Mazmur Daud. Ya TUHAN, aku berseru kepada-Mu, datanglah segera kepadaku, berilah telinga kepada suaraku, waktu aku berseru kepada-Mu! Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang. Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku! Jangan condongkan hatiku kepada yang jahat, untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang fasik bersama-sama dengan orang-orang yang melakukan kejahatan; dan jangan aku mengecap sedap-sedapan mereka (Mazmur 141:1-4).
Kompasianer yang terkasih, di masa-masa yang sukar seperti sekarang ini, di mana berbagai masalah yang berkepanjangan membutuhkan waktu untuk terselesaikan di semua sendi kehidupan, kita diperhadapkan dengan berbagai pencobaan untuk berlaku seperti orang fasik sebagaimana yang dihadapi oleh Daud.
Itu sebabnya, Daud berdoa kepada Tuhan agar ia mendapatkan kekuatan untuk menghadapi pencobaan dalam hidupnya. Beberapa pokok doa Daud dapat kita pelajari dan terapkan di dalam kehidupan kita sekarang ini:
1. Berseru, memohon kehadiran Tuhan untuk mendengarkan doa (ayat 1).
Doa adalah komunikasi dengan Tuhan di mana si pendoa mengharapkan jawaban dari Tuhan.
2. Doa bagi Tuhan layaknya persembahan ukupan dan tangan yang terangkat layaknya persembahan korban pada waktu petang (ayat 2).
Pada masa Daud, doa menjadi pengganti persembahan korban pagi dan petang yang dapat diterima oleh Tuhan.
3. Memohon Tuhan mengawasi mulutnya dan berjaga pada pintu bibirnya (ayat 3).
Di masa kini pun, mulut dan bibir kita hanya akan mengucapkan dua kemungkinan: berdoa dan memuji Tuhan atau bersungut-sungut dan mengutuk.
4. Memohon Tuhan menjaga hatinya agar tidak condong kepada yang jahat untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang fasik, melakukan kejahatan dan mengecap sedap-sedapan orang jahat (ayat 4).
Di sinilah inti pergumulan dalam menghadapi pencobaan. Mengapa? Karena hati berbicara tentang kehendak bebas manusia. Ingat, kalau dari pihak Tuhan disebut menguji, bukan mencobai, agar manusia menaati Tuhan dengan satu keputusan yang menjadi perbuatan dengan kesadarannya. Sedangkan Iblis mencobai manusia supaya tidak menaati Tuhan dan menjauhkan manusia dari Tuhan untuk selama-lamanya.
Jadi, di ayat 3 dan 4 tersebut Daud memohon kepada Tuhan untuk memberinya kekuatan kepada mulut dan hatinya dari pencobaan. Akhirnya, Daud menggiring kita agar berpusat kepada Tuhan, karena hanya Dialah tempat berlindung yang paling aman dari jerat orang-orang fasik (ayat 8-9). Dengan doa, pujian dan permohonan yang dinaikkan dengan iman tadi, maka kita dapat melewati setiap pencobaan (ayat 10b).
"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus" (Filipi 4:4-7).
Demikian pelajaran Alkitab dan renungan pada hari ini. Selamat beraktivitas, sampai jumpa pada tulisan berikutnya. Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekalian. Haleluyah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H