Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Balaputradewa [Novel Nusa Antara]

7 Februari 2020   09:27 Diperbarui: 7 Februari 2020   09:40 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemandangan yang indah.

Ribuan kali aku pergi dari tempat ini.

Ribuan kali aku mendatangi tempat ini.

Pemandangan ini selalu menyambutku.

Lembayung sore tidak memancarkan sinar kuning sebagaimana kebesaran Sriwijaya.

Melainkan jingga.

Terpantul keemasan di permukaan Sungai Musi sore ini.

Dua buah tiang emas menyambut kepulangan armada laut kami.

Tingginya mencakar langit biru.

Sebuah kain berkibar di masing -- masing ujungnya.

Pelan -- pelan aku mencoba membaca tulisannya.

Tersenyum puas akan kemenangan, aku mengimani tulisan itu.

Pernahkah aku membawa pulang kabar buruk?

Tidak pernah.

Jumlah kapal layar sebanyak ini tidaklah mungkin tidak menimbulkan keributan.

Rakyat berlarian keluar dari tempat persinggahannya masing -- masing.

Semua menatap cemas kearahku.

Aku tahu ini, mereka menantikan berita.

Pelan -- pelan aku tersenyum.

Perumahan di tepian Sungai Musi juga adalah pemandangan indah, kotak -- kotak putih yang memantulkan sinar keemasan dari lembayung sore.

Akan kujaga mereka.

Tidak perlu menantikan diriku naik tahta, sekarang pun aku bertanggung jawab.

Aku mengangkat kedua tanganku tinggi, mengepal dengan keras.

Sorakan menggema.

Teriakan menggaung.

Tidak ada yang lebih nikmat dari rasa terima kasih rakyat sendiri.

Aku menangis, tidak ingin menurunkan tanganku selama -- lamanya.

Satu lagi kerajaan ditaklukkan, Sriwijaya semakin ditinggikan.

Kau dengarlah: nusantara akan menjadi kuning.

Seperti padi yang siap untuk dituai, kami akan menguasai nusantara.

Sumatera, Jawa, Kalimantan, Malaka, Sulawesi, Kamboja, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan tanah asing di daerah timur.

Di kejauhan tampak panorama yang paling membanggakan.

Istana Palembang, dengan patung sang Buddha di depan istana.

Akan kujunjung dengan tinggi, junjunganku itu.

Berkat ajarannyalah aku mampu mengalahkan semua musuh -- musuhku.

Pengertian benar, ucapan benar, pikiran benar, perbuatan benar, pencarian benar, daya upaya benar, perhatian benar, konsentrasi benar.

Langit kini menutup matahari, awan besar menggantung di atas.

Tapi istana tetap teguh menjulang.

Warnanya tetap keemasan, dengan atapnya yang menyerupai kubah.

Kedua menara berada di sampingnya, ibarat tombak yang siap menerjang langit.

Kubawa berita baik, ayah pasti menungguku.

Mari kita lempar sauh, turun dari kapal ini.

Anak -- anak menghampiriku, diikuti oleh ibunya.

Senyum mengembang, pujian mengalir deras layaknya Sungai Musi di musim penghujan.

Emas tidak dapat menandingi perasaan ini.

Aku tidak pernah kesepian, sekalipun aku tidak memiliki istri dan anak.

Mereka inilah keluargaku, aku akan terus memenangi hati mereka.

Sampai akhir hayatku aku bersumpah untuk menjaga nama baik Sriwijaya.

Hingga aku teringat.

Pertarungan berikutnya menanti.

Melawan darahku sendiri.

Aku sesali ini.

Bintang adalah saksiku, dari malam -- malam aku tidak bisa terlelap.

Kapal yang terus bergoyang mengikuti arus laut.

Hatiku tak karuan, seperti sang kapal yang terombang -- ambing.

Aku dan kakakku, bagaikan rusa dan kijang di masa muda kami.

Aku mengenalnya, ia tidak akan menyerah sampai akhir hayatnya.

Salah satu dari kami harus mati.

Aku menyesalinya, siang dan malam.

Haruskah hidupnya berakhir di tanganku?

Apakah menghadap nirwana adalah jalan satu -- satunya?

Semoga tidak.

Namun ayahku telah bersabda: kami adalah Sriwijaya.

Kami adalah besar, akan terus besar.

Aku menatap biru sungai.

Aku akan menepati janjiku kepada sang rakai.

Akan kupenuhi utara Kerajaan Medang.

Kupakai tali pengikat untuk menaikkan pasukan.

Menyemuti Kerajaan Medang adalah tujuanku berikutnya.

Semoga dharma sang Buddha merestui rencanaku ini.

Terima kasih.

Seorang penjaga datang menghampiri.

Katanya diriku diperlukan di ruang pertemuan raja.

Baguslah, ternyata ayah sudah bersiap untuk menerima kabar kemenangan.

Akan kupenuhi jiwa raganya dengan rasa puas.

Mari kita menuju istana.

Untuk semua kebaikan, aku bersyukur.

Ringkasan ini berasal dari novel Nusa Antara: Langit dan Bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun