Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rakai Pikatan 2 [Novel Nusa Antara]

14 Desember 2018   13:36 Diperbarui: 14 Desember 2018   13:46 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Rakai Pikatan melanjutkan, "Benar raja, hamba belumlah selesai. Hamba juga tidak mengambil sisi dan memihak kepada salah satu. Secara pribadi, hamba tidak mengenal dan tidak pernah bertemu dengan Balaputradewa dan Samagrawira. Sifat manusia bisa berpengaruh pada situasi seperti ini. Penilaian bisa diambil jika Balaputradewa sudah datang dan menyampaikan maksud kedatangannya."

Joko Wangkir menimpali, "Kau benar, pemuda. Tidak ada gunanya berpikiran terlalu jauh seperti ini. Kita tunggu saja Balaputradewa dan segalanya akan menjadi lebih jelas. Bukankah begitu, wahai paduka raja?"

Raja mengangguk tanda puas. Ia menatap bangga terhadap Rakai Pikatan. Jawaban yang diberikan oleh Rakai Pikatan menenangkan semua koleganya yang hadir disitu. Namun sebuah sosok yang sedari tadi berada di samping rak buku yang berada pada dinding ruangan kini tampil maju ke depan. Ia berjalan pelan menuju meja bundar. Rakai Pikatan tidak melihatnya karena ia sengaja menyembunyikan diri di sudut mati ruangan. Sang mahapatih kerajaan. Ario Senopati.

Dengan suaranya yang ringan ia memberikan suatu pertanyaan penting kepada raja yang membuat Samaratungga kembali terlihat pusing. Badannya yang tinggi dan hidungnya yang mancung membuatnya terlihat seperti penyihir dan tokoh jahat dalam cerita -- cerita dongeng.

"Maaf, yang mulia, jika hamba baru bersuara sekarang. Ada satu pertanyaan yang menurut hamba sangatlah mendesak untuk ditanyakan. Katakanlah terjadi kemungkinan terburuk, Kerajaan Sriwijaya menginginkan kerajaan ini. Akankah kau menyerahkan mahkota kerajaan?"

Seluruh pandangan tertuju kepada Samaratungga. Ia terlihat merenungkan pertanyaan Senopati, memikirkan jawabannya dengan hati -- hati, dan bersuara dengan pelan. Sialan kau Senopati, mengubur semua kesan positif yang telah kubangun.

"Tidak."

Ario Senopati tersenyum getir dan melanjutkan, "Lalu kemudian terjadi perang. Yakinkah kau akan memenangkan perang, yang aku yakin, akan terjadi di daerah Laut Jawa?"

Raja tidak menjawab dan hanya merenung. Ia menatap satu -- satu anak buahnya yang berada di ruangan itu. Tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun. Semua orang yang hadir tidak perlu ditanyakan dua kali mengenai kata -- kata terakhir Ario Senopati. Mereka semua tahu jawabannya.

Tidak mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun