Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rakai Pikatan 2 [Novel Nusa Antara]

14 Desember 2018   13:36 Diperbarui: 14 Desember 2018   13:46 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sebuah suara berat menimpali. Kali ini sang panglima angkatan laut Mpu Panca membuka mulutnya. Bau tuak yang menyengat menghiasi perkataannya, fisiknya yang sudah keriput dan rambut putih berantakan seakan membuatnya seperti orang yang tidak berpikiran waras pada umumnya. "Justru itu, yang mulia paduka raja.

Orang -- orang Palembang itu, yang merasa mereka terkuat dan tergagah itu, berpikiran bahwa engkau adalah bagian dari kerajaan mereka. Mereka rasa Kerajaan Medang ini posisinya ada di bawah Kerajaan Sriwijaya. Mungkin mereka mengirimkan adikmu yang manis itu untuk memperjelas semuanya. Apakah kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Sriwijaya."

Samaratungga menatap tidak percaya ke arah Mpu Panca. "Paman, hanya engkaulah di atas meja ini yang menyaksikan diriku bersama -- sama dengan Balaputradewa dan Samagrawira menyatukan kerajaan -- kerajaan kecil di tanah Jawa ini. Kau sendiri menyaksikan diriku bertumbuh sejak pemuda, menikahi Dewi Tara, memiliki Pramodawardhani dan Taradyahwardhani, dan menjadi raja hingga sekarang ini. Koreksi kata -- katamu itu, panglima, aku yakin bahwa kau ada di pihakku."

Mpu Panca tersenyum. Sebuah senyum misterius. "Kau benar paduka raja. Aku tidak bisa membayangkan Balaputradewa dan Samagrawira menginginkan kerajaan ini. Aku ada di pihakmu. Mungkin mereka hanya ingin membangkitkan ingatan saat mereka menyerang kerajaan -- kerajaan kecil di tengah tanah Jawa ini.

Mungkin saja mereka hanya ingin menikmati jamuan teh di Taman Anyelir. Tetapi tunggu, apakah Kerajaan Medang sekarang sudah layak disebut kerajaan besar? Jika belum, bukankah urutan kejadian ini sama seperti yang terjadi tiga puluh tahun yang lalu, ketika dirimu dan Balaputradewa mengeksekusi kerajaan -- kerajaan kecil?"

Raja tersenyum bangga namun kembali berubah menjadi masam di akhir perkataan Mpu Panca. Ia mengalihkan pandangan ke arah Rakai Pikatan.

"Bagaimana menurutmu, sang calon putra mahkota, apa pendapatmu terhadap kedatangan Balaputradewa mendatang?"

Rakai Pikatan menjawab, "Hamba tidak dapat menarik kesimpulan, wahai paduka raja. Adalah benar bahwa Kerajaan Sriwijaya telah memperluas kerajaannya dengan sangat cepat pada sepuluh tahun terakhir ini. Tujuh tahun yang lalu, Raja Indragiri Hulu melakukan perlawanan terhadap Kerajan Sriwijaya yang berakhir dengan lenyapnya kerajaan tersebut dari muka bumi ini.

Saudaranya yang menjadi raja di Kerajaan Indragiri Hilir dengan cepat menutup kawasan kerajaan. Ia membangun tembok yang sangat tebal di sisi barat dan karang yang tinggi di timur sebagai pelindung alami. Namun kau tahu sendiri moto Kerajaan Sriwijaya: Jika pulau sudah terkepung, kemanakah mereka akan bersembunyi?

Kerajaan Sriwijaya datang dengan seratus kapal perang berukuran lima puluh depa di sebelah timur dan pasukan berkuda serta pasukan kaki di sebelah barat. Habisnya persediaan makanan lebih cepat daripada harga diri sebuah kerajaan. Raja Indragiri Hilir terpaksa menyerahkan mahkota kerajaan ke tangan Samagrawira."

Sang raja melenguh, "Aku tidak memintamu untuk menjelaskan sejarah, Rakai Pikatan. Benar memang tugasmu adalah mempelajari sejarah, namun apa yang kau katakan tidak akan terjadi di sini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun