THE BATTLE OF CARMEL
Namaku adalah Yonan, seorang nabi Baal. Sedari kecil aku tinggal di Sidon, sebuah kerajaan kecil di utara Tirus. Secara turun -- temurun keluargaku sudah terbiasa untuk menyembah dewa junjungan kami, yaitu Baal. Maka tidak aneh jika sejak kecil aku bercita -- cita untuk hidup demi nama Baal, menjadi nabinya.
Selama hidup aku sudah sering melihat keperkasaan Baal. Ia merupakan dewa cuaca. Jika kami melakukan kesalahan, maka ia akan mengirimkan petir dan angin ribut sebagai ganjaran. Sedangkan jika kami memuji -- muji namanya, ia akan mengirimkan hujan untuk kesuburan tanah.
Ketika aku beranjak dewasa, junjungan kami yang lainnya mendapatkan kabar baik. Izebel, putri raja, dipersunting oleh Ahab, seorang raja Israel. Karena Izebel adalah seorang cantik yang taat kepada nama Baal, ia memberikan undangan kepada para nabi Baal di seluruh Sidon, untuk ikut ke selatan menuju Israel. Wilayah Israel terkenal dengan tanah Kanaannya yang subur dan makmur. Orangnya sendiri senang berganti -- ganti kepercayaan. Yang terakhir kudengar, mereka menyembah dewa bernama Yahweh, namun itu sendiri pun tidak terlalu taat.
Aku menerima undangan itu. Bersama empat ratus kolega yang lain, kami berangkat menuju Israel. Ternyata Izebel juga mengundang nabi -- nabi Asyera. Tidak apalah, toh kami adalah kerabat juga.
Israel ternyata masih dipenuhi oleh para nabi Yahweh, atau TUHAN, mereka menyebutnya. Izebel tidak menyukai ini. Begitu pula dengan diriku. Sepuluh perintah Allah bagiku adalah omong kosong, tidak mungkin seorang manusia dapat memenuhi perintah -- perintah itu. Tradisi orang Israel untuk beribadah di Bait Allah setiap hari Sabat juga sebuah kesia -- siaan. Tidak tahukah mereka bahwa mereka menyembah Tuhan yang salah?
Izebel lalu memerintahkan untuk menangkap nabi -- nabi Yahweh ini dan membunuhnya, juga menghancurkan mezbah TUHAN. Aku pernah ikut dalam sekali operasi. Lucu sekali. Nabi -- nabi itu bersembunyi di dalam tanah, atau langit -- langit rumah, untuk menghindari kami. Mana ada seorang yang mengaku nabi Tuhan ketakutan? Bukankah seharusnya Ia berkuasa menyelamatkan mereka?
Izebel memerintahkan kami untuk mendirikan mezbah Baal di daerah -- daerah Israel. Kami menyambut dengan senang hati. Begitu pula dengan orang -- orang Israel. Mereka mengikuti kami ketika kami bersujud di depan Baal. Kukira akan sulit mengajarkan mereka. Ternyata mereka tidak asing lagi dengan kegiatan kami.
Kehidupanku di sini serba enak, dan mewah. Aku tinggal di kompleks samping istana raja, di sebuah paviliun, bersama teman -- temanku. Setiap pagi aku menikmati anggur, siang hari daging kambing, dan malamnya bersekutu di kuil Baal. Pemandangan biru Laut Tengah menjadi keseharianku. Tidak ada kekhawatiran dan kegusaran.
Sampai suatu saat.