Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pewaris Tahta yang Bersembunyi [Novel Nusa Antara]

22 April 2020   09:31 Diperbarui: 22 April 2020   09:32 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apapun yang kita katakan tidak akan berpengaruh padanya jika ia sedang bersemedi. Baiklah, mari kita turun, para kolega. Pasukan membutuhkan kita di lapangan."

Raka Saputro mengangguk tanda setuju.

Mapala Senadi berujar, "Rakai Pikatan, dapatkah kau membawa lontar - lontar yang berada di rak kayu itu? Tentang Bharatayudha? Pasukan kita mungkin membutuhkannya kelak."

Rakai Pikatan mengikuti ucapan Mapala Senadi. Ketika kembali, ia mendapatkan Mapala Senadi dan Raka Saputro telah menghilang dari pandangan. Dan sebuah pintu yang tertutup. Rakai Pikatan buru -- buru menarik gagang pintu yang terbuat dari logam. Namun percuma, pintu kayu itu telah terkunci dari luar. Ia menggebrak -- gebrak daun pintu dan berteriak.

"Tuan Mapala Senadi! Raka Saputro! Buka pintunya! Mengapa aku dikunci dari luar?"

Tidak ada jawaban yang menanggapi. Rakai Pikatan mengulangi tindakannya. Ia menggebrak -- gebrak pintu dengan kencang. Kali ini sebuah suara menanggapi.

"Rakai Pikatan! Diamlah! Ini adalah pesan dari raja. Ia ingin kau berada di sana. Tenang, kau akan aman -- aman saja."

"Tuan Mapala Senadi, aku tidak ingin terkunci di tempat ini! Tolong bukakan pintu!"

"Tenang saja, Rakai Pikatan, begitu pertempuran usai maka pintu ini akan dibuka. Ini adalah titah Raja Samaratungga. Ia ingin kau selamat. Dan jangan coba -- coba untuk mendobrak atau merusak pintu ini. Kusennya terbuat dari logam. Usahamu akan sia -- sia."

Rakai Pikatan berhenti memukul -- mukul daun pintu. Ia merenung. Suara di balik pintu telah menghilang. Satu -- satunya cara untuk mengetahui kejadian di dunia luar adalah melalui jendela dan teras di bagian utara dan selatan. Kabur melalui teras menara? Yang benar saja.

Rakai Pikatan mencari tempat duduk dan berpikir. Benarkah raja yang menyuruh Mapala Senadi? Atau ini gagasan Ario Senopati? Mpu Galuh? Atau tuan bupati sendiri? Apakah mereka memang benar -- benar memastikan keselamatanku? Inikah mengapa raja menyuruhku ke tempat ini? Untuk dikunci di tempat ini? Segala jenis pikiran buruk berseliweran di kepala Rakai Pikatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun