Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Orang Hidup Mengeluh di Masa yang Sukar? (Ratapan 3:39-41)

13 Desember 2022   12:34 Diperbarui: 13 Desember 2022   12:43 1457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang laki-laki muda sedang konseling dengan seorang Pastor. Sumber: Pexels / cottonbro studio

"Mengapa orang hidup mengeluh? Biarlah setiap orang mengeluh tentang dosanya! Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada TUHAN. Marilah kita mengangkat hati dan tangan kita kepada Allah di sorga" (Ratapan 3:39-41)

Kompasianer yang terkasih, pertanyaan ini ditujukan kepada semua orang di masa kini juga, sebab siapa sih yang tidak pernah mengeluh dalam hidupnya? Mengeluh telah menjadi suatu kebiasaan, kita mengeluh karena ada permasalahan. Saya akan membahas masalah ini dari tinjauan Alkitab yang menjadi seri keempat atau bagian terakhir dari tulisan saya mengenai Ratapan pasal 3.

Menurut KBBI, mengeluh artinya menyatakan susah (karena penderitaan, kesakitan, kekecewaan, dan sebagainya). Mengeluh dari kata keluh yang artinya ungkapan yang keluar karena perasaan susah (karena menderita sesuatu yang berat, kesakitan, dan sebagainya). Jadi, orang mengeluh karena kesusahan yang dirasakan.

Setiap orang pasti pernah mengeluh, termasuk nabi Yeremia, termasuk saya juga! Ada yang mengeluh soal rasa sakit fisik dan mental, soal kegagalan, soal keuangan, soal rumah tangga, soal pelayanan gereja, dan sebagainya. Namun, keluhan-keluhan tersebut sesungguhnya sudah pernah ada dan akan ada lagi sesudahnya. Untuk itulah, Yeremia mengajak kita semua untuk merenungkannya.

Mengapa orang hidup mengeluh di masa sukar? Sesuai konteksnya, nabi Yeremia menunjuk kepada sumber masalah yang membuat orang Yehuda mengeluh di Babel yaitu dosanya sendiri. Yeremia benar, sumber masalah utama dari hidup manusia adalah dosa. Dari dosa kepada Tuhan semua kesulitan dan penderitaan yang berujung pada kematian manusia berasal (Kejadian 3:1-19).

Dengan demikian, menurut Yeremia, orang Yehuda dan kita semua seharusnya mengeluhkan dosa sebagai masalah utamanya karena soal-soal lainnya yang dikeluhkan merupakan dampak dari dosa itu. Dan Yeremia memberikan solusi untuk terbebas dari dosa yang menyebabkan orang mengeluh di masa sukar:

1. Menyelidiki dan memeriksa hidup kita dan berpaling kepada Tuhan (ayat 40).

Yeremia mengajak orang Yehuda untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan. Himbauan Yeremia agar pertobatan orang Yehuda karena kesadaran sendiri, bahwa mereka mengalami penderitaan karena telah meninggalkan Tuhan.

Demikian juga dengan kita hari ini, ketika berbagai masalah datang janganlah menuduh Tuhan sedang memberikan pencobaan kepada kita. Ingat, Tuhan Allah tidak pernah memberikan pencobaan, apalagi yang mencelakakan umat-Nya (Yakobus 1:13).

Tuhan mengijinkan penderitaan untuk menguji umat-Nya, apakah mereka mengasihi Dia atau tidak (Ulangan 8:2; Yakobus 1:12). Tetapi, jika masalah datang karena dosa kita, maka pertobatan yang sungguh-sungguh merupakan jalan satu-satunya untuk dapat kembali kepada Tuhan.

2. Mengangkat hati dan tangan kita kepada Allah di sorga (ayat 41).

Yeremia mengajak orang Yehuda untuk kembali beribadah kepada Tuhan dengan kesungguhan hati. Himbauan Yeremia agar orang Yehuda berdoa dengan kesadaran, bahwa hidup mereka ditentukan oleh sorga, semua hanya karena kasih karunia Allah.

Demikian juga dengan kita hari ini, ketika kita telah diampuni dari segala dosa, maka pemulihan hubungan dengan Allah harus dilanjutkan dengan ibadah yang sungguh-sungguh, harus serius, karena hidup kita di dunia bergantung dari kemurahan Allah yang ada di sorga.

Kedua poin sederhana ini yang dapat mengembalikan hidup kita yang ruwet menjadi sederhana kembali, hidup kita yang dipenuhi karena keluhan akan dipenuhi dengan sukacita, karena Allah telah memulihkan hubungan antara kita dengan Dia, dan telah memulihkan berkat-Nya di dalam Yesus Kristus, Tuhan kita.

Ketika saya mengeluh, saya ingat untuk memohon petunjuk dari Tuhan di dalam doa. Dan ternyata benar, kesalahan berpikir, kesalahan berbicara, kesalahan membuat keputusan, kesalahan bertindak, itulah ternyata yang menjadi penyebab saya akhirnya mengeluh. Mengapa?

Secara jujur saya harus mengaku kepada Tuhan, bahwa keluhan saya terjadi karena kesalahan saya sendiri yang tidak melibatkan Tuhan sebelum saya memulai segala sesuatunya. Akibat-akibat yang dihasilkan dari kesalahan-kesalahan saya telah merugikan orang lain dan diri sendiri, itulah yang harus diakui kepada Tuhan agar terjadi pemulihan saya dengan Dia, orang lain, dan diri saya sendiri. Tetapi, tidak semua yang kita keluhkan karena dosa, ada faktor-faktor lain yang tidak menjadi pembahasan saya di sini.

Demikian pelajaran Alkitab dan renungan pada hari ini, sampai jumpa pada tulisan berikutnya. Selamat beraktivitas, Tuhan Yesus memberkati. Haleluyah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun