Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pewaris Tahta yang Bersembunyi [Novel Nusa Antara]

22 April 2020   09:31 Diperbarui: 22 April 2020   09:32 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raja menatap Raka Saputro, "Ada berapa banyak tentara di tempat ini?"

"Sekitar tiga hingga empat ribu, yang mulia raja."

Raja kembali memandang keluar jendela.

"Pergilah kau, bantu pasukan rakyat yang berada di utara Gunung Merapi. Bawa prajurit -- prajuritmu seluruhnya. Mpu Manuku, sertai mereka dalam pertarungan di utara sana."

Rakai Pikatan dan Raka Saputro terkejut.

"Tapi, yang mulia, panglima Joko Wangkir sendiri yang memberi titah kepadaku untuk melindungi engkau di istana ini. Hamba adalah pertahanan terakhir, yang mulia raja."

Raja menggeleng, "Aku mengamini rencana Joko Wangkir karena aku tahu persetujuanku akan membuatnya fokus untuk bertarung di tanah Dieng. Pergilah kau, rakyat utara Merapi lebih membutuhkanmu daripada aku di sini."

Raka Saputro masih berusaha untuk membantah perkataan Samaratungga, "Aku sudah menyiapkan strategi pertahanan di istana ini, wahai yang mulia raja. Jika aku pergi siapa yang akan melindungi engkau?"

"Tidakkah engkau mendengar suara ribut -- ribut ini, Raka Saputro? Apakah bunyi -- bunyi ini adalah hal yang biasa terjadi di kotaraja?"

Raka Saputro terdiam. Raut wajahnya menunujukkan sebuah rasa kesal. Rakyat Medang memang telah memenuhi jalanan di setiap sudut kotaraja Prambanan, menimbulkan sebuah bunyi kegaduhan yang tidak terjadi di hari -- hari biasa. Sebagian besar dari mereka adalah pemuda -- pemudi. Orang -- orang tua pun turut serta. Raka Saputro bahkan harus menyuruh pulang orang -- orang beruban ketika ia melakukan patroli keliling lingkungan istana. Mereka bersenjatakan tombak, sebagian lagi membawa kayu yang diruncingkan. Adapula yang membawa pisau garpu. Kegaduhan terbesar berada di alun -- alun, bahkan panggung yang biasa menjadi tempat pertunjukan seni harus dibongkar untuk memuat lebih banyak insan.

Raka Saputro tidak mampu lagi membantah maklumat raja. Giliran Rakai Pikatan berkomentar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun