Aku mendesah di dalam hati. Masalah hidup orang bukankah berbeda -- beda? Ingin sekali kujawab begitu. Tapi muncul pertanyaan lain, "Maksud ibu, ia adalah seorang pelakor, lalu dicampakkan oleh lelakinya begitu ia melahirkan?"
Nadira melipat tangan lalu menjawab, "Saya tidak berkata seperti itu, bapak sendiri yang menyimpulkannya. Nanti tetangga lain mendengar, nama saya ikut tercoreng."
Charles ikut nimbrung, "Mungkin ibu tidak pernah berbincang dengannya. Dari yang kami dengar pada Bu Surti, Andrea Marsudi terkesan sebagai orang baik yang merawat anaknya seorang diri."
"Untuk apa, pak polisi? Sudah cukup aku berbicara sekali dengannya, ketika ia pertama kali datang. Orang tuanya tidak jelas siapa, suaminya ia sembunyikan, pekerjaannya eksklusif, anaknya tidak pernah diperlihatkan kepada kami, jadi untuk apa saya mengganggunya? Mana sekarang, si Gunawan itu mulai mendekat kepadanya. Saya akui ia cantik dan menarik, dan semakin yakin kalau ia adalah seorang perempuan simpanan."
Ia menutup mulutnya di akhir kalimatnya menandakan ia merasa keluar batas. Namun, jelaslah bagi kami bahwa sebenarnya Nadira hanya seorang wanita yang iri dengan keberhasilan Andrea. Dan itulah pertanda bahwa sudah cukup wawancara ini dilaksanakan. Kami pun memohon diri dan menganjurkan kepada Nadira untuk tidak ke mana -- mana sebelum kasus terpecahkan.
Kami melangkah ke kamar sebelah, yang terletak persis di seberang kamar Andrea. Dari sini seharusnya kamar Andrea terlihat jelas. Semoga penghuninya tidak menutup pintu seperti Nadira. Kami beruntung. Penghuninya adalah seorang pelajar sekolah yang sedang menyiapkan diri untuk ujian sekolah. Sepanjang waktu ia membuka pintu karena mengaku jenuh dengan buku pelajaran. Keberuntungan kami yang lain adalah pemuda ini jarang bergaul dengan penghuni setempat sehingga keterangannya menjadi objektif. Namanya adalah Wirahadi.
Ia menatap kami dari balik kacamatanya di depan pintu kamar. "Ya, keterangan Bu Surti memang benar. Saya melihat seorang lelaki, kalau tidak salah penghuni di lantai empat, saya sering melihatnya ketika naik, di jam satu-an tadi. Dan ia keluar kamar sekitar jam tiga. Sekitar jam itu pula saya melihat Bu Surti jemur -- jemur di teras depan. Saya tidak menyangka bahwa pemuda itu telah membunuh Bu Andrea. Saya turut berduka, pak polisi."
"Bagaimana kau tahu bahwa pemuda itu yang telah membunuh Andrea?"
Wirahadi merentangkan tangan, "Siapa lagi? Ia yang berada di dalam kamar dari antara jam satu hingga jam tiga. Sayang sekali di tempat ini tidak ada cctv, tapi saya yakin dengan penglihatan saya. Hanya pemuda itu yang berada di situ pada jam segitu."
"Bayi?" ujar Charles, kembali dengan selaan yang tidak penting.
"Bayi? Maksudnya?"