Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

The Rich (Cerpen Rohani)

13 September 2021   13:58 Diperbarui: 13 September 2021   18:56 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ah, kau ini." ujar Hansel, lalu melanjutkan, "Jika aku menjadi dirimu, aku akan mengencaninya sepuas hatiku. Ia adalah wanita tercantik yang pernah kulihat."

Aku tidak menanggapi pernyataan Hansel. Sejak awal pun selera kami sudah berbeda. Ia menyukai wanita berwajah cantik, sedangkan aku lebih menyukai wanita dengan latar belakang yang mumpuni. Selain itu, aku menyukai wanita pintar. Omong -- omong orang pintar, sekarang di hadapan kami muncul orang -- orang dari Front Rakyat Yudea. Ya, orang -- orang menyebalkan yang mengaku sudah mendalami kitab Taurat hingga seribu tahun yang lalu. Bahkan Musa pun belum lahir pada saat itu.

"Tidak perlu kau tunjukkan senyum menyebalkan itu, Jonos. Kami sudah tahu kau akan menguji kami, begitu kau memunculkan batang hidungmu di balik jalan." ujarku.

"Ah, kalau begitu tidak perlu berlama -- lama. Akan sangat menyenangkan bila dua orang yang berada tingkat kepintaran tertinggi gagal dengan pertanyaanku."

Aku sedikit melirik kepada Hansel, dan ia juga menampilkan wajah kesal dan sudah akan murka, namun aku mencubit lengannya untuk menahannya.

"Kalian pasti terkejut dengan pertanyaan ini karena fakta ini tidak ditemukan di seluruh kitab Taurat. Siapakah suami dari nabiah Debora?"

Aku hanya menghela napas. "Kukira pertanyaan seperti apa. Sejujurnya aku mengharapkan sebuah pertanyaan ideologi atau silogisme, Jonos. Tapi aku paham dengan kualitas kepintaran Front Rakyat Yudea. Mereka menjemukkan."

"Aku belum mendengar jawabannya, Loatheus." Jonos masih menampilkan senyum liciknya.

"Lapidot, artinya semangat yang berapi -- api."

Percakapan itu diakhiri oleh anggukkan dengki dan langkah -- langkah kaki yang berisik meninggalkan kami. Setelah seluruhnya pergi, aku dan Hansel hanya tertawa -- tawa. Namun tawa kami tidak berlangsung lama. Jauh di depan kami, bagaikan nyamuk yang mengaung, kumpulan massa datang berduyun -- duyun di jalanan utama. Di bagian depan, kami bisa melihat sekilas, seorang berbaju putih berjalan perlahan dikelilingi oleh orang -- orang Yudea yang familiar. Aku tahu siapa diri -- Nya.

"Yesus. Orang itu mengaku sebagai guru dan datang untuk menyampaikan kehendak Bapa yang di surga." ujarku kepada Hansel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun