Menurut Philo, filsuf Yunani, akal adalah pengendara dan juru mudi hidup. Jadi, akal yang mengendalikan setiap kata dari manusia. Sedangkan menurut Tuhan Yesus, ucapan mulut yang baik dan ucapan mulut yang jahat meluap dari hati (Lukas 6:45). Kata 'hati' dari teks Yunani berarti batin manusia; mencakup jiwa manusia seutuhnya.
Kemudian Yakobus memberikan kontras antara ketidakmampuan manusia dalam menjinakkan lidah dengan kemampuan manusia dalam menjinakkan binatang (ayat 7-8). Ternyata lidah lebih buas daripada binatang terbuas sekalipun! Kalau binatang buas lebih mudah ditaklukkan, maka lidah lebih sulit karena suka keluar dari kendalinya si pemilik lidah. Jadi, lidah cenderung berbuat jahat dan berpotensi besar merusak moral, sosial, ekonomi dan juga spiritualitas.
Lagi-lagi Yakobus menunjukkan kontras lidah yang tidak bisa konsisten (ayat 9-10). Suatu waktu kita memuji Tuhan, tetapi di lain waktu kita bisa mengutuki manusia yang diciptakan menurut rupa Allah. Perkataan dalam keseharian menjadi tolok ukur kehidupan spiritual kita, dan cerminan hati kita yang sesungguhnya.
Akhirnya, Yakobus membuat kita semua merenung mengenai pertanyaan-pertanyaan retorisnya (ayat 11-12). Mata air itu diilustrasikan seperti hati: jika pikiran dalam hati kita baik, maka perkataan baik yang akan keluar; demikian pula sebaliknya. Hati yang telah diperbaharui akan mampu menghasilkan perkataan yang murni dan konsisten dalam kemurnian ucapannya. Amin.
Demikian pelajaran Alkitab dan renungan pada hari ini. Selamat beraktivitas, Tuhan Yesus memberkati. Haleluyah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H