Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rakai Pikatan 1 (Novel Nusa Antara)

12 Desember 2018   08:26 Diperbarui: 12 Desember 2018   08:41 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Rakai adalah gelar yang diberikan kepada raja penerus takhta. Samaratungga sendiri bergelar Rakai Garung. Ia hanya memiliki Pramodawardhani dan adik perempuannya sebagai keturunan sehingga tidak memiliki anak lelaki untuk diberikan gelar rakai. Sedangkan nama asli Rakai Pikatan, Mpu Manuku, karena ia berasal dari keluarga yang selama ini memang menghabiskan waktu untuk mempelajari dan mencatat sejarah kerajaan. Pekerjaan yang menurut anggapan rakyat adalah pekerjaan untuk manusia paruh baya. Masih semuda ini dipanggil mpu sungguh tidak memuaskan, pikirnya.

Entah apa yang dilihat putri ini dalam diriku. Suatu ketika Rakai Pikatan sedang mengajar di pendopo kerajaan. Bahasa Sansekerta adalah pelajaran wajib untuk anak -- anak pembesar negeri, dan mereka wajib mengetahui cara pemakaian bahasa tersebut. Rakai Pikatan sudah selesai mengajar ketika seorang pengawal istana menghampirinya dan memintanya memasuki paviliun permaisuri. Di sana terdapat sang permaisuri kerajaan, Dewi Taradyahwardhani, dan putri mahkota. Mereka memberitahukan sebuah kabar yang mengguncang cakrawala, bagaikan petir menyambar di siang bolong, tidak hanya itu, petir tersebut menembus tanah dan membelah daratan menjadi dua. Pramodawardhani menyatakan bahwa ia telah lama memperhatikan Rakai Pikatan mengajar. Sang putri tertarik dan sudah berunding dengan Dewi Tara mengenai kesempatannya untuk menikahi Rakai Pikatan. Permaisuri setuju.

Bagaimana dengan Raja Samaratungga? Percayalah, bahwa ada kaum raja yang tidak dapat membantah kemauan istri. Apalagi Dewi Tara berasal dari Wangsa Syailendra murni Kerajaan Sriwijaya.

Sampai pintu gerbang, kereta kuda kerajaan telah menunggu. Rakai Pikatan membuka pintu untuk putri mahkota, sementara ia sendiri menaiki kudanya. Bukan kuda perang, namun cocok untuk kalangan terpelajar sepertiku. Kereta kuda kerajaan dikendarai oleh seorang punggawa istana. Rakai mengenalnya sebagai Jayaputra, ajudan terdekat putri.

Dalam perjalanan menuju kotaraja, rombongan melintasi Hutan Undir, pemukiman rakyat, dan pasar Kliwon. Perjalanan kotaraja -- Candi Plaosan merupakan perjalanan rutin Putri Pramodawardhani seminggu sekali. Rakai Pikatan selalu mendampingi putri dalam perjalanan itu jika tidak dalam tugas mengajar. Dalam perjalanan itu, pemandangan Hutan Undirlah yang paling memuaskan mata Rakai Pikatan. Ia tertarik kepada tumbuh -- tumbuhan dan menerka -- nerka apakah tumbuhan yang dipelajarinya di Kitab Mayarana tumbuh di Hutan Undir. Sedangkan nama Pasar Kliwon didapat dari legenda nama pasar yang hanya buka setiap Kliwon. Merupakan legenda karena sekarang rakyat aktif melakukan jual beli setiap hari di pasar Kliwon.

Memasuki kotaraja, dari jarak seribu depa, terlihat sebuah pemandangan yang selalu tidak pernah gagal memanjakan mata. Candi Prambanan, begitulah nama candi megah itu disebut. Komplek candi ini terdiri dari 3 candi sejajar berukuran 50 depa untuk candi yang berada di tengah, disebut dengan Candi Siwa, dan 30 depa masing -- masing untuk Candi Brahma yang berada di sisi utara dan Candi Wisnu yang berada di sisi selatan. Ketiga candi tersebut memang dipersembahkan kepada tiga dewa utama Trimurti: Brahma sang pencipta, Wisnu sang pemelihara, dan dewa Siwa sebagai dewa yang lebih diutamakan. Pada puncak candi yang melancip disebut wajra yang melambangkan intan atau halilintar. Jika dipikir -- pikir, wajra inilah yang membuat Candi Prambanan menjadi elok. Komplek candi berukuran bujur sangkar dengan empat lapisan undakan menuju ketiga candi utama. Masing -- masing undakan terdiri dari candi -- candi kecil yang disebut Candi Perwara atau candi pengawal yang berukuran tidak lebih dari 10 depa; candi -- candi tersebut menghiasi seluruh jalur undakan kecuali pada arah mata angin dimana terdapat anak tangga menuju komplek.

Mpu Manuku mempunyai pemikiran lain terhadap Candi Prambanan. Leluhurnya, Wangsa Sanjaya adalah yang membangun candi megah tersebut pada abad ke 6 Masehi. Terdapat kekurangan pada komplek candi tersebut. Ia beragama Hindu Siwa, dan merasa perlu untuk menambahkan simbol wahana untuk masing -- masing dewa. Suatu saat ketika aku menjadi raja, aku akan membangun Candi Nandi untuk Dewa Siwa, Candi Angsa untuk Dewa Brahma, dan Candi Garuda untuk Dewa Wisnu.

Rombongan itu melewati komplek candi untuk kemudian menuju komplek istana kerajaan yang berada pada beberapa jarak dari komplek candi. Tembok batu setinggi dua setengah depa mengelilingi komplek istana dengan pintu gerbang sebagai pintu masuk komplek kerajaan. Pintu gerbang dijaga oleh pengawal kerajaan yang memegang tombak dan menyingkir ketika rombongan putri muncul dari kejauhan. Di atas pintu gerbang terdapat palang dengan tulisan dalam bahasa Sansekerta: Kerajaan Medang. Sebuah ukiran berbentuk candi berada di tengah -- tengah tulisan tersebut sebagai pengingat simbol kerajaan.

Rombongan memasuki komplek istana, melewati halaman istana, dan berhenti tepat di depan istana utama tempat raja bersemayam. Dayang -- dayang segera membantu putri Pramodawardhani untuk melangkah masuk ke istana, sementara Jayaputra merapikan kereta kuda dan menuntun mereka menuju istal. Rakai Pikatan memarkir kudanya pada istal dan menuju pendopo istana mengikuti tuan putri.

Putri Pramodawardhani sedang duduk di salah satu kursi istana dan menikmati secangkir teh cengkih ketika Rakai Pikatan memasuki pendopo istana. Kedua dayang di belakangnya mengipasnya dengan menggunakan daun talas secara perlahan. Rakai Pikatan hendak menghampiri sang putri ketika suatu suara dari singgasana memanggilnya.

"Mpu Manuku, kemarilah." suara tersebut terdengar berat dan berwibawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun