Sampai sini orang -- orang yang tidak akan naik ke cruise ship tidak boleh masuk sehingga rombongan kami lebih kecil lagi. Aku menghitung tidak sampai dua puluh orang. Termasuk aku dan ayah.

Di walkway, seakan kami dibersihkan dari seluruh dosa. Ada macam -- macam sensor yang menyala, kadang -- kadang lampu warna -- warni, kadang -- kadang lembar hologram, dan yang terakhir ada steam yang disemprotkan. Aku merasa itu adalah cara untuk mensterilkan diri.

Kami disambut dengan beberapa officer di ujung walkway, seluruhnya memakai baju full hazmat. Kupikir kita akan dipakaikan baju yang sama, ternyata tidak perlu. Kapal ini sudah menggunakan teknologi paling mutakhir, tekanan dan oksigennya sudah disesuaikan, sehingga tidak perlu menggunakan hazmat.

Aku dan ayah saling berpandangan. Terakhir kami berpergian menuju bulan, kami tersiksa selama tiga hari, tidak bebas karena menggunakan hazmat, apalagi pesawat ulang -- aliknya sempit dan tidak bebas jalan -- jalan. Sekarang sepertinya berbeda, aku sempat mengintip ke dalam cruise ship dan di dalamnya ada hall dan anjungan, nyaman untuk bergerak dan berjalan bebas. Bahkan ada sofa untuk bersantai.

Pikiranku cukup kalut. Inilah saatnya. Kami akan berkendara menuju atmosfir Jupiter. Orang -- orang sipil pertama yang akan melihat Jupiter secara langsung. Aku tidak mendengarkan briefing dari officer dan ayahku tahu, ia menegurku dan aku tidak peduli. Lagipula apa yang akan terjadi pada kami? Aku merasa aman dengan teknologi mutakhir dan orang -- orang yang berpengetahuan tinggi ini.

Kami tiba di dalam cruise ship dan aku menghirup napas dalam -- dalam. Wanginya seperti furnitur baru yang baru dibuka bungkusnya. Tidak membuang waktu lama, kapten kapal memerintahkan bahwa persiapan kapal sudah siap dan kita akan berangkat. Jantungku berdebar kencang. Aku memejamkan mata. Ketika aku membuka mata, seseorang berada di depan wajahku. Harry Trump, sang presiden World Council.

"Apakah kamu siap, nak? Sepertinya kamu sangat antusias sekali."

Aku mengangguk dengan sangat antusias. Ia membelai kepalaku dan pergi. Lalu terdengar suara seperti deru ombak yang sangat besar. Itulah tandanya. Kami akan pergi menuju Jupiter. Semoga kami beruntung.

Mataku terpejam tiba -- tiba.

Cerita lain dapat dilihat di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun