Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Perjuangan yang Sukses (Pelajaran dari Perempuan Siro-Fenisia)

4 Januari 2023   22:46 Diperbarui: 4 Januari 2023   22:48 5997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar. (Markus 7:24-30)

Kompasianer yang terkasih, peristiwa ini berparalel dengan Matius 15:21-28. Pada waktu itu, Yesus berada di daerah Tirus (Matius menulis: Tirus dan Sidon). Ini merupakan daerah non Yahudi, Barat Laut dari danau Galilea. Jadi, ini adalah daerah Tirus bagian pesisir, bukan yang di kotanya.

Meskipun Yesus ingin kedatangan-Nya tidak diketahui, namun rupanya Ia sudah sangat dikenal di daerah itu sehingga Ia tidak dapat merahasiakannya lagi (ayat 24). Saat Yesus berada di sebuah rumah, seorang ibu yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat segera datang kepada Yesus (ayat 25).

Sepertinya berita tentang Yesus adalah Mesias telah terdengar di daerah itu meskipun penduduknya bukanlah proselit (penganut Yudaisme dari bangsa non Yahudi). Tidak dikatakan juga bahwa ibu itu seorang penganut Yudaisme.

Ibu tersebut seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia (ayat 26). Bangsa Yahudi sering melecehkan mereka karena dianggap bukan bangsa pilihan Allah. Bahkan bangsa Yahudi kerap menyebut bangsa Siro-Fenisia dengan sebutan anjing.

Dari percakapan Yesus dengan ibu itu, apakah Yesus terlihat berlaku rasis dan merendahkan martabat perempuan itu? Tentu saja tidak! Perkataan anjing yang disampaikan Yesus adalah ungkapan umum orang Yahudi kepada orang non Yahudi. Ingat, Yesus sebagai manusia adalah orang Yahudi.

Namun sesungguhnya, Yesus sedang menguji ibu itu. Nah, di sinilah kita akan melihat "perjuangan yang sukses" dari seorang ibu Siro-Fenisia bagi keselamatan anak perempuannya. Menurut ahli, dalam percakapan Yesus dengan ibu itu, Yesus mengambil contoh keluarga yang sedang makan.

Kemungkinannya, bisa saja Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan ketika ibu itu datang. Mari kita perhatikan bagaimana perjuangan ibu Siro-Fenisia tersebut:

Pertama, ia datang membawa masalahnya kepada Yesus setelah ia mendengar tentang Yesus (ayat 25). Dan Yesus menerima ibu itu. Kedua, ia memohon kepada Yesus untuk menolong anaknya perempuan yang kerasukan roh jahat (ayat 26) dan sangat menderita (Matius 15:22).

Dari teks Yunani, memohon itu dilakukannya berulang-ulang. Dan di Matius 15:23, dikatakan bahwa ibu itu berteriak-teriak. Mengapa ibu itu melakukannya? Karena Yesus tidak menjawab permohonannya (Matius 15:23).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun